ufc

2.8K 232 2
                                    

Octagon
Sasuke x Naruto

UFC. Ultimate Fighting Champonship.

Penonton bersorak. Riuh, ramai, hiruk, pikuk. Sesak.

Octagon. Arena tarung bebas, berbentuk segi delapan dikelilingi kawat baja lentur di setiap sisinya. Lantainya dihiasi logo para penyelenggara acara. Beberapa orang berdiri di atasnya.

Bruce Buffer, sang anouncher, baru saja meninggalkan Octagon.

Audiens kembali bergemuruh, meneriakan masing-masing nama petarung andalan. Nama juara bertahan mendominasi. Studio berguncang. Gempa lokal, dadakan.

Sekarang giliran Dean Herb, wasit, di tengah octagon. Berbicara tentang aturan bertarung yang di perbolehkan. Tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Hanya begini yang akan di nilai.

"Kalian mengerti?" suara berat Dean Herb mengisi pendengaran dua petarung. Keduanya mengangguk mengerti.

"Sentuh sarung tangan lawanmu, bersiaplah."

Kedua kepal tangan saling tos pelan. Petarung lalu mundur menunggu denting bel tanda memasuki ronde.

Ding.

Ronde pertama.

Dua petarung saling tatap. Dua biji mata beda warna saling awas. Satu onyks, lainnya safir. Bruce Buffer sudah mengenalkan mereka. Sebagai juara bertahan dan penantang. Uchiha Sasuke versus Uzumaki Naruto. Setengah telanjang hingga kaki. Hanya celana dalam khusus dan gloves.

Sasuke bercelana biru, sementara Naruto kuning. Masing-masing bertuliskan dan berlogo sponsor.

Saat Dean Herb mengayunkan tangannya kedua petarung maju.  Bersiap. Melakukan kuda-kuda.

Seperti biasa, Sasuke akan lompat-lompat sembari mengawasi lawannya. Sekalian streeching. Naruto, kuda-kuda tegap.

Wasit mengingatkan untuk segera menyerang.

Naruto impuls menyerang. Tinju melayang, Sasuke menghindar. Lagi, kaki menyilang. Sasuke seperti terbang. Poun tercuri saat tangan tan berhasil menampar pipi salju. Sasuke berdecak.

Penonton meneriakan nama Naruto.

Suara duk segera terdengar saat Sasuke berhasil memojokan lawannya pada kawat arena. Tubuh mereka bergesekan. Kulit madu menggesek kulit porselen. Mengkilat licin oleh keringat. Naruto terpepet. Wasit mengintip. Siapa tahu satu dari mereka menginjak kaki dengan sengaja, atau menarik kolor hingga merenggang. Itu dilarang.

Tapi, tidak. Tidak ada saling tarik kolor atau menginjak kaki gemas. Mereka profesional kali ini. Penonton gemas.

Naruto terkunci tubuh Sasuke dengan rapat, nafas lawan berhembus kasar di sisi wajahnya. Sial, Sasuke dan tenaga dalamnya. Mengimpit sempurna.

Sudah satu menit. Wasit menarik Sasuke. Harus ada pergantian gerak, tidak boleh berdiam di satu posisi dalam waktu lama. Mereka kembali ke tengah arena. Melompat-lompat, kuda-kuda. Lagi.

Nama Sasuke kembali berkumandang. Lantang.

Naruto mengumpulkan oksigen. Mengatur nafas untuk beberapa menit kedepan hingga ronde satu selesai. Dia akan segera dapat nasehat dari pelatihnya, Kakashi. Di lain sudut, Sasuke kembali pada pelatihnya yang juga kakaknya, Itachi.

Ding ding.

Dean Herb, sang wasit melerai setelah bunyi bel akhir ronde. Kedua petarung mundur. Duduk di kursi kecil. Di obati.

Kakashi berbicara pelan pada Naruto. Kru yang lain memberi minum, mengelap keringat, dan mengoles salep anti memar. Naruto mengangguk-angguk, matanya bersirobok dengan musuh.

Bubuk RacunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang