Kedua gadis itu sudah tiba di depan gedung kantor saat sinar matahari pagi mulai memancar dari celah-celah gedung pencakar langit yang ada di sekitar mereka.
"Bersikaplah seperti biasa," gumam Kaerin melihat Yeonmi yang tiba-tiba menghentikan langkahnya di depan pintu masuk.
Yeonmi menoleh pada Kaerin yang tersenyum padanya, memberi semangat.
"Kalau terjadi sesuatu yang buruk seperti peristiwa penculikan kemarin, tekan saja tombol yang ada di gelang ini," Kaerin mengangkat pergelangan tangan kiri Yeonmi yang sudah terpasang gelang detektor.
Yeonmi mengangguk, kemudian mereka melanjutkan perjalanannya untuk masuk.
"Itu Park Chanyeol," gumam Yeonmi saat melihat pria jangkung itu sedang berdiri di depan pintu masuk bagian dalam
"Mendekatlah padanya. Bersikap seolah pertemuan kalian adalah sebuah kebetulan yang menyenangkan," Kaerin mendorong Yeonmi agar berjalan lebih cepat.
Yeonmi perlahan mendekati Chanyeol dan berdiri di sebelah pria itu.
"Yeonmi?" sapanya dengan senyum ramah.
"Kau baru datang?" balas Yeonmi memaksakan diri untuk tersenyum.
"Suasana hatimu sepertinya sedang menyenangkan. Senyummu secerah matahari pagi ini," goda Chanyeol seraya menempelkan telapak tangannya pada alat detektor di pintu masuk.
Yeonmi kembali tersenyum. Menurutnya, Park Chanyeol ini pandai menggombali wanita.
"Kau benar karena aku punya berita baik."
Pintu kaca di hadapan mereka terbuka kemudian Yeonmi melangkah lebih dulu. Ia sempat melirik sekilas ke arah Chanyeol yang wajahnya terlihat penasaran. Oke, sepertinya Yeonmi berhasil memegang kendali. Terutama saat dengan tergesa Chanyeol menyejajari langkahnya.
"Apa ada hubungannya dengan tawaranku kemarin?" tanya Chanyeol antusias.
Yeonmi berhenti di depan lift karena ia tahu Chanyeol akan berbelok ke sana. Sementara dirinya hanya tinggal berjalan lurus.
"Bagaimana kalau aku menerima tawaran kerja samamu tuan Park?" Yeonmi membalik tubuhnya, menghadap pada Chanyeol yang terdiam tanpa ekspresi selama beberapa detik.
"Wow, secepat itu kau mengambil keputuasan, Nona Han?"
Pria jangkung itu tersenyum setelahnya. Senyum yang bisa diartikan Yeonmi sebagai senyum kemenangan.
"Aku tidak punya cukup banyak waktu. Semakin cepat kita selesaikan masalah ini, semakin baik bukan?"
"Kau benar."
"Jadi, bisakah kita membicarakan kesepakatan itu lebih detil lagi?"
Chanyeol mengulum senyumnya seraya mendekati Yeonmi dan berbisik pelan di sebelah telinga kiri gadis itu.
"Datanglah ke ruanganku jam istirahat nanti. Bawa sesuatu yang bisa kita makan bersama."
Tepat setalah Chanyeol usai berbisik, suara lift terdengar berdentang dan pintunya terbuka. Chanyeol melangkah ke dalam lift. Ia melemparkan senyum manisnya ke arah Yeonmi sebelum pintunya tertutup.
Sepeninggal Chanyeol, Yeonmi menghela napasnya lega. Seolah selama beberapa saat lalu ketika bersama Chanyeol ia tidak bernapas.
Perlahan ia memegang dadanya sendiri, berusaha menetralkan perasaan yang mulai tidak menentu itu. Seketika ia merasa telah mengkhianati perasaannya sendiri.
*****
Taehyung duduk di seberang meja dalam sebuah ruangan dengan lampu temaram. Kalau biasanya ketika menjumpai ayahnya di penjara mereka dibatasi oleh dinding kaca dan berbicara menggunakan sambungan telepon, kali ini mereka bisa bertatap langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Poseidon
FanfictionBerkisah tentang dua pewaris perusahaan besar yang hidupnya menjadi berantakan akibat ulah beberapa orang yang berambisi menguasai harta warisan milik mereka. Mereka secara tidak sengaja bertemu dalam sebuah misi dan saling jatuh cinta. Dalam mela...