7

94 42 7
                                    

Malam hari tiba, menyapa sang purnama. Hari ini adalah malam yang dingin. Dan sunyi.

Sunyi, apalagi jika duduk berdua dengan Rinnai tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka.

Vaarez menggosok telapak tangannya sambil sesekali melirik ke arah Rinnai yang duduk disebelahnya.

"Apa?"

Vaarez menggeleng.

Hening.

"Emmm Rez" kata kata Rinnai berhasil memecah keheningan antara mereka.

"Apa?"

"Tadi habis nyabut rumput gue lupa cuci tangan"

"Terus?"

"Temenin gue cuci tangan ya"

"Pergi sendiri napa. Gak usah sok manja jadi cewek"

"Ayo dong. Plisss.. di tempat wudhu aja kok cuci tangannya"

"Gue takut" lanjutnya.

"Terus gue peduli?"

Rinnai memutar bola mata hazelnya dan pergi sendiri ke tempat wudhu.

Dengan perasaan takut.

Rinnai melihat ke sekeliling sambil menggosok telapak tangannya. Ketakutan? Ya ia ketakutan. Bagaimana tidak? Letak taman dari tempat wudhu di sekolahnya sangat jauh dan gelap.

Ketika sampai di depan wc wanita, Rinnai melihat ke kanan dan kekiri sambil membuka keran air dengan perlahan.

Gadis itu memekik ketika mendengar suara benda jatug yang tak jauh dari tempat ia mencuci tangan.

Karena sekolah sudah sunyi, suara gadis itu terdengar jelas ketempat dimana Vaarez duduk.

Pria itu mencari sumber suara itu. Hanya ada dua kalimat di benaknya.

Rinnai kenapa.

Vaarez berlari dan mendapati Rinnai yang sedang duduk dengan menutup kedua telinganya di tempat wudhu wanita.

Vaarez menghampiri Rinnai yang sedang menutup matanya dan meraih tangan Rinnai yang masih berada di dekat telinganya.

"Rin lo kenapa?"

"Rin-"

Rinnai masih hening. Dipegangnya tangan Rinnai yang dingin.

"Lo kenapa sih? Jangan buat susah deh"

"A.. ada suara benda jatuh tadi. G- gue takut"

"Dimana suaranya"

Rinnai menunjuk kearah kamar mandi dan menemukan sapu yang sudah tergeletak di lantai. Dan ada kucing di sebelahnya.

Pria itu kembali menghampiri Rinnai.

"Gak ada apa apa kok"

"Yang jatuh tadi sapu. Yang jatuhin kucing" lanjutnya.

"Tapi gue takut. Bi.. bisa aja kucingnya itu suruhan setan. Ya kan?"

Vaarez memutar bola matanya, "enggak. Gue tau mana yang makhluk kasat mata mana yang astral
"

"Benar ya?"

"Iya. Itu kucing biasa kok" jawab Vaarez memastikan.

Vaarez menjulurkan tangannya kepada gadis itu. Dan gadis itu menarik erat tangan Vaarez.

"Sekarang kita balik ke taman"

"Ngapain?"

"Lo mau kita semalaman di sini?"

Rain with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang