Angin sepoi-sepoi menemani Rinnai di atas atap rumahnya, angin sore ini sangatlah sejuk, lembut dan tenang. Membuat mata Rinnai terpejam lama.
Atap rumahnya, merupakan satu satunya tempat yang tenang baginya. Ia bisa melihat pemandangan dari atas atapnya yang terbuka, dan merasakan angin yang sejuk.
Hari ini cuacanya cerah, tidak panas dan tidak juga mendung. Suasana saat ini yang Rinnai rindukan ketika ia diJepang dulu.
Tak lama setelah itu pikiran Rinnai langsung melayang. Pikirannya tertuju pada Vaarez. Pria yang memintanya untuk melakukan fake relationship. Pria yang memberitahu apa hubungan gadis itu dengan hujan, pria yang beberapa hari ini mendekatinya.
Apa maksud dari pria itu?
Jika Rinnai menatap mata pria itu, yang dapat ia temukan hanyalah bola mata coklat pria itu. Ia tidak menemukan apa-apa kecuali kebohongan.
Entah kebohongan apa itu.
"Rinnai"
Suara yang tak asing baginya terdengar begitu jelas di telinganya.
Gadis itu berbalik arah.
"Keeran" ucapnya.
Keeran duduk disebelah Rinnai, "tadi gue masuk ke kamar lo, mama lo bilang lo ada di atas atap"
"Gue kira tadinya lo mau bunuh diri" lanjutnya.
"Gue masih waras Ran"
"Atap rumah lo enak ya, sejuk udaranya" Keeran meletakkan tas yang tadi ia sandang ke bawah tanah dan merebahkan kepalanya di atas tas itu.
"Jadi lo emang beneran pacaran sama Vaarez?"
"Lo bisa gak sih sehari aja gak ngomong itu"
"Ya, habisnya maupun lo atau Vaarez kalau ditanya itu pasti langsung cari topik pembicaraan lain. Kayak gak mau bahas itu aja"
"Ya, gue emang gak mau bahas itu, Ran"
Keeran mengangkat kepalanya dan mulai duduk dengan kaki menyila, "Rinnai aneh"
Rinnai hanya tertawa kecil melihat Keeran yang cemberut seperti itu.
Tiba tiba saja handphone yang sedari tadi Rinnai genggam berbunyi dan menggelitik telapak tangannya. Gadis itu melihat jelas dilayar ponselnya dan langsung membulatkan mata hazelnya.
"Kenapa Rin?"
"Vaarez nelpon gue"
"Angkat Rin"
"Assalamualaikum Rinnai cantik"
Suara Vaarez terdengar jelas sebelum Rinnai meletakkan handphone ke telinganya.
"Waalaikum salam, tumben nguncap salam. Biasanya setan gak pernah nguncap salam tuh"
"Gue manusia Rin"
"Masa? Tapi menurut gue lo lebih mirip ke setan deh daripada manusia"
"Dia bilang apa?," Keeran menarik lengan Rinnai seperti anak kecil yang minta dibelikan permen lollipop.
"Apa sih, kepo"
"Kepo? Gue kepo ngapain Rin?"
"Eh, bukan lo yang gue bilang kepo. Tapi Keeran"
"Keeran disana juga?" Suara Vaarez terdengar sangat antusias.
"Bahagia banget lo dengar nama Keeran"
"Eh, enggak kok. Gue kan cuma nanya aja"
"Hmm.. serah lo deh cowok es, jadi ngapain lo nelpon gue?"
"Gue mau ngajak lo jalan"
"Jalan? Jalan kemana?"
"Kemana aja deh, yang penting jalan jalan, ajak Keeran juga gih"
"Gue sibuk Rez,"
"Pliss dong Rin, lo jahat banget sih sama gue" kata Vaarez di sebrang sana, suaranya terdengar memelas.
"Iya iya, gue mau"
"Makasih dewi hujannya Vaarez"
"Jangan lupa kalau didepan umum ubah bahasa" lanjut pria itu.
"Maksud lo?"
"Pakai aku-kamu ya"
"Iya iya"
Tak lama setelah itu suara nada terputus terdengar dari handphone Rinnai.
"Dia bilang apa Rin?"
"Dia ngajak gue jalan jalan, lo juga diajak sama tuh anak"
"Mau ikut?"
Keeran mengetuk ngetuk dagunya seperti berpikir, "iya deh mau"
"Tapi gue ganti baju dulu ya, kan gak mungkin gue jalan jalan pakai kaos oblong sama sendal jepit gini" lanjutnya.
Rinnai tidak bisa menahan tawanya, "Iya iya, sana ganti baju. Malu maluin tau gak kalau bawa lo pakai baju kayak gini"
Keeran mengangguk dan mulai turun dari atap rumah Rinnai.
Dan kini tinggal Rinnai sendiri di atas atap itu.
Tak percaya tetapi Rinnai benar benar mendengarnya.
Kata kata itu, sudah dua kali didengar Rinnai dari mulut Vaarez.
Dan kini jantung gadis itu mulai berdetak kencang, gadis itu merasa dadanya menjadi sesak. Udara yang sejuk di atap rumahnya kini serasa semakin sedikit dan panas.
Rinnai tak bisa melupakan kata kata yang membuat jantungnya berdebar saat ini,
"Makasih dewi hujannya Vaarez"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain with you
Teen FictionRinnai dan Vaarez. Mereka berdua bagaikan bayangan, selalu bersama tetapi tidak bisa bersatu. Hanya ada satu cara yang bisa membuat mereka menjadi bersatu, yaitu ketika hujan turun. Namun jika hujan menjadi pemersatu dan penghalang mereka berdua, a...