19

77 10 0
                                    

Rinnai terbangun di pagi pertama saat usianya sudah 16 tahun. Hari ini hari minggu, rumahnya sangat sunyi karena semua keluarganya sibuk dengan kegiatan masing-masing di luar rumah. Hanya Rinnai yang masih bertahan berada di rumah. Tidak ada kegiatan spesial di hari minggu bagi Rinnai selain menikmati hembusan angin di atas atap rumahnya. Gadis itu merebahkan badannya dan memejamkan matanya sembari bersenandung kecil.

"Selamat malam pacar bohongannya Vaarez"

"Tapi dewi hujan benerannya Vaarez"

Rinnai kembali membuka matanya dan merubah posisinya menjadi duduk. Rinnai tidak percaya hanya karena perkaatan Vaarez kemarin ia sampai memikirkannya hingga saat ini. Bahkan kemarin malam pun Rinnai tidak bisa tidur karena mengingat perkataan Vaarez.

Apakah Rinnai menyukai Vaarez?

"Rinnai!". Suara teriakan itu jelas terdengar dari bawah, Rinnai menyapu pandangannya ke arah bawah atap dan gadis itu menemukan sosok Vaarez yang berada di luar pagar sedang melambaikan tangan ke arahnya.

Ya Tuhan mengapa hidupku selalu ada dia. Gerutunya dalam hati. Rinnai berpura pura tidak melihat Vaarez. Tetapi apa yang terjadi selanjutnya?

Tadaaa

Vaarez mendatangi Rinnai.

"Ngapain lo kesini?" Tanya nya kesal, ia memutarkan bola matanya dan menyilangkan kedua tangan di depan dadanya.

"Mau ngajak jalan"

"Gak mau ah. Gue lagi males kemana mana nih"

Vaarez berdecak kesal melihat Rinnai yang sejak kemarin memarahinya, "Lo kenapa sih? Marah marah mulu dari kemarin"

"Pikir aja sendiri"

"Udah jelek, pendek, GENDUT, pemarah lagi" Pria itu menjulurkan lidahnya ke arah Rinnai dan juga menekankan kata 'gendut'.

"Ih apa sih lo tu ngeselin banget ya"

"Ya makanya jalan"

"Gak mau ih"

Tidak ada cara lain, Vaarez mengangkat badan mungil Rinnai dan membawanya turun dari atap. Beberapa kali gadis itu memerintahkan Vaarez untuk menurunkannya namun Vaarez tak menggubris permintaan gadis bermata hazel itu. Sesampainya dikamar Rinnai, barulah Vaarez menurunkannya.

"Lo apaan sih? Kalau gue jatuh gimana"

"Ya gue tinggal lari"

Rinnai mendorong kepala Vaarez yang beberapa detik setelah itu disusul dengan tawaan dari mereka.

"Rin"

"Hm?"

"Kamar lo ada isinya ya"

"Isi apaan?"

"Yang suka ganggu manusia gitu"

Sontak perkataan Vaarez tadi membuat Rinnai takut dan memegang tangan Vaarez dengan erat. "Yaudah kalau gitu kita jalan jalan aja. Lagian dirumah gue juga sendiri, kan takut"

Vaarez yang melihat itu menjadi tertawa geli dan mengacak rambut Rinnai membuat rambut yang awalnya rapi menjadi berantakan.

"Yaudah ayo" Ajak Rinnai.

"Tapi naik sepeda"

Rinnai terkejut, "Naik sepeda?"

***

"Rez, lo kenapa sih akhir-akhir ini suka kerumah gue?" Rinnai sedikit mengeraskan suaranya.

"Kan sekarang lo pacar gue, jadi kemanapun lo pergi gue pasti nyamperin lo"

"Pacar pura pura kali" Rinnai menepuk keras punggung Vaarez dan membuat sepeda yang mereka tunggangi menjadi hilang kendali.

"Rinnai jangan gitu ntar jatuh"

Braak

Alhasil sepeda yang mereka tunggangi benar benar hilang kendali. Bukan hanya hilang kendali, ban sepedanya pun sudah terpisah dari badan sepeda.

"Rez, lo gak gak kenapa napa kan" Gadis itu tampak khawatir. Dilihatnya telapak tangan Vaarez yang terluka karena tertancap kaca.

"Maaf.." lanjutnya.

Pria itu mengerang kesakitan ketika Rinnai yang tidak sengaja menyentuh telapak tangannya. "Sakit tau, gara gara lo kan. Coba lo gak usah mukul gue, gak bakalan jatuh kita. Ban depannya juga hilang gak tau kemana"

Setelah itu setetes air bening dari langit mulai turun membasahi jalanan. Air yang mulanya hanya setetes demi setetes perlahan menjadi banyak. Rinnai mengadahkan tanggannya keatas yang diikuti oleh Vaarez yang mendongakkan kepalanya.

"Yah hujan Rez"

"Aduh, terus neduh dimana dong? Sepedanya juga rusak lagi" keluh pria itu.

Beberapa detik setelah itu mata Rinnai tertuju kepada sebuah warung yang tutup tidak jauh dari tempat dimana mereka terjatuh.

"Rez, neduh di situ aja" tunjuknya.

Vaarez berdiri sambil membawa sepeda dengan sebelah tangannya, "Yaudah ayo".

***

Sudah cukup lama Rinnai dan Vaarez berdiam diri di warung tempat mereka berteduh, namun hujan tak kunjung berhenti juga. Bukannya reda, hujan malah bertambah deras yang disertai dengan semburan geledek.

"Tangan lo masih sakit ya?" Rinnai berusaha memecahkan keheningan yang terjadi sejak tadi.

Vaarez mengangguk pelan.

"Mana coba lihat" Rinnai mengambil tangan Vaarez dan segera membaluti tangan pria itu dengan syal yang sedari tadi ia ikatkan di rambutnya.

"Vaarez" Ucapnya sekali lagi.

"Hm?"

"Maaf ya"

Perdetik setelah itu Vaarez mengacak rambut Rinnai dan tersenyum. "Gak apa apa".

Hening.

"Rez"

"Hm?"

"Lo kenapa akhir-akhir ini sering kerumah gue?"

Vaarez memandangi lekat lekat mata Rinnai. "Karena gue malas dirumah"

"Kenapa?" Tanyanya penasaran.

"Karena semenjak mama gue meninggal, papa jadi sibuk dengan dirinya sendiri. Dia selalu kerja kerja dan kerja. Dan Verrel.."  Ia menghentikan kata katanya.

"Verrel selalu berpikir kalau penyebab mama gue meninggal itu karena gue, emang sih waktu itu gue yang ngajak mama buat jalan jalan. Yah.. Mungkin emang mama meninggal gara gara gue"

"Verrel yang dirumah sakit itu? Kakak lo?"

"Iya"

Rinnai mengangguk pelan.

"Kenapa setiap gue pergi sama lo gak lama habis itu langsung hujan? Kayak langit gak mau gitu gue berdua sama lo" Lanjut Vaarez.

Pria itu menekan dadanya kuat kuat dan bibirnya mulai memutih. Rinnai yang melihatnya menjadi penasaran. Mengapa setiap hujan wajah Vaarez selalu berubah menjadi pucat dan selalu menekan dadanya?

Disisi lain Vaarez sedang melihat ke arah gang dekat tempat ia berteduh, pria itu melihat Keeran berlari dengan tangan yang memegang payung. Namun ada pria di sampingnya. Vaarez menyipitkan matanya agar bisa melihat lebih jelas, dan rupanya pria yang berjalan disebelah Keeran itu adalah Danta.

Danta ada hubungan apa sama Keeran? Pikirnya.

"Vaarez" Suara itu mengejutkan Vaarez, ia melihat kearah Rinnai yang tadi menepuk bahunya.

"Lo lagi lihat apa?" Lanjutnya.

"Gak lagi lihat apa apa kok"

Mata Vaarez kembali tertuju ke arah Keeran dan Danta yang diikuti oleh mata Rinnai.

Ternyata ada Keeran. Pikir Rinnai.

Dan saat itu Rinnai mulai berpikir, ada hubungan apa sebenarnya Vaarez dengan Rinnai? Kenapa ia tampak kesal ketika melihat Keeran sedang berjalan dengan pria yang Rinnai tidak bisa melihat dengan jelas?

Rain with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang