Taehyung menghentikan ciumannya saat mereka sudah hampir kehabisan oksigen. Dengan dada yang naik turun, juga napas yang terengah-engah, mereka saling menatap kemudian tersenyum.
Pemuda itu menempelkan dahinya pada milik Yeonmi. Gadis itu pun tak menolak. Ia justru melingkarkan tangannya ke pinggang Taehyung.
Beberapa saat kemudian, Taehyung berbaring menghadap Yeonmi sambil menopang kepalanya dengan tangan, sementara Yeonmi berbaring menghadap Taehyung dengan kepala yang bertumpu pada bantal.
"Apa kita punya hubungan spesial, sekarang?" tanya Yeonmi sambil memainkan tangannya di kaos yang dipakai oleh Taehyung.
"Kau sudah jadi milikku. Sudah ada tandaku padamu," Taehyung berujar tegas.
"Tapi, aku belum menjawab iya," Yeonmi pura-pura berpikir, matanya menerawang ke langit-langit.
"Perlu kutambah lagi tandanya agar kau bilang iya, hm?" Taehyung menyentuh bibir Yeonmi kemudian memainkan ibu jarinya di sana, mengusapnya dengan sentuhan menggoda. Membuat Yeonmi tersenyum kemudian segera menyingkirkan tangan itu dari sana.
"Ciumanmu berbahaya. Dari mana kau belajar?" tanya Yeonmi yang sesekali menatap mata Taehyung, sesekali mengalihkan tatapannya ke arah lain.
Jantung Yeonmi berdebar tidak karuan karena sejak tadi sepasang netra milik pemuda itu tidak henti menatap tepat ke matanya.
"Naluri lelaki," bisik Taehyung dengan suara beratnya, sama persis seperti saat mereka berada di dapur kafetaria kantor.
Yeonmi tertawa mendengarnya. Mau tidak mau Taehyung ikut tersenyum melihat wajah riang Yeonmi.
"Teruslah tertawa seperti itu. Aku senang melihatnya," Taehyung membelai pipi Yeonmi dengan punggung tangannya.
Bersama Taehyung seperti itu membuat Yeonmi melupakan masalah-masalah dalam hidupnya untuk sejenak. Ia masih ingin ditemani mengobrol seperti itu lebih lama lagi. Ia ingin merasa diperhatikan dan disayangi seperti itu lebih lama lagi.
"Boleh aku memelukmu?" tanya Yeonmi hati-hati setelah tawanya reda.
"Aku milikmu. Lakukan apa saja yang kau mau," Taehyung merentangkan sebelah tangannya yang tak digunakan untuk menopang kepala agar Yeonmi memiliki akses untuk memeluknya.
Begitu wajah Yeonmi tenggelam dalam pelukan Taehyung, gadis itu tersenyum damai. Beginikah rasanya bahagia? Terakhir kali ia merasakan pelukan nyaman seperti itu adalah saat mendiang ibunya masih hidup, saat Yeonmi masih duduk di bangku sekolah menengah. Setelah ia kuliah, ibunya tidak pernah lagi punya waktu untuknya, begitu juga sebaliknya. Hari-hari mereka habiskan untuk banting tulang mencari uang. Mengembalikan hutang pada rentenir yang bunganya sangat mencekik leher.
Ini terlalu menenangkan. Menemukan Taehyung dan mendapatinya seperti itu rasanya bagaikan mimpi dan Yeonmi tidak ingin cepat bangun dari mimpi itu.
"Tidurlah. Aku akan menemanimu sampai kau terlelap," gumam Taehyung seraya membelai lembut kepala Yeonmi.
"Terima kasih, Kim Taehyung," Yeonmi mendongak, mencari netra pria itu untuk ditatap.
"Untuk?"
"Sudah hadir dalam hidupku," Yeonmi tersenyum kemudian Taehyung mengecup bibirnya sekilas dan membalas senyumnya.
Setelahnya Yeonmi tidak ingat apa-apa lagi. Kemungkinan ia benar-benar terlelap setelahnya.
Begitu ia membuka mata pagi itu, sosok Taehyung sudah tidak ada. Namun, aroma tubuh, hangatnya pelukan juga sensasi ciuman lembut dari pria itu masih begitu terasa. Seolah semuanya baru terjadi beberapa menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Poseidon
FanfictionBerkisah tentang dua pewaris perusahaan besar yang hidupnya menjadi berantakan akibat ulah beberapa orang yang berambisi menguasai harta warisan milik mereka. Mereka secara tidak sengaja bertemu dalam sebuah misi dan saling jatuh cinta. Dalam mela...