Rinnai mengetuk ngetuk meja nya, pelajaran hari ini sangat membosankan. Sedari tadi guru hanya membahas soal ujian sosiologi semester lalu. Gadis itu merebahkan kepalanya pada kedua tangannya yang dilipat dan memejamkan matanya.
Bau obat obatan tercium sangat keras ketika Rinnai memasuki ruangan dirumah sakit. Gadis itu dilarikan kerumah sakit karena kakinya yang patah ketika terjatuh dari sepeda.
Ketika sudah tiga minggu lamanya Rinnai dirumah sakit, gadis itu merasa jenuh dan memutuskan untuk berjalan mengitari ruangan yang ada dirumah sakit, namun langkahnya terhenti ketika mendengar suara anak laki laki sedang merintih kesakitan.
Rinnai bergegas mencari sumber suara dan menemukan dimana suara itu berasal. Gadis itu menjinjitkan kakinya agar bisa melihat sumber suara itu dari balik jendela.
Rinnai melihat seorang anak laki laki seumuran dirinya sedang terbaring lemah dengan darah yang tak henti hentinya keluar dari kepalanya, anak laki laki itu sesekali memanggil ibunya yang terbujur kaku disebelah tempat ia terbaring. Sesekali anak itu menangis.
Tak lama setelah itu seorang pria muda dan anak laki laki yang lebih besar daripada anak lelaki yang sakit itu muncul dari dalam ruangan yang ada disana. Mereka mengeluarkan air mata.
Seorang pria muda yang anak lelaki itu sebut papa menyentuh lembut tangan anak lelaki yang terbaring tadi, sembari berkata
"Vaarez, mama udah gak ada"
"Hah?"
Rinnai terbangun saat melihat guru sosiologi sudah tidak ada lagi dikelasnya, ia mengusap kedua matanya. "Duh kayaknya gue ketiduran deh"
Gadis itu menoleh ke arah Keeran yang tertidur, lalu kembali memalingkan wajahnya kedepan papan tulis.
"Kok tadi gue mimpi aneh ya"
"Itu kan kejadian yang udah lama banget, waktu gue masih kecil malah". Lanjutnya.
"Tunggu deh, seingat gue nama anak yang dulu pernah gue lihat itu kan Vaarez, dan anak itu nangis karena mama nya meninggal.."
"Dan waktu Vaarez pingsan gue gak ngelihat kontak mama Vaarez di hp nya" Gadis itu berpikir keras.
Rinnai menoleh ke arah jendela yang tadi basah karena hujan, kini hanya sisa rintik rintik. Tatapannya ragu, "Apa jangan jangan.."
Matanya membulat,
"Vaarez adalah anak laki laki yang pernah gue lihat dirumah sakit dulu?"
"Tapi bisa jadi sih, duh Vaarez kapan sekolah ya" Lanjutnya.
-----------
Bel pulang yang dinanti nantikan oleh seluruh murid akhirnya berbunyi, seperti biasa hampir dari semua murid berhamburan keluar kelas yang tiga jam terakhir tadi tidak ada guru.
Keeran menghampiri Rinnai yang sedari tadi melamun tidak jelas.
"Rin, pulang yuk"
"Rin.."
Praak
Tepukan tangan Keeran tadi berhasil membuat Rinnai kembali sadar dari lamunannya.
"Apasih Keeran lo bisa gak jangan ngagetin gue, gue lagi gak mau bercanda tau"
"Lah gue udah ngajak lo pulang dari tadi, lo nya aja yang ngelamun terus yaudah gue kagetin aja"
"Lagian lo kenapa ngelamun sih?" Lanjutnya.
"Gak papa gue pulang duluan aja ya, gue lagi mau sendiri Ran"
Rinnai meninggalkan Keeran yang terheran heran, "Kenapa sih tu anak".
Rinnai memutuskan pergi kerumah sakit untuk menjenguk Vaarez sekalian menanyakan apakah benar Vaarez anak laki laki yang pernah ia lihat dulu.
Meskipun menurutnya itu tidak terlalu penting, tapi entah kenapa ada rasa penasaran yang sangat menghantuinya.
Sesampainya dirumah sakit Rinnai melihat Vaarez yang sedang berdiri menatap jendela rumah sakit, lelaki itu sedikit terkejut ketika mendengar suara pintu terbuka dari ruangannya.
"Eh idiotnya Vaarez"
Rinnai tersenyum, "Udah gak lemas lagi ya"
"Udah, besok udah bisa sekolah"
"Rez, ada yang mau gue omongin sama lo". Rinnai menghampiri Vaarez.
"Sama dong, ada yang mau gue bilang juga sama lo"
"Yaudah lo duluan"
"Lo duluan dong kan ladyfirst"
"Tapi lo jangan marah ya, jangan mikir juga kalau gue mau ikut campur urusan lo" Rinnai memastikan.
Vaarez mengacak rambut Rinnai, "Iya sayang"
"Jadi gini, dulu gue ada ngelihat anak laki laki yang mama nya meninggal dirumah sakit, dan nama anak itu Vaarez, pas lo pingsan gue sama sekali gak ngelihat nama mama lo di line atau di kontak hp lo. Sebenarnya itu juga gak terlalu penting sih, tapi penasaran aja"
"Dan, apa benar mama lo udah meninggal? Apa Vaarez yang pernah gue lihat itu lo? Lanjut Rinnai.
Vaarez menghela nafasnya,
"Jadi gini..""Waktu gue kecil, gue lagi jalan sama mama gue, naik motor dan gak tau kenapa ada mobil yang melaju kearah mama gue dan gue, kepala gue kebentur ke aspal dan pas gue sadar gue udah dirumah sakit dan.. Mama gue udah gak ada. Waktu itu juga lagi hujan, jadi setiap hujan datang gue selalu berpikir kalau hujan yang udah ngambil nyawa mama gue dan bikin gue sa"
Vaarez menggantung kata katanya.
Rinnai membuka mulutnya, "Sa?"
"Dan sejak kejadian itu gue jadi bisa ngelihat apa yang orang normal gak bisa" Jelas Vaarez mengalihkan pembicaraan.
Rinnai menggangguk pelan.
"Oo pantas aja ni anak agak gak waras" Gumamnya
"Terus apa yang mau lo bilang ke gue?"
"Jadi gini..."
"Gue.."
Jantung Rinnai berdegub kencang.
"Tentang alasan ketiga yang hubungan lo sama hujan itu karena lo baik, sama kayak hujan"
"Dan selain itu yang mau gue bilang ke lo"
"Gue.."
Vaarez mendekatkan wajahnya ke wajah Rinnai.
"Gue suka sama Keeran, Rin"
.
.
.
.
.
.Alloha... Akhirnya update lagi ya. Udah lama banget gak update gais dan jujur udah agak lupa sih sama ceritanya hehe
Aku minta tolong ya gais tinggalkan jejak disini
Thanks gaiss
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain with you
Teen FictionRinnai dan Vaarez. Mereka berdua bagaikan bayangan, selalu bersama tetapi tidak bisa bersatu. Hanya ada satu cara yang bisa membuat mereka menjadi bersatu, yaitu ketika hujan turun. Namun jika hujan menjadi pemersatu dan penghalang mereka berdua, a...