Hujan, mungkin itu yang hari ini Vaarez lihat dari balik jendela kelasnya.
Pria itu berdecak kesal. Ia sudah bangun sangat pagi untuk membuka gerbang dan sekarang ia terkurung di kelasnya karena hujan.
Dan seorang diri.
Pria itu melirik ke kursi dimana Danta duduk, kursi itu kosong.
Pria itu memutarkan bola matanya.
Tak lama terdengar suara langkah kaki yang mantap memasuki kelasnya. Pria itu tak menatap kearah pintu.
"Yatuhan.. jangan berikan makhluk astral apapun kepada hambamu ini sekarang"
Ditemani makhluk astral disaat keadaan sunyi seperti ini, itu tidak lucu.
Namun suara langkah kaki itu terdengar sangat jelas dan nyata. Vaarez memberanikan dirinya untuk melihat ke arah pintu.
Rinnai, gadis itu sedang berjalan mendekati tempat duduknya. Ia melirik sebentar kearah Vaarez sebelum akhirnya Vaarez membentak Rinnai.
"Apa lihat lihat?"
Rinnai memalingkan wajahnya.
Gadis itu meletakkan tasnya dan duduk dikursinya.
"Gara gara lo kemarin gue jadi dimarahin abang gue"
Rinnai memutar kepalanya kearah Vaarez, "curhat?"
"Ya.. enggak sih-"
"Tapi kan gara gara lo gue jadi dimarahin, gara gara lo juga gue harus datang sepagi ini" lanjutnya.
Rinnai berdiri dari kursinya, "lo kok suka banget sih ngebentak gue, salah gue apa sama lo"
"Eh, bukan ngebentak"
Vaarez memegang pergelangan tangan Rinnai namun Rinnai segera menepis tangan pria itu. Gadis itu melangkah keluar kelas. Meninggalkan Vaarez yang sendirian.
Ya, mungkin ditemani satu atau dua makhluk astral.
***
Hujan sudah reda sekarang, mungkin hanya menyisakan setetes air yang turun dari atap sekolah.
Rinnai berjalan menyusuri perpustakaan. Gadis itu masih penasaran tentang buku yang kemarin sempat ia baca judulnya sebelum Vaarez mengambilnya.
Kaki gadis itu mantap memasuki perpustakaan, namun suara seorang gadis seumurnya tampak jelas menyorakkan Rinnai dari dalam perpustakaan.
"Cie.. yang udah jadian sama Vaarez"
"Pj mana pj?"
Rinnai memutar bola mata hazelnya.
Ya, mungkin mendengar nama Vaarez dipagi hari akan membuatnya badmood sampai pulang sekolah nanti. Terlebih lagi jika disorakkan bahwa Rinnai dan Vaarez berpacaran.
"Anak anak alay" batin gadis itu. Kaki kanannya yang sudah menginjak batas pintu perpustakaan kini memilih untuk mundur dan berbalik arah.
Gadis itu pergi meninggalkan perpustakaan. Kini ia lebih memilih untuk berdiam diri di kantin dengan secangkir coklat panas.
Gadis itu menduduki bangku kantin andalannya. Pipinya tertumpu pada kedua tangannya.
"Keeran mana?" Ucapnya pelan.
"Eh gue denger nih ya, katanya si anak baru itu pacaran loh sama Vaarez"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain with you
Teen FictionRinnai dan Vaarez. Mereka berdua bagaikan bayangan, selalu bersama tetapi tidak bisa bersatu. Hanya ada satu cara yang bisa membuat mereka menjadi bersatu, yaitu ketika hujan turun. Namun jika hujan menjadi pemersatu dan penghalang mereka berdua, a...