Aokigahara
Sasuke x NarutoYurei adalah sosok gaib penghuni hutan angker itu. Membisiki, membayangi, menyuruhmu melakukan hal di luar kesadaran. Bunuh diri.
Yurei.
Berhati-hatilah saat kau bertemu dengannya.
~
Kawasan hutan Aokigahara.
Sasuke menatap bangunan di depannya. Dua buah gambar eskrim corong setinggi dada menyambut tepat di depan pintu masuk tempat penjualan tiket dan makanan. Sejenak dia seperti memikirkan sesuatu.
Seorang perempuan, resepsionis, tersenyum padanya. Melambaikan tangan. Menyuruhnya untuk membeli tiket masuk hutan Aokigahara.
Ya, hutan dengan sebutan angker. Aokigahara.
Terketak di barat laut kota Tokyo, berjarak antara 115 KM atau lebih dari ibu kota Jepang itu, Aokigahara hutan terlarang tepat di kaki bukit gunung Fuji di sebut-sebut sebagai hutan angker yang sering di jadikan tempat terbanyak untuk bunuh diri.
Sasuke mendengar cerita-cerita tentang Aokigahara dari temannya setahun yang lalu. Rasa penasaran telah membawanya menarik paksa sang sahabat keluar dari sangkarnya.
Meski ada niat lain di samping sekedar penasarannya. Dia ingin menemukan. Seseorang. Semoga.
Dari sana, dari bangunan itu, keluarlah orang yang sudah lama mengisi kekosongannya. Sasuke senyum.
"Kamu sudah dapat tiketnya, dobe?"
Naruto, si teman, berlari mendekat sambil mengangguk. Dia balas tersenyum. Menyodor dua tiket dan sebuah buku panduan.
Sasuke menerima lembaran tiket untuk masuk ke gua-gua yang berada di sekitar hutan.
"Ini tiket terusan?" tanya Sasuke, membalik tiket bertuliskan gua Narusawa.
Naruto belum berkata apapun, si pirang ceriwis itu akan jadi pendiam jika terlalu antusias. Seperti sekarang. Mungkin.
"Hm--apa?"
"Kita tidak akan masuk ke dalam hutannya?" Sasuke lagi yang bertanya. Pemuda itu membenarkan ransel bawaannya.
"Hm," Naruto masih autis. Mengamati seluruh kawasan hutan lebat itu dengan seksama.
Sasuke berdecak, tidak suka di abaikan. Naruto seperti orang lain hari ini.
"Naruto? Kamu dengar aku?"
Yang di tanya menoleh sebentar lalu berpaling lagi sambil bersenandung. Mungkin syair puisi Tomino yang di beri nada olehnya sendiri.
"Jangan bilang kamu sudah kesurupan sebelum masuk hutannya, dobe."
"Apaan, sih?" akhirnya Sasuke lega mendengar si ceriwis menggerutu dan mendumel tidak jelas.
"Kamu bisa masuk hutannya, kok, tadi petugas juga sudah mencatat nama dan waktumu."
"Waktu apa?"
"Waktu masuk hutannya, teme. Jika sampai gelap kamu tidak keluar dari sana, patroli hutan akan segera menyusul." Naruto menunjuk salah satu pintu masuk kawasan hutan angker itu.
"Hn," Sasuke mulai membuka buku panduan. Ada yang mengganjal di tengah halamannya namun di abaikan, nanti saja dia buka. "Ada jalur traking, kita tidak boleh melenceng dari jalur ini." jari panjangnya menunjuk-nunjuk pada sebuah gambar jalur dalam hutan itu. Lalu menerawang, menembus kedalaman hutan hanya dengan onyks-nya.
"Yosh. Mari masuk kesana."
Hutan Aokigahara sudah melegenda di Jepang. Banyak orang Jepang sendiri yang belum pernah masuk ke dalam sini karena kisahnya yang menyeramkan. Kata Naruto, sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubuk Racun
FanfictionKumpulan cerita tidak jelas, absurd, dan plesetan kurang kreatif. Sebaiknya baca dengan kepala dingin, tidak sedang emosi, tidak sedang lapar, atau menahan kencing. Mohon maaf bila ada kesamaan ide dan jalan cerita, anggap aja kebetulan, oke..