[16] Kemarahan Zeno

3.1K 192 9
                                    

"Pacaran sama Arga?!" Zeno tak kuasa menahan amarahnya dan langsung bangkit dari duduknya. Berjalan dengan cepat menghampiri kelas Dara. Apa susahnya sih mengikuti perkataan Zeno? Bukannya Dara itu menyukainya? Lalu mengapa saat Zeno sudah mulai mau menerimanya, Dara malah pergi pada yang lain?

Apa semuanya akan pergi darinya? Begitu?

"Lo ngapain Zen!" Temannya menahannya, mengingatkan toh sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Sia-sia saja ia berbicara dengan Dara sekarang. Akan terpotong dengan suara lantunan bel yang sangat merdu itu juga.

"Mau nyamperin Dara 'lah, pake nanya."

"Mending pulang sekolah aja, daripada nanti 'lo ngomong kepotong soalnya udah mau bel ini," ujar temannya membuat Zeno menghela napas. Lagipula mengapa Zeno menjadi otoriter begini terhadap Dara? Bukankah gadis itu tidak pernah bilang iya saat Zeno mengharuskannya pacaran dengannya? Mengapa Zeno menjadikan Dara pelampiasan begini?

Entahlah, tapi menurutnya dia hanya tidak mau menyia-nyiakan orang yang menyukainya lagi. Sebab dahulu, Dara menyukainya. Tanpa tahu, Dara yang dulu bukanlah Dara yang sekarang.

Dan begitupun Dara, dia tidak mau menyia-nyiakan Arga yang selalu ada disisinya. Lebih daripada Zeno yang hanya ia kejar.

"Tunggu, Melly?"

"Kenapa?"

"Lo, kenapa?" Zeno mencegatnya saat gadis itu tengah berjalan dengan matanya yang tidak karuan. Sedikit sembab dan kantung matanya sudahlah tidak usah dijelaskan. Intinya dia berantakan. Dan Zeno penasaran.

"Lo habis berantem Mel?" Tanya teman Zeno yang harusnya tahu kondisi begini malah ngelawak. Heran. Mana mungkin mata sembab habis berantem. Oh, berpikir positif saja mungkin maksud dia habis berantem lalu menangis.

"Enggak papa,"

"Jangan kaya cewe kek, ngomongnya enggak papa mulu," ujar teman Zeno membuat gadis itu sedikit terkekeh dan Zeno pun menoyor kepala temannya pelan.

"Gue emang cewek."

Melly memang menyakitinya. Namun, mengapa Zeno masih peduli? Bukankah waktu itu ia kesal sekali sampai-sampai tidak mau mendengar nama Melly?

"Gue duluan Zen, Ja."

"Yo Mel, tiati." Ucap Eja, dan Zeno malah hanya terdiam mengingat wajah Melly yang nampak kacau balau. Mengapa dengan gadis itu? Mengapa Zeno masih peduli? Bukankah ia tidak ada urusan lagi dengannya?

Oh, mengapa Zeno jadi tidak jelas sekali?

-

"Lo kalah yeay, makan-makan." Dara bersorak ria saat memenangkan adu game online dengan Arga. Pemuda itu terkekeh pelan. Lalu mengangguk menuruti perkataan gadis itu untuk pergi makan dan mentraktirnya. Arga memutuskan untuk mengambil motornya di parkiran dan meninggalkan Dara sebentar di bangku coklat depan parkiran itu. Tadinya memang sudah mau pulang, tapi Dara mengajaknya taruhan dahulu macam ini.

"Dar,"

"Iya Ga?" Dara menyahuti panggilan seseorang tanpa menatap terlebih dahulu dan masih terpaku pada ponselnya.

"Gue Zeno,"

Dara langsung mendongak mantap dan salah tingkah sendiri karena salah orang. "Eh, maaf kak kenapa ya?"

"Gue udah bilang kita pacaran 'kan?" Zeno langsung to the point membuat Dara bingung sendiri. Lagipula Dara juga tidak pernah menjawab iya akan ucapan Zeno waktu itu 'kan? Mengapa Zeno yang dulu ia idam-idamkan jadi begini? Apa karena saking frustasinya putus dari Melly?

"Saya enggak pernah bilang iya kak,"

"Bukannya 'lo suka gue? Apa susahnya kalo lo udah suka sama gue Dar?" Zeno menatapnya dalam membuat Dara juga sontak merasakan kekikukan yang hakiki sekali. Duh, rumit segala sih.

"T-tapi itu 'kan dulu kak, waktu kakak sama Melly dan saya udah terlanjur merelakan kalian berdua, kenapa kakak maksa saya balik suka sama kakak?"

"Kalo suka enggak bakal secepat itu 'lo lupain perasaan 'lo, atau 'lo cuman jadiin Arga pelampiasan sekarang ini gara-gara dulu gue sama Melly?" Zeno menatapnya sinis seakan mau menelannya hidup-hidup membuat Dara kesal setengah mati dengan kakak kelasnya yang dahulu ia bangga-banggakan ini.

"Kak! Jangan ngomong sembarangan, sekarang coba kakak sadar siapa disini yang jadiin seseorang pelampiasan? Kakak enggak bener-bener suka saya 'kan? Kakak begini karena Melly pergi 'kan? Kalo kakak beneran suka saya, kakak enggak akan maksa saya buat pacaran sama kakak kaya begini."

Seseorang menepuk puncak kepalanya pelan, Arga disana tengah duduk di motor kesayangannya. Dan tersenyum senang sekali macam anak kecil baru mendapatkan permennya.

"Keren juga pacar gue, ayo makan."

"Maaf kak, saya duluan," ujar Dara dan segera duduk diatas motor milik Arga. Menancapkan gas, kedua insan itu pergi dari hadapan Zeno dengan penuh dramanya. Membuat Zeno menunduk menatap aspal yang kelihatan pekat begitu.

Benarkah?

Benarkah ia hanya menjadikan Dara pelampiasan?

Benarkah kalau ia masih ada perasaan pada Melly?

Mengapa dirinya menjadi selabil ini?

-

"Sial! Gue enggak nyusun rencana kalo Dara bakalan sama si rusuh Arga itu!"

"Lo udah mati langkah, Melly pun udah enggak bisa dimanfaatin lagi buat dapetin Dara, terus 'lo mau apa?" Tanya seseorang yang tengah meminum segelas jus jeruk yang nampak segar di sore hari begini.

Angga mengacak-acak rambutnya kasar. Sudah jelas ia balik lagi ke kehidupan Dara karena mendapatkan celah untuk memilikinya. Tetapi, rencananya malah hancur berantakan karena Arga seorang.

"Gue masih akan pantau mereka, selama ada celah gue bakal bikin hancur lebur tanpa sisa."

"Sebegitu sukanya ya 'lo sama Dara sampe-sampe begini caranya."

"Lo cukup diem, dan bantu gue."









-
Bantu Angga.

DS : Be a Selebgram [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang