Aku Ikut
Sasuke x NarutoHujan pada waktu malam memang punya suasana tersendiri di rumah ini. Rumah besar bergaya voctoria yang Sasuke beli untuk menjadi tempat tinggalnya bersama suaminya, Naruto, juga anaknya, Menma.
Hari pertama tinggal di rumah sebesar ini, Menma yang masih berusia lima tahun merengek tidak ingin tidur sendiri. Bocah itu memaksa tidur di kamar orang tuanya.
Naruto setuju saja, toh baru hari pertama, mungkin Menma butuh penyesuaian diri.
Berbeda dengan suaminya, Sasuke sama sekali tidak senang Menma 'menginap' di kamarnya.
"Anak itu harus di didik sedari kecil, dobe," Sasuke melempar handuk sambil berbisik tepat di belakang Naruto.
Menma ada di sana, namun bocah itu rupanya asik memainkan game di ponselnya.
"Ssh, tidak baik terlalu keras pada anak sendiri!" Naruto mengambil handuk bekas Sasuke lalu menggantungnya.
"Hn, keras yang baik itu yang bagaimana, Naruto?" Sasuke smirk menaikan alisnya.
Pipi Naruto memanas, wajah merona.
"Jangan ambigu, tuan Uchiha, ada anak kecil disini." Naruto menghampiri Menma.
Menma menoleh lalu duduk di pangkuan Ayahnya.
"Apa yang salah, kau saja yanga salah fokus pada kata keras." Sasuke meniup wajah Naruto dan langsung di tepis.
"Hus...."
***
Malam semakin larut. Hujan tak juga berhenti, malah di tambah mati lampu.
Menma parno.
Lupa menyimpan senter di mana, Naruto hanya menyalakan flash pada ponselnya lalu membujuk Menma kembali tidur.
Sasuke di sampingnya minta perhatian.
"Hujan-hujan begini," Sasuke berbisik di telinga Naruto, "gelap pula,"
Ambigu lagi.
Naruto menyikut pelan perut suaminya, meski tak menolak saat tangan Sasuke mulai menggerililya di tubuhnya.
"Hh..., Sasuke," Naruto meremas tangan Sasuke yang bermain nakal di dadanya, "Menma...."
Setengah badan Sasuke bangun, melongokan kepalanya melihat Menma.
Sudah tidur.
Aman.
Sasuke tersenyum miring, menarik Naruto agar terlentang, lalu ia menindihnya.
"Jangan sekarang." Naruto sudah hampir lunglai karena godaan Sasuke tapi khawatir anaknya bangun. Sasuke tersenyum lagi, mencium sekilas bibir Naruto.
"Coba, tolak aku." Sasuke mulai menciumi leher jenjang Naruto, turun ke bawah ke dadanya setelah menyingkap piyama.
Menyesap tonjolah di dada suaminya, lalu menjilat seluruh permukaan perut bertanda Naruto.
"Hnn," Naruto menahan suara saat lidah Sasuke menusuk-nusuk pusarnya, "Sas...,"
"Jangan bergerak, aku akan mulai," Sasuke bangkit, berkutat dengan celana piyamanya dan Naruto.
.
"Ahhn," di suruh jangan bergerak, Naruto menurutinya, tubuhnya berguncang karena gerakan Sasuke.
"Hh," Sasuke memejamkan mata. Menikmati.
Petir menyambar.
Menma terbangun, tapi tak mau bergerak.
Bocah itu merasakan gerakan aneh di kasurnya, Ayahnya juga bersuara aneh. Apa Ayah bermimpi buruk? Di mana Papanya?
Mata Menma bergerak-gerak takut. Ia mengepalkan tangannya mendengar suara Ayahnya yang makin jadi. Menma makin ketakutan, namun tidak mau bangun dari sana.
"Sas..., Sas...."
Itu kodenya. Sasuke sudah paham betul. Pasti Naruto mau keluar.
"A-aku mau keluar..." Naruto terengah. Suaranya terdengar berat dan tersiksa di telinga Menma.
"T-tunggu----"
"Teme, aku ingin keluar..." suara Naruto kali ini terdengar memohon, "ahhn,"
"Kita keluar bersama," Sasuke juga ngos-ngosan, dari suaranya Menma menebak Papanya seperti habis lari sprint.
Ini gawat!
Mereka akan keluar.
Menma akan ditinggalkan.
Menma panik.
Makin panik saat Ayahnya, kembali berkata ingin keluar.
"Dobe, keluar bersama----"
"Pa! Yah! Menma ikut!!"
Mereka klimaks dengan prematur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubuk Racun
FanfictionKumpulan cerita tidak jelas, absurd, dan plesetan kurang kreatif. Sebaiknya baca dengan kepala dingin, tidak sedang emosi, tidak sedang lapar, atau menahan kencing. Mohon maaf bila ada kesamaan ide dan jalan cerita, anggap aja kebetulan, oke..