16

81 11 4
                                    

Rinnai menatap pada langit kelam di luar jendela kelasnya. Hari ini jam kosong pada kelasnya dan seluruh murid disekolahnya merasa kegirangan. Namun tidak pada Rinnai, disaat seluruh murid memanfaatkan jam kosong ini dengan bermain, berbincang bincang, dan keluar kelas, Rinnai malah menyibukkan dirinya dengan menatap langit mendung dan menghitung rintikan gerimis yang turun ke bawah tanah.

"Hari ini gelap banget ya" ucap Keeran menghampiri Rinnai.

"Iya Ran" Rinnai sama sekali tidak menoleh ke arah Keeran.

"Vaarez kenapa? Kok ada surat izin?"

"Sakit"

"Sakit apa?"

Rinnai berbalik arah menoleh ke arah Keeran. "Kalau mau tau mendingan kita ke rumah sakit aja"

"Vaarez masuk rumah sakit?"

Rinnai mengangguk.

"Kemarin dia ngigau setelah sadar dan dia manggil nama lo. Jadi mungkin dia pengen lo"

"Sekarang aja ke rumah sakitnya gimana?"

"Sekarang?"

"Terus kita mau bolos dari sekolah?" Lanjut Rinnai.

Keeran mengangguk kegirangan.

"Gila lo ya. Ntar ketahuan terus masuk buku kasus gimana?"

"Sekali-sekali kan gak apa-apa Rin"

"Gak mau" Rinnai melipat kedua tangannya di depan dadanya. Namun Keeran segera menarik tangan Rinnai.

"Ayok ah"

Keeran menarik tangan Rinnai sampai pada bagian sekolah paling tua. Yaitu di belakang wc. Tempat para murid murid nakal kabur dan bolos dari sekolah.

"Tas kita gimana?"

"Tinggalin aja di sekolah"

Keeran terus menarik tangan Rinnai. Dan Rinnai hanya pasrah karena Rinnai tau Keeran adalah orang yang paling ahli dalam menarik tangan seseorang.

Ketika mereka berdua lolos dari sekolah. Mereka pergi menuju halte bus. Keeran menghela nafas karena sedari tadi ia terus berlari dan tidak pernah berhenti.

"Duduk.. disini dulu" ucapnya dengan nafas tidak beraturan.

"Lo kenapa semangat banget sih ketemu sama Vaarez?"

"Lo suka sama Vaarez?" Sambungnya.

Keeran langsung terkejut dengan perkataan Rinnai.

"Enggak kok"

"Eh, naik taxi atau ojek?" Keeran berusaha memotong pembicaraan Rinnai.

"Ojek aja lah"

"Yaudah ayok"

Keeran masih memikirkan yang dikatakan oleh Rinnai tadi. Meskipun Rinnai tidak sungguh sungguh tetapi Keeran terus terusan memikirkannya. Dan jika ia jujur.

Ia memang bersemangat bertemu Vaarez. Entah kenapa ia pun tak tahu.

***************************************

"Udah mendingan Rez?" Rinnai meletakkan telapak tangannya di kening Vaarez. Nampak wajah Vaarez yang pucat dan keningnya juga terasa panas.

"Lebih baik daripada sebelumnya"

"Kan waktu itu gue bilangin jangan main hujan. Malah hujan hujanan"

"Ya gue kan cuma mau ngajak lo main aja"

"Permisi"

Keeran memotong pembicaraan antara Rinnai dan Vaarez.

"Gue gak mau jadi obat nyamuk disini. Jadi jangan mesra mesraan disini ya"

Rinnai dan Vaarez tertawa. Pada detik setelah itu suara dering telepon terdengan jelas dari handphone Rinnai. Telepon itu dari Ray kakaknya.

"Gue angkat telepon dulu ya"

"Halo kak" ucapnya sambil menuju kepintu keluar.

Dan kini tersisa Keeran dan Vaarez diruangan itu.

"Kenapa bisa masuk rumah sakit?"

"Khawatir ya?"

"Gak biasa aja" Keeran menunjukkan senyum malunya.

Vaarez tertawa. "Gara gara main hujan hujanan sama Rinnai. Dan setelah itu gue gak sadarkan diri"

"Lo sih. Kayak anak kecil aja main hujan hujanan"

Vaarez hanya tertawa. Perkataan Keeran tadi membuatnya senang karena diperhatikan oleh gadis yang disukainya.

Dan kini ia sangat yakin.

Mungkin kini ia sudah sangat mencintai Keeran.

Lalu bagaimana dengan Rinnai?


***

Hai readers.. waktu itu ada yang nanya ke aku kalau Vaarez suka sama Keeran kenapa dia pacaran sama Rinnai. Dan ada juga yang bilang ceritanya agak ribet.

Mungkin iya agak ribet. Tapi kalau kalian baca terus nanti bakalan ada yang terungkap kok dari semua pertanyaan kalian itu.

Dan ada kabar baik buat kalian.

Rain with you sudah gak hiatus lagi. Karena setelah hiatus aku bosan karena gak buat cerita. Tapi aku slow update ya..

Makasih readers..

Tetap baca Rain With You terus ya^^

Rain with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang