Hafiza-(16)

49 4 0
                                    

Hari ini hari minggu. Hari di mana hampir semua orang menginginkan hari minggu ini terjadi. Hari istirahat yang paling ditunggu para pelajar, terutama Hafiza Mikiya. Hafiza sangat menunggu hari minggu ini, terasa penat sekolah selama 6 hari bagi Hafiza. Karena dari 7 hari Hafiza hanya bisa berlibur hanya 1 hari.

Pagi-pagi Ibunya Hafiza menyuruhnya makan, di meja makan sudah ada kakak ceweknya; Anira Fauziah dan adik ceweknya; Fia Latifa. Sementara kakak cowoknya; Eksan Pratama sedang tidak ada di rumah Ibu. Eksan sedang bersama teman hidupnya. Ya, istrinya tercinta.

Mungkin ayahnya yang sedang tenang di alam syurga, sangat berbahagia karena Ibu dan anaknya telah berkumpul untuk makan bersama. Suatu moment yang paling dirindukan Hafiza, apalagi jika Ayahnya ikut hadir di tempat Hafiza dan Ibu juga kakak adiknya makan di sana. Pasti akan lebih terasa indah dan terlihat sempurna.

Namun apa? Kita hanya perlu mensyukuri takdir-Nya. Semua tidak akan sama untuk selamanya. Akan ada di mana kita sebagai hamba-Nya merasakan pahitnya dunia. Di mana semua tidak sama seperti dulu, rasa tawa dan bahagia seketika akan merasakan kesedihan. Kehilangan, satu kata yang paling Hafiza benci!
Tapi Hafiza sudah mengikhlaskan.

"De, tolong panggilkan Kak Fiza sana." pinta Ibunya kepada Fia.

"Iya Bu, Fia panggilin dulu ya." jawab Fia.

Fia pun beranjak dari tempat dirinya duduk di meja makan. Segera bergegas manghampiri Hafiza. Hafiza sedang ada di kamarnya, sendiri. Tiba-tiba Hafiza rindu terhadap sosok Ayahnya, mengenang seakan-akan foto yang ia pegangi itu nyata ada di dalam kehidupannya sekarang. Namun Hafiza lupa, Ayahnya sudah pergi untuk selama-lamanya.

Hafiza tersadar akan suara hentakan kaki yang semakin dekat semakin terdengar. Segera Hafiza menghapus air mata yang memang sedari tadi terus saja turun dari pelupuk matanya. Hafiza tidak mau sampai keluarganya atau orang lain tau bahwa Hafiza menangis, tidak! Hafiza tidak mau. Hafiza tidak mau terlihat lemah di hadapan mereka.

Beberapa detik kemudian, adiknya memperlihatnya dirinya sedang ada di ambang pintu kamar Hafiza.

"Kak.." panggil Fia.

"Iya dek?" jawab Hafiza.

"Dipanggil Ibu tuh, katanya kita makan bareng. Ada Kak Nira juga di sana."

"Oh iya de, adek duluan aja. Kakak nyusul ya"

"Yaudah deh Kak, jangan lama-lama ya,"

"Iya dek."

Fia pun meninggalkan Hafiza di kamarnya, berniat melanjutkan aktivitas makannya di meja makan.

Tidak lama setelah Fia menuju meja makan pun, Hafiza datang. Hafiza tidak menunjukan kesedihannya tadi, Hafiza menghampiri kakak, adik dan Ibunya seolah-olah tidak terjadi apa-apa yang dialami Hafiza sedari tadi.

"Lama banget lo Za, ngapain aja di kamar?" tanya Kak Anira.

"Gapapa," jawab Hafiza singkat.

Memang Kak Anira dan Hafiza tidak terlalu akrab, mereka memang adik kakak. Namun di kenyataan mereka seperti bukan adik kakak. Pasti ada saja perkelahian kecil di antara mereka. Tapi ingat! Mereka pasti menyayangi satu sama lain.

"Cepet makan nanti penyakit lo kambuh lagi," ucap Kak Anira.

"Iya iya bawel banget sih Kak Anira." jawab Hafiza.

"Yeh dibilangin juga lo,"

"Udah udah, sini duduk dekat Ibu sayang.." pinta Ibunya kepada Hafiza.

Hafiza hanya mengangguk.

Hafiza pun mengambil piring putih yang sudah disiapkan di meja makan untuknya, setelah itu mengambil nasi dan lauk pauk. Berdoa, kemudian langsung memakannya suap per suap.

HAFIZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang