Malam semakin larut, hembusan angin bersiul ke sana ke mari menganggu jendela kamar Alif. Sangat jelas sekali. Tempat yang sederhana namun bisa membuat suasana senyaman dan sebahagia mungkin. Tempat berlindung dan menyandarkan rasa lelahnya setelah beberapa kali melakukan aktivitas, tempat yang paling selalu Alif rindukan ketika Alif harus pulang jika sudah disibukkan dalam urusan sekolahnya. Ya, rumahnya sendiri.
Alif Raihan, dilahirkan dari keluarga yang memang tidak semewah orang lain. Tapi Alif mempunya hati dan tanggungjawab yang penuh dalam keluarganya, bahkan kepada teman-temannya pun Alif sangat perduli. Tidak masalah bagi Alif dalam hal ekonomi tidak sekaya orang lain, tidak masalah. Yang Alif pikirkan sekarang bagaimana caranya bisa membanggakan orang tuanya. Itu saja.
Pernah Alif berpikir, menjadi seorang Ketua Osis pun belum cukup untuk membanggakan kedua orangtuanya, Alif belum merasa jika dia sudah memberikan apa yang orang tuanya butuhkan, belum merasa menjadi anak yang baik di hadapan mereka.
Alif Raihan memiliki satu kakak kandung cowok, Arkhan Raflyansyah. Arkhan ini selalu memotivasi sang adiknya untuk terus membahagiakan orang tuanya. Jangan pernah merasa cukup untuk membanggakan kedua orang tua, selagi mereka masih hidup di dunia. Setidaknya itu yang Arkhan selalu bilang kepada Alif.
Jadi salah satu motivator bagi Alif adalah tidak jauh dari kakak kandungnya sendiri. Alif selalu belajar dari Arkhan.
"Tok tok tok! Boleh abang masuk?" pinta Arkhan ketika ingin masuk ke dalam kamar Alif.
"Eh lo bang, sini masuk aja." balas Alif sembari membenarkan posisi duduknya.
"Kenapa muka lo? Asem amat,"
"Ah enggak bang.. Gue ga.." ucapan Alif terpotong ketika Arkhan melanjutkan ucapannya.
"Gue tau lo dari kecil, jadi kalo ada apa-apa itu cerita ke abang lo"
Alif menghembuskan napasnya pelan.
"Gue bingung bang.." mulai Alif menceritakan sesuatu.
"Bingung kenapa?" tanya Arkhan.
"Gue bingung nyari cara buat deketin cewek,"
Sebelum Arkhan membalas ucapan dari Alif, Arkhan sudah tertawa lepas dengan tingkah laku adiknya yang memang terlihat polos namun pikirannya terlihat dewasa, unik!
"Hahaha.."
"Ko ketawa sih bang.." sembari menunjukan wajah memelasnya.
"Lo aneh banget sih Lif, masa begituan aja lo gak tau?"
"Lo juga kan tau bang, gue gak berbakat dalam hal beginian. Cuman sekali gue pacaran tapi gak pernah ngerasain sebingung ini deketin cewek."
"Udah udah, gue jadi sedih dengernya."
"Bang!"
"Haha iya iya sorry, lo mau tau caranya?"
"Iyalah,"
"Lo cuman tetep jadi diri lo sendiri."
"Maksud lo bang? Gue gagal paham."
"Yaelah lo.."
Arkhan ini tidak jauh berbeda dengan Alif, memang jika urusan seperti ini Arkhan lah yang jago. Tapi jika dalam memberi solusi mereka tidak jauh berbeda, masing-masing mereka tidak akan lupa untuk memberikan solusi terbaiknya. Bijak, mereka memiliki sifat itu.
"Kalo lo bener bener pengen deketin dia, deketin dia sewajarnya. Gak usah jadi orang lain, atau belajar jadi orang lain di hadapan dia. Tetep jadi diri lo sendiri, jika itu yang harus lo lakuin, lakuin dan kalo itu yang menurut lo gak baik jangan ditunjukin di hadapan dia. Cewek itu buat dijaga bukan buat dirusak! Inget tuh kata-kata gue,"

KAMU SEDANG MEMBACA
HAFIZA
Novela Juvenil"Kenapa Tuhan tidak membiarkanku untuk melupakannya dalam sekejap?" "Kenapa kamu datang di saat aku ingin benar benar melupakanmu?" "Kenangan itu mampu membuat dada ini sesak seketika, ku mohon pergilah aku tidak ingin mengingatnya kembali." "Apakah...