11

91 35 26
                                    

Rinnai beranjak dari tempat tidurnya dengan malas, sebenarnya ia bisa saja melanjutkan tidurnya, tetapi ketukan keras dari luar jendelanya membuat telinganya sakit dan mungkin sebentar lagi gendang telinganya akan pecah.

Vaarez, pria itu sedari tadi berdiri di depan jendela Rinnai dan menunggu Rinnai untuk bergegas.

Tok tok tok

"Rinnai bangun gak, kalau gak bangun gue pecahin nih jendela lo"

Rinnai mengusap kedua matanya sambil sesekali menguap, "Iya iya gue udah bangun goblok"

"Dasar idiot, kalau udah bangun cepetan dong mandi, ntar gue terlambat" teriaknya masih diluar jendela kamar Rinnai.

Ray yang hari ini masuk kuliah pagi langsung memasuki kamar Rinnai tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Ih kakak, kalau masuk bisa gak sih ketuk pintu kamar Rinnai dulu?"

"Itu diluar siapa sih, berisik aja teriak teriak"

Vaarez yang mendengar itu langsung bersembunyi di balik pohon pucuk merah yang berada di samping jendela kamar Rinnai.

"Tau tuh kak, orang gila nyasar kali"

Ray menggeleng gelengkan kepalanya, "yaudah sana mandi, ntar telat. Hari ini kakak gak nganterin kamu ya. Ada tugas dari dosen yang kakak lupa kerjain. Jadi harus dikerjain sekarang kalau gak mau kena marah"

Rinnai mengerucutkan bibirnya, "emang kakak pernah nganterin Rinnai?"

"Hehe.. mungkin sekali atau dua kali kalau kakak lagi libur kuliah"

"Yaudah sana mandi, kakak gak mau pas kakak pulang kuliah ngelihat kamu nangis di kasur cuma gara gara terlambat kesekolah dan kena hukum bersihin wc" lanjut Ray.

"Iya iya kak. Terus kakak mau nungguin aku mandi disini?"

Ray yang mendengar perkataan adiknya itu langsung menutup pintu adiknya tanpa berkata.

Pergi juga akhirnya kak Ray.

Rinnai berjalan kearah jendela, gadis itu membuka jendela kamarnya dan melihat punggung Vaarez yang sedang bersembunyi di balik pohon yang cukup lebat dan tinggi itu.

Rinnai yang melihatnya tak bisa menahan tawa sampai ia lupa bahwa saat ini mungkin wajahnya sangat kacau karena baru bangun tidur.

Vaarez yang mendengar tawaan Rinnai langsung melirik ke arah jendela.

"Kenapa lo tawa tawa? Kesambet?"

"Goblok lo mah. Ngapain lo sembunyi disitu?"

"Ya gue takut aja kalau ada kakak lo"

"Lo takut sama kakak gue?"

"Bukan gitu.."

"Terus"

Vaarez tidak melanjutkan kata katanya. Rinnai mengangkat alisnya, "Terus, kalau gak takut kenapa lo tadi bilang kalau lo takut ada kakak gue?"

"Ih, pokoknya lo tu gak tau. Udah deh cepat mandi atau gak kita bakalan terlambat"

"Jadi gorden nya mau gue tutup apa enggak? Enaknya gimana?"

"Otak lo mesum goblok, udah sana mandi"

Rinnai tak bisa menahan tawanya dan langsung menutup gorden kamarnya.

Vaarez terus melirik jam tangannya sambil berbolak balik di dekat jendela kamar Rinnai. Sudah dua puluh menit dan gadis itu belum juga keluar dari pintu rumahnya.

Pria itu mendengus kesal dan langsung mengetuk jendela kamar Rinnai dengan keras, pria itu tidak tau harus berapa lama lagi ia harus menunggu diluar.

Rain with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang