Vaarez menatap kesal pada sebuah jendela di kelasnya. Saat hari panas begini, bagaimana bisa hujan turun dengan derasnya. Ia menggerutu kesal didalam hatinya.
Pria itu tidak menyukai hujan, sama sekali tidak. Hujan hanya akan membuat bajunya basah dan membuatnya sakit.
Pria itu mengalihkan pandangannya pada meja guru. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan, tetapi tidak ada satupun guru yang berminat untuk masuk ke dalam kelasnya.
"Semua ini gara gara hujan" ucapnya pelan.
Ia menatap sekilas ke luar jendela sebelum menenggelamkan wajahnya pada kedua lengannya yang terlipat.
Ia mengantuk.
Namun ketika ia memejamkan matanya, pikirannya melayang layang, memikirkan seorang gadis berkulit terang dengan rambut lembut sepinggang yang menabraknya kemarin.
Ia mengangkat kembali wajahnya, membenarkan posisi duduknya dan seketika hanyut dalam sebuah pemikiran.
Pemikiran tentang gadis berwajah jepang indonesia yang tak sengaja kemarin bertemu dengannya.
"Heran, gimana bisa tu cewek nabrak gue kemarin. Emangnya gue kurang tinggi?"
Ya, Vaarez sangat kesal dengan gadis yang ada dipikirannya itu. Bagaimana tidak, kemarin, saat Vaarez sedang berjalan di sebuah taman dengan menggandeng bungkus plastik, tiba tiba saja sesosok tubuh mungil namun tidak kurus menabraknya dan menjatuhkan bungkus plastik yang ia genggam.
Bungkus plastik itu berisikan fried chicken yang baru ia beli. Dan fried chicken itu berhamburan keluar dari kotaknya layaknya ayam hidup yang keluar dari kandang.
Mata Vaarez terbelalak besar ketika menyaksikan ayam yang ia cintai jatuh menyentuh tanah.
Vaarez menundukkan kepalanya, mengingat sesosok manusia pendek yang menabraknya tadi.
'Dia cewek' batinnya.
Namun Vaarez tidak perduli baik itu perempuan ataukah lelaki, jika itu menyangkut dengan makanan, ia akan tetap memaki orang itu.
"Lo punya mata gak sih?"
Gadis itu mendongakkan kepalanya.
"Kenapa?"
"Lihat tu fried chicken gue jatuh karena lo nabrak gue. Dan gue gak mau tau lo harus ganti rugi itu semua"
Gadis itu tak mau kalah, " heh, yang nabrak itu lo bukan gue, jadi ngapain lo marah sama gue? Dan sorry ya, apapun masalahnya, gue gak akan mau ganti fried chicken lo"
"Gak bisa gitu dong, pokoknya lo harus ganti fried chicken gue. Kalau gak--"
Kata kata Vaarez menggantung.
"Gue bakalan buat badan lo jadi lebih pendek daripada sekarang" lanjutnya.
Gadis itu menatap Vaarez dengan ngeri, mengingat badannya yang pendek ini, ia tak mau jika Vaarez membuat badannya jadi semakin pendek.
Namun senyum jahil nampak jelas di bibir merah muda gadis itu.
"Eh, itu disamping lo ada anjing tu"
"Mana mana?"
Vaarez menatap kesebelah kirinya, dan gadis itu berlari dari sebelah kanan Vaarez.
Vaarez yang merasa ditipu segera menghadap kembali ke gadis itu. Namun yang didapatkannya hanya wangi strawberry yang tertinggal dari tubuh gadis itu.
"Sialan, dia kabur"
'Awas lo ya, kalau sekali lagi gue ketemu sama lo, gue bakalan buat badan lo jadi lebih pendek daripada sebelumnya' gerutunya dalam hati.
Vaarez segera sadar dari lamunannya. Ia tak mengerti bagaimana bisa ia terus memikirkan gadis itu. Bibirnya membentuk sebuah senyum kecil. Mungkin karena memikirkan gadis yang ia temui kemarin. Ataukah ia sudah tidak waras karena fried chicken tercintanya terjatuh.
Ia terus tersenyum. Sampai tak menyadari bahwa bu Zilla hampir saja memasuki kelasnya.
Bu Zilla, guru killer yang menakutkan itu menatap horror pada Vaarez. Mungkin beliau mengira Vaarez sudah kerasukan setan karena tersenyum sendiri.
"Vaarez,"
"Hmmm"
Bu Zilla memutar bola matanya, "Vaarez,"
"Hmm.."
Tak lama setelah itu tongkat mematikan kesayangan bu Zilla terangkat dan mendarat keras di tepi meja Vaarez. Seketika Vaarez terlonjak.
"Fried chicken gue mana?" teriaknya. Hal itu membuat seluruh murid tertawa terbahak bahak.
"Kamu ngapain senyam senyum sendiri?"
Vaarez menyengir, "hehe.. gak papa bu. Khilaf"
Beruntungnya Vaarez hari ini, bu Zilla sama sekali tidak marah kepadanya dan hanya menggeleng gelengkan kepalanya.
"Jangan diulangi lagi"
Vaarez tertawa sambil salah tingkah, bagaimana tidak? Seluruh mata tertuju kepadanya dengan sebuah tawaan.
Ya tuhan ia malu sekali.
Bu Zilla duduk dikursinya seperti biasanya, membersihkan kursinya dengan sapu tangan sebelum duduk.
Vaarez muak akan hal itu.
Ia membuang pandangannya dari meja guru. Namun itu ia urungkan ketika melihat seorang gadis bertubuh mungil dengan rambut dikuncir kuda masuk ke dalam kelasnya.
Vaarez merasa ia mengenali gadis itu, "itu kan-"
Tatapan mata Vaarez kesal. Sangat pasti dan tidak lain gadis itu adalah murid baru yang akan masuk ke kelas X-3. Kelasnya.
Gadis itu cantik. Bisa dibilang mendekati sempurna. Dia mempunyai wajah yang lembut, kulit yang terang dan poni pagar yang menutupi kening putihnya. Hanya ada satu hal yang dapat menggambarkan gadis itu. Menggemaskan.
Namun apa yang membuat Vaarez menatap gadis itu dengan kesal?
Gadis itu adalah gadis yang menabrak nya kemarin.
------------------------------------------------
Hallo guys.. segini cukup gak sih buat part pertama? Kependekkan ya? Ntar diusahain deh part selanjutnya bakal bikin yang panjang.
Butuh kritik dan saran banget dari kalian. Karena ini cerita pertama yang aku buat.
Vote kalian juga perlu banget. Hehe..
Makasih ya yang udah baca.
Bye..
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain with you
Teen FictionRinnai dan Vaarez. Mereka berdua bagaikan bayangan, selalu bersama tetapi tidak bisa bersatu. Hanya ada satu cara yang bisa membuat mereka menjadi bersatu, yaitu ketika hujan turun. Namun jika hujan menjadi pemersatu dan penghalang mereka berdua, a...