Sosok berpakaian serba hitam itu mengendap-endap di bawah temaramnya lampu taman. Sesekali kepalanya celingukan ke sana kemari untuk memastikan kondisi sekitar masih dalam kendali.
Ia mengeluarkan sebilah besi pipih lalu memasukkannya ke lubang kunci di pintu utama. Berulang kali ia memutarkan besi itu dengan perlahan hingga nyaris tak menimbulkan suara. Dalam putaran keempat, pintu yang terkunci itu berhasil terbuka.
Pelan-pelan ia membuka pintu itu kemudian menutupnya kembali. Langkah panjang tak bersuaranya menyeberangi ruang utama menuju sebuah kamar yang penerangannya temaram.
Dari balik masker penutup wajah, tampak sosok itu menyeringai senang karena targetnya sudah terlihat meringkuk di atas tempat tidur. Targetnya tertidur pulas. Terbukti dari bunyi napasnya yang teratur. Tugasnya akan semakin ringan.
Beberapa detik kemudian, ia baru tersadar kalau misi utamanya malam itu bukanlah menghabisi sang korban. Melainkan mencari sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih penting untuk diselamatkan.
Sosok itu beralih ke kamar lain yang ia tahu sebagai ruang kerja. Sesuatu yang ia cari pasti tersimpan di sana. Pintu terbuka tanpa suara lalu ia masuk seraya menyalakan senter kecil untuk penerangan jalannya. Ia harus bergerak cepat. Perasaannya tidak enak saat tiba-tiba pintu di belakangnya tertutup. Meski tidak terdengar suara, tetapi ia bisa merasakan pergerakannya.
Ada suara napas seseorang yang terdengar halus. Firasatnya buruk. Bersamaan dengan ia menoleh ke belakang, lampu di ruangan itu pun menyala. Mata sosok itu terbeliak kaget saat mengetahui siapa yang ada bersamanya di ruangan itu.
"Terkejut?" Taehyung menyeringai menatap pria di hadapannya. Dari tinggi badannya saja Taehyung sudah bisa menebak wajah siapa yang berada di balik masker itu.
Park Chanyeol membuka maskernya kemudian menatap Taehyung tajam. Jelas sekali kalau ia begitu kesal karena misinya diinterupsi. Apalagi yang menginterupsi adalah orang yang telah mempermalukannya tempo hari. Orang yang telah menculik calon pengantinnya.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Chanyeol dingin.
Taehyung mengangkat kedua alisnya keheranan, "Bukankah seharusnya aku yang bertanya begitu?"
"Aku tidak punya banyak waktu dan aku sedang terburu-buru."
"Memangnya aku peduli?" Taehyung mengedikkan bahunya tak acuh.
Terlihat Chanyeol menghela napas kemudian berkacak pinggang. Otaknya berpikir keras bagaimana caranya menyingkirkan pengganggu kecil ini. Ia harus segera mendapatkan apa yang ia cari atau rencananya akan berantakan.
"Terserah kau peduli atau tidak, tapi aku tak segan-segan untuk menyingkirkanmu kalau kau berusaha menghalangi atau mengganggu pekerjaanku."
"Pekerjaan? Tengah malam begini mengendap-endap di rumah orang lain? Kau ingin mencuri? Jadi, selama ini pekerjaanmu adalah pencuri?" Taehyung tergelak dengan suara yang membuat Chanyeol menggeretakkan giginya kesal.
"Diam kau Kim Taehyung sialan!"
Wajah Taehyung yang tadinya dipenuhi oleh ekspresi senang mengejek langsung berubah serius. Tatapannya kembali tajam.
"Aku tak akan membiarkanmu," Taehyung tersenyum meringai.
Chanyeol menghela napas kemudian mengabaikan Taehyung dan meneruskan misinya. Mencari berkas incarannya di meja kerja sang pemilik rumah.
Baru saja tangan Chanyeol hendak mengambil sebuah map untuk memeriksanya, Taehyung menyergap tangan itu. Chanyeol begitu kesal hingga melayangkan sebuah pukulan ke arah wajah Taehyung dengan tangannya yang bebas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Poseidon
FanfictionBerkisah tentang dua pewaris perusahaan besar yang hidupnya menjadi berantakan akibat ulah beberapa orang yang berambisi menguasai harta warisan milik mereka. Mereka secara tidak sengaja bertemu dalam sebuah misi dan saling jatuh cinta. Dalam mela...