Hari ini matahari sangat terik. Terasa hawa panas yang menyerap tubuh mungil wanita itu. Meragakan seperti dirinya sedang berdiri tegak menghormat ke tiang bendera. Sesekali Hafiza mengipaskan tangannya ke depan wajahnya, Hafiza sangat kepanasan.
Beruntunglah upacara bendera telah usai dilaksanakan di SMAN Bina Kasih ini. Membuat Hafiza ingin segera keluar dari lapangan itu.
"Lo kenapa za?" tanya Mahera panik saat berjalan bersama dengan Hafiza dan Trisca keluar lapangan.
Mahera Cahya Heralda, adalah sahabat sekaligus teman sebangku Hafiza dari pertama masuk SMAN Bina Kasih ini. Sering dipanggil Hera. Ntah kenapa Hafiza betah sekali duduk bersama dengan Mahera, padahal Mahera tipekal orang yang bertolak belakang sekali dengan Hafiza.
Hafiza lebih suka dengan ketenangan sedangkan Mahera lebih suka dengan keramaian. Hafiza lebih suka dengan novelnya sedangkan Mahera lebih suka dengan handphonenya. Hafiza lebih suka diam sedangkan Mahera lebih suka nyorocos bicara sampai mulutnya lelah. Ntahlah, tetapi Hafiza sangat beruntung mempunyai sahabat seperti Mahera.
Sementara Trisca, Trisca Chilla ini juga adalah sahabat dekatnya Hafiza. Hampir sama dengan Hafiza, Trisca ini paling mengerti dan paling perduli terhadap Hafiza jika Hafiza kenapa kenapa. Trisca tidak terima jika suatu saat terjadi apa apa terhadap sahabatnya sendiri. Tapi jika Trisca marah? Mungkin Trisca tidak akan berani berbicara dengan hal yang berhubungan dengan penyebab marahnya itu.
"Lo sakit za?" tanya Trisca sambil menggandeng tangan ke punggung Trisca.
"Fiza gak kenapa kenapa kok." jawab Hafiza.
"Gak, lo harus ke dokter sekarang za. Ayo!" ucap Mahera.
"Beneran gapapa za?" tanya Trisca lagi.
"Iya."
"Gapapa gimana? Lo keliatan pucet gitu!" timbal Mahera.
"Fiza gapapa, kalian tenang aja."
Mahera dan Trisca pasrah, mereka berharap semua yang diucapkan Hafiza memang benar adanya. Semoga Hafiza tidak kenapa kenapa.
Namun, setelah beberapa menit mereka melangkahkan kakinya lagi menuju kelasnya bayangan gelap terasa oleh Hafiza membuat badannya tidak terkontrol normal dengan biasanya.
Semuanya terlihat gelap.
"FIZA!" ucap Mahera dengan super paniknya.
"Cepet kita bawa ke UKS Her." ucap Trisca.
"Ayo ayo"
Mereka membawa Hafiza ke ruang UKS. Dari awal mereka memang melihat kondisi Hafiza yang menahan kesakitan sejak upacara bendera. Namun mereka berulang ulang kali menanyakan kenapa? Hafiza hanya menggeleng gelengkan kepala sembari tersenyum.
"Bu gimana kondisi Fiza?" tanya Trisca kepada Bu Reka yang notabenenya adalah ketua dari eskul PMR di SMAN Bina Kasih ini.
"Hafiza belum sadarkan diri Ca, Ibu tadi sudah menghubungi orangtuanya dan sebentar lagi akan ke sini." jelas Bu Reka.
"Ya Allah Fiza, gue gak tenang nih!" ucap Mahera.
"Apaan sih lo Her, doain aja biar Hafiza nggak kenapa kenapa." jawab Trisca.
"Iya pasti itu!"
Setengah jam menunggu kehadiran Ibunya Hafiza akhirnya datang juga. Ibunya langsung panik dan menangis, Ibunya menyesal karena sejak pagi tadi Hafiza tidak makan nasi sedikitpun. Ibunya memang sudah menyuruh untuk makan nasi jika akan berangkat sekolah, tetapi Hafiza tetap tidak terbiasa untuk sarapan pagi. Ditambah tadi upacara bendera dan teriknya matahari membuat Hafiza tidak bisa menahan sakitnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFIZA
Teen Fiction"Kenapa Tuhan tidak membiarkanku untuk melupakannya dalam sekejap?" "Kenapa kamu datang di saat aku ingin benar benar melupakanmu?" "Kenangan itu mampu membuat dada ini sesak seketika, ku mohon pergilah aku tidak ingin mengingatnya kembali." "Apakah...