Naru's Syndrome
Sasuke x NarutoDalam ketidak warasannya, Sasuke mengerjapkan mata. Di depan seseorang menampari pipinya berulang kali.
"...suke..." sayup-sayup sebuah suara asing masuk pendengarannya.
Sasuke bangun. Kelopak matanya yang berat terbuka lebar. Lalu diam.
"Sasuke, kau oke?" suara itu tahu namanya. Sasuke tidak menjawab, hanya menatap sosok di hadapannya.
Siapa?
Sosok ini memiliki rambut seperti emas dengan manik mata permata safir jernih yang meneduhkan. Sepertinya tidak asing. Tapi siapa?
Sasuke memukulkan telapak tangan pada pelipisnya berkali-kali. Lalu mengerjap lagi, merasakan kehadiran seseorang yang tak pernah lagi di rasakannya selama ini.
Sasuke menyipitkan mata. Memandang lurus pada sosok yang duduk di sampingnya.
"Apa?" tanya sosok pemuda itu. Bertanya dengan kerutan kusut di dahinya. "Kau sudah bangun 'kan?"
Sasuke belum menjawab, ia puaskan matanya menatap wajah pemuda asing itu.
"Kau---" suaranya serak, serupa orang yang baru bangun dari koma dua abad. Sasuke memerhatikan lagi pemuda pirang yang melongo padanya.
"Ada apa. Kenapa melihatku seperti itu." pemuda pirang menuntut penjelasan.
Sasuke diam saja. Lelaki pirang bermata safir menghela nafas kasar. Mendengkus.
"Kau seperti orang linglung, Sasuke. Kau sudah bangun belum. Biar aku menamparmu lagi." tangan si rambut emas sudah melayang di udara ketika dengan sigap Sasuke menangkap pergelangan tangan itu.
"Sudahlah. Ayo, kita pulang." pemuda pirang itu berdiri, menarik Sasuke keluar dari kamar pengap ini.
.
Yang di maksud dengan pulang oleh si pirang adalah benar-benar pulang. Ke rumahnya. Bukan ke kantor bukan juga ke flat kecil yang ia beli setelah kecelakaan tiga tahun yang lalu.
Ini benar-benar rumahnya. Rumah utamanya, dimana Ayah dan Ibunya tinggal. Juga kakaknya.
Kini, mereka tiada.
Keluarga Uchiha Sasuke telah tiada. Kecelakaan maut merenggut nyawa orang-orang yang dulu ada di rumah ini.
Sasuke menatap kosong foto keluarga yang terpasang apik di ruang tamu besar itu. Ia mendekat. Tangannya terulur berusaha menggapai yang tersisa dari orang-orang yang ia sayangi.
Kata orang, Sasuke sungguh beruntung bisa selamat dari kecelakaan itu, tapi ia hanya seorang yang sangat sial menurutnya.
Ehem, sebuah suara menginterupsinya. Dia ...
Sasuke berbalik menatap lekat lelaki berkulit sawo matang yang berjalan ke arahnya.
"Kamu merindukan mereka, Sasuke?" pemuda pirang ikut mendongak memandangi foto keluarga itu, lalu tersenyum lembut. Senyum yang mampu membawa kesejukan pada hati Sasuke.
Selalu begitu. Sejak dulu selalu begitu. Senyumnya mampu membuat tenang dan ... resah.
"Kamu tidak membawa perempuan lagi, Sasuke," pemuda pirang di sebelahnya berbalik melangkah menjauh menaiki tangga menuju lantai selanjutnya.
Sasuke mengikuti dalam diam. Ia melihat punggung pemuda pirang memasuki kamarnya. Ah, sudah lama sekali rupanya tidak melihat pemandangan seperti ini. Apa pemuda pirang itu akan melakukan hal yang sama seperti beberapa waktu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubuk Racun
FanfictionKumpulan cerita tidak jelas, absurd, dan plesetan kurang kreatif. Sebaiknya baca dengan kepala dingin, tidak sedang emosi, tidak sedang lapar, atau menahan kencing. Mohon maaf bila ada kesamaan ide dan jalan cerita, anggap aja kebetulan, oke..