Rinnai melirik ke arah Vaarez, "kenapa?"
"Ya jangan aja, lo gak boleh ninggalin gue"
"Katanya lo mau makan bubur, yaudah gue suruh Danta dulu buat beli bubur"
"Panggil aja kek Dantanya, ngapain harus keluar"
Rinnai memutarkan bola matanya, "kalau gue gak keluar gimana cara manggil Dantanya? gue teriak gitu? Ntar ganggu pasien lain gimana?"
"Gak, gue gak mau makan bubur lagi"
"Terus lo mau makan apa?"
"Gue gak lapar, orang gue baru sadar juga"
Rinnai mengangguk, "mau minum?"
"Iya, haus banget gue"
Ketika Rinnai ingin mengambil minuman di dekat nakas rumah sakit, Vaarez malah semakin menahan tangan Rinnai.
"Aduh, sakit Vaarez, lepasin napa? Katanya mau minum"
"Gue gak mau lepasin tangan lo, jangan tinggalin gue"
"Gue gak ninggalin, orang cuma ngambil disitu kok" Rinnai menunjuk meja yang hanya tiga langkah dekatnya dari tempat Vaarez berbaring.
"Gak mau, lo sini aja"
Rinnai mengeluh sambil sesekali meringis karena tangannya yang terlalu keras digenggam Vaarez.
"Aduh Vaarez, sa-"
Kata kata Rinnai terpotong oleh suara decitan pintu rumah sakit, keduanya saling melihat ke arah pintu.
"Verrel.." ucap Vaarez pelan.
Verrel menatap pada tangan Vaarez yang menggenggan pergelangan tangan Rinnai. Vaarez yang menyadari itu langsung melepaskan tangan Rinnai.
"Lo kok.."
"Tadi ada cewek yang namanya Rinnai, dia ngasih tau kalau lo masuk rumah sakit"
Vaarez dan Rinnai saling membulatkan matanya, mereka saling menatap sebelum akhirnya tepukan tangan Varrel memotong penglihatan antara mereka berdua.
"Lo pasti hujan hujanan kan?"
"Kan udah gue bilang, jangan-"
"Em.. gue keluar aja" Rinnai memotong kata kata Verrel. Gadis itu berlari keluar dan Verrel serta Vaarez melihatnya dengan heran.
"Dia siapa" tanya Verrel.
"Itu yang lo bilang Rinnai tadi, yang kata lo angkat telepon lo tadi"
Verrel mengangguk paham.
"Cewek lo?"
"Enggak lah"
"Terus kenapa dia aja sendiri yang datang kesini?"
"Kepo banget"
Vaarez mendudukkan badannya sendiri namun Verrel segera merebahkan kembali badan Vaarez. "Mau ngapain? Masih sakit juga"
"Emang lo harus tau gue mau kemana, terus kalau gue mau ke wc lo juga mau ikut?"
"Rez jangan ngebantah",
"Gue gak mau kejadian yang dulu terjadi lagi sama lo" lanjut Verrel.
Pria itu menundukkan kepalanya, "tadi pas cewek itu bilang lo tergeletak di jalan, gue kira lo ketabrak mobil. Gue gak mau hal yang kayak dulu kejadian lagi ke lo Rez"
Seketika itu suasana menjadi hening, Vaarez tak menjawab perkataan kakaknya itu. Ia hanya terdiam. Dilihatnya Verrel yang merapikan rambutnya, bibirnya terbuka seperti ingin mengeluarkan kata kata.
Dan ternyata benar, pria itu mengeluarkan sebuah kata singkat sebelum ia pergi dari ruangan Vaarez, dan kata kata itu sangat menusuk dihati Vaarez, kata kata kakaknya itu membuat ia kembali dihantarkan pada masa lalu. Dan kata kata itu masih terngiang-ngiang ditelinga Vaarez.
"Cukup mama aja yang pergi"
******
Hai readers.. ada bonus buat kalian nih..
Aku update part 15 yeyy... *gaje maksimal hehe 😂
Jadi tadi pas aku buka WATTPAD aku, ternyata di cerita RWY ini ada satu part yang nyempil 😂 partnya mungkin lupa aku publish kali ya hehe 😂 jadi daripada nunggu sampai aku selesai ujian, lebih baik aku UP sekarang aja, itung itung untuk buat seneng kalian^^
Okedeh.. itu aja yang mau aku omongin, jangan lupa di vote, coment dan yang paling penting itu dibaca, jangan bomvote doang.
Buat yang silent readers, pliss unjukkan suara kalian dong hehe 😂
Makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain with you
Teen FictionRinnai dan Vaarez. Mereka berdua bagaikan bayangan, selalu bersama tetapi tidak bisa bersatu. Hanya ada satu cara yang bisa membuat mereka menjadi bersatu, yaitu ketika hujan turun. Namun jika hujan menjadi pemersatu dan penghalang mereka berdua, a...