"Lo yakin suka gue Ngga?" Tekan Melly sekali lagi tak percaya dengan pemuda di depannya yang tengah menyatakan perasaannya pada Melly. Dia senang sekali, rasanya seperti terbang tujuh keliling. Namun, mengapa tidak sesenang saat bersama Zeno? Bukankah Melly menyukai Angga sedari dulu? Bukannya Zeno hanya pelampiasan?
"Jadi gimana Mel, lo mau terima gue jadi pacar lo 'kan?" Tanya Angga tersenyum manis, manis sekali padahal di dalamnya penuh rencana yang sama sekali tak pernah terpikirkan oleh Melly.
Gadis itu mengangguk, senang sekali membuat Angga pun tersenyum senang karena rencana pertamanya berhasil.
Di waktu yang sama, Arga memberi sebuket bunga pada Dara yang tengah asyik memakan es krim di tangan kanannya dan juga dengan permen kapas yang masih terbungkus di pelukannya.
Gadis itu mengernyit, apa yang sedang Arga lakukan? Tumben sekali ia memberinya buket bunga begini. Pemuda itu tersenyum, memang tidak ada niatan sama sekali untuk menembak Dara. Namun, jika terlalu lama menyatakan perasaan nantinya keburu diambil orang. Dia pun mendadak membeli bunga saat Dara tengah mengantre es krim tadinya.
"Gue suka sama lo," ucapan Arga sontak membuat Dara memberhentikan aktivitasnya memakan es krim. Menatap pemuda itu lekat seolah mencari celah kekeliruan di matanya. Namun, sepertinya Arga secara sadar mengungkapkannya.
"Terus?"
"Yah kok terus, mau enggak jadi pacar gue?" Tanya Arga membuat Dara terkekeh karena melihat cowok itu yang nampak gugup menyatakan perasaannya. Arga yang keren begini terlihat menyedihkan sekali. Padahal sih, Dara juga gugup mau jawab apa. Tapi, bukankah mencoba dahulu lebih baik? Daripada ia mencoba menatapi Zeno yang sudah masa lalunya, lebih baik mencoba bersama Arga yang selalu di sampingnya.
Bukannya lebih baik begitu?
"Oke, mau kok."
"Seriusan?"
"Iya."
"Lo seriusan kan Dar?"
"Ya ampun Ga, iya." Arga mengacak puncak kepala gadis itu senang. Kalau tahu sih dari dulu saja Arga mendekati Dara. Gadis ini manis sekali.
"Arga, kita photobox yuk!" Dara segera saja menarik lengan pemuda itu mengajaknya ke salah satu photobox yang sedikit ramai. Kedua insan itu menunggu sebentar, dari masih saja memeluk permen kapas bungkusnya yang sepertinya sangat ia sayangi.
"Eh pegangin dulu Ga permennya, gue nguncir rambut dulu." Dara segera menyerahkan permen kapasnya tanpa basa-basi pada Arga. Menguncir rambutnya dan kembali menunggu antrean yang tidak terlalu panjang. Tanpa mengambil kembali permen kapas bungkusnya yang padahal tadi ia bilang hanya meminta Arga memegangnya sebentar.
Dasar perempuan.
-
"Gue enggak ngira dia bakal sama cowok abal-abal itu! Sial!" Angga mengacak rambutnya. Kesal dengan Dara yang tidak tahu menahu malah jadian dengan pemuda tidak jelas bernama Arga. Angga sama sekali tidak memprediksikan bahwa Arga yang akan memiliki Dara. Ia yakin sekali bahwa Zenolah yang berpeluang mendekati Dara.
Sial!
Ini sih namanya keluar dari rencana. Apa gunanya ia memacari Melly kalau begini.
"Dia lagi ngapain sekarang?"
"Dia sedang menunggu antrean untuk foto bersama, dan Dara sepertinya antusias sekali." Ucap bawahan Angga yang dengan setelan formalnya di depan kafe pertemuan Melly dengannya. Angga yang setelah menembak Melly tiba-tiba saja dapat telepon tentang Dara begini yang membuatnya segera izin keluar kafe sejenak untuk bertemu bawahannya.
Sial!
"Terus pantau Dara, lo boleh pergi." Angga menghela napasnya meski tatapan matanya masih tajam begitu. Pria itu segera meninggalkan dirinta yang kini harus memutar otak lagi bagaimana harus mendapatkan Dara.
Harus Dara.
Dia tidak mau senyum manis itu diberikan pada orang lain selain dirinya. Dara itu hanya miliknya. Angga segera kembali ke kafe, melihat datar pada Melly yang tersenyum mengembang padanya.
Awalnya, rencana Angga adalah merusak hubungan Melly dengan Zeno. Dan menambahkan Dara dalam hidup Zeno agar mereka saling menyukai. Setelah itu, tinggal memanipulasi Melly bahwa ini semua rencana Dara agar Melly putus dengan Zeno dan persahabatan mereka musnah sudah.
Tapi, malah jadi seperti ini.
Mana Angga tahu.
"Kenapa Angga?" Melly yang melihat perubahan raut wajah kekasihnya yang baru beberapa menit itu mencoba menanyakannya. Setelah izin sebentar keluar kafe, mengapa setelah kembalinya Angga malah jadi terlihat kesal begini?
"Bukan urusan lo!" Terkejut, satu hal itulah yang membuat Melly lemas mendengar bentakan Angga yang berubah drastis. Bukannya tadi Angga baru saja bersifat manis? Mengapa jadi tragis begini sih?
"Angga? Kenapa sih?"
"Berisik tau enggak sih! Kita putus!" Ujar Angga meninggalkan gadis itu dengan kebingungan yang melanda. Dan kesedihan tak terkira. Mengapa? Mengapa Angga seolah mempermainkannya? Bukannta tadi ia yang bilang bahwa ia menyukai Melly? Mengapa begini?
"Angga! Angga!" Melly mengambil tasnya, mengejar pemuda itu yang berjalan dengan langkah besarnya membuat Melly susah mengejarnya meski ia berlari.
"Angga!"
Gadis itu berhenti, saat Angga sudah masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkannya. Dengan sejuta kebingungan dan kesedihan yang tiba-tiba menghampirinya. Mengapa seperti ini sebenarnya? Mengapa?
-
Zeno mana oy!
KAMU SEDANG MEMBACA
DS : Be a Selebgram [END]
HumorBerawal dari ketidaksengajaan Dara yang melihat akun kakak kelas ganteng bernama Alzeno, dia menjadi terfokus pada misinya yang tiba-tiba melintas dalam pikirannya. Menjadi selebgram agar setara dengan kakak kelas ganteng itu. - "Pokoknya tahun ini...