Alana Rinnai Azummi
Vaarez masih mengingat nama gadis itu dengan jelas. Rinnai, sapanya. Entah kenapa Vaarez membenci nama itu. Mungkin karena memang pada awalnya Vaarez juga tidak suka dengan gadis itu, atau ada hal lainnya.
Gadis itu campuran Jepang Indonesia. Dan dia pindahan dari jepang. Vaarez bisa menebak itu dengan mudah. Warna kulitnya yang terang, rambut coklatnya yang tebal, hidungnya yang mancung dan mata yang tidak terlalu besar dengan bola mata hazel yang ia punya, cukup meyakinkan bahwa gadis itu orang jepang.
What? Tunggu sebentar.
Mengapa Vaarez jadi memikirkan gadis itu? Bukankah ia membencinya?.
Tapi gadis itu dapat dikategorikan dalam the flowers of school jika nanti ia sudah cukup lama bersekolah disini.
Eh? Kok jadi gadis itu lagi?
Entahlah, Vaarez pun tak mengerti.
"Gue belum tau nama lo"
Suara itu terdengar jelas dari sebelah kanan Vaarez. Pria itu menoleh.
Ya tuhan.. bagaimana ia bisa lupa.
Tadi setelah gadis itu memperkenalkan dirinya, bu Zilla mempersilahkannya untuk duduk di bangku pertama di barisan kedua.
Dan itu bertempat disebelah Vaarez.
'Terkutuklah kau Rizky putra adanta' gerutunya dalam hati mengingat tadi Danta lebih memilih duduk dipojok dinding ketimbang di sebelah Vaarez. Jika saja Danta mau untuk duduk disebelah Vaarez, pasti gadis itu duduk di pojok dinding tempat Danta bersantai sekarang.
Untung gak sebangku, batinnya.
"Hei"
Vaarez kembali tersadar dan menatap sinis pada Rinnai, "apa?"
"Gue belum tau nama lo"
"Penting ya nama gue"
Rinnai mengerutkan dahinya, ada apa dengan pria ini. Mungkinkah hanya karena ia tak sengaja menjatuhkan fried chicken pria itu yang membuat pria itu tampak sangat membencinya.
Sebenarnya Rinnai takut ketika melihat mata coklat Vaarez yang menatapnya dengan tajam. Namun Rinnai mencoba memberanikan diri untuk berbicara kepada pria itu.
"Perlu-"
Rinnai berhenti sejenak, "karena gue anak baru disini"
"Terus?"
"Karena lo ketua kelasnya"
"Kalau gue ketua kelasnya apa masalahnya sama lo?"
Rinnai terdiam, tak melanjutkan kata katanya. Ia mengelus dadanya. Mencoba untuk menyabarkan dirinya.
"Cowok dingin" ucapnya pelan.
Bu Zilla yang sedari tadi tertidur kini membuka matanya. Ia melihat hampir dari seluruh anak kelas X-3 melakukan kegiatannya sendiri sendiri. Padahal sebelum ia tertidur bu Zilla sudah memberikan tugas kepada semua anak muridnya.
Seperti biasanya, bu Zilla mengangkat tongkat kayunya tinggi tinggi dan mendaratkannya kerah di meja nya.
Hening.
Seketika semuanya terdiam.
"Ibu tadi kan sudah bilang kerjain tugas, kenapa malah sibuk sama kegiatan masing masing? Sudah berani sama ibu?"
Semuanya menggeleng.
"Kerjakan!"
Bukan sulap bukan sihir, semua murid langsung membuka bukunya dan mengerjakan tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain with you
Teen FictionRinnai dan Vaarez. Mereka berdua bagaikan bayangan, selalu bersama tetapi tidak bisa bersatu. Hanya ada satu cara yang bisa membuat mereka menjadi bersatu, yaitu ketika hujan turun. Namun jika hujan menjadi pemersatu dan penghalang mereka berdua, a...