"Untuk semua panitia saya mohon untuk ke lapangan umum sekarang!" pinta Alif dengan pengeras suara sampai terdengar ke penjuru kantin. Karena panitia bertebaran di mana-mana jadi Alif memutuskan untuk mengumpulkannya terlebih dahulu sebelum acara dimulai.
Setelah semua panitia berkumpul, Alif memutuskan untuk menghampiri lebih dekat dengan mereka.
"Gini ya semua, acara akan dimulai satu jam lagi. Saya mohon dukungannya untuk menyukseskan acara sekolah kita ini. Jangan lepas dari tanggungjawab kalian sebagai panitia. Guru dan murid sekolah lain pun mungkin tidak akan lama lagi ke sini, tolong jaga sopan santunnya. Demi kelancaran acara sekolah kita ini kita berdoa sama-sama, berdoa di mulai.." jelas Alif kepada para panitia pameran.
"Berdoa dicukupkan. Sekarang kalian boleh mempersiapkan lagi kerja kalian dengan matang. Go go!!" sambung Alif dengan semangat yang membara.
"Yo! Semangat!" jawab salah satu panitia pameran.
Para panitia pun memakai id card mereka masing-masing, menandakan bahwa mereka adalah panitia pameran ini. Guru atau siswa-siswi pun tidak akan salah jika ingin meminta bantuan kepada para panitia. Karena sudah terpampang id card di bajunya.
Sementara itu Alif sibuk melihat atau mengkoordinir persiapan para panitia pameran. Alif harap semua sudah siap dengan matang. Karena acara lambat laun tidak akan terasa sudah dimulai.
***
Sementara itu di SMAN Bina Kasih hanya tinggal menunggu putra dari sang kepala sekolah. Karena sampai saat ini belum juga datang ke sekretariatan OSIS. Pukul sudah menunjukan 07.30 dan acara pameran di SMAN 2 Merah Putih akan dimulai 30 menit lagi.
Apa boleh buat? Mereka tidak bisa mengomel ataupun memarahi Rayen Putra Wiguna ini. Yang notabennya adalah putra dari kepala sekolah SMAN Bina Kasih, mereka hanya bisa bersabar untuk menunggu.
Hafiza dan Trisca yang kini tengah duduk diantara siswa-siswi lainnya merasa bosan, mereka tidak tahu siapa yang ditunggu siswa-siswi ini. Padahal guru yang akan ke pameran sudah siap, pikirnya.
"Za.." panggil Trisca.
"Iya?"
"Sebenernya kita mau berangkat jam berapa sih ke acara pamerannya? Perasaan dari tadi diem terus kayak patung," tanya Trisca kepada Hafiza.
"Ngga tau Fiza juga, tapi kayaknya nunggu murid yang lain deh. Soalnya ini baru ada 9 orang kan?"
"Iya sih, lama amat sih itu orang. Siapa sih?!" ucap Trisca dengan kesal.
"Tenang ca, mungkin sebentar lagi juga nyam.." ucapan Hafiza terpotong saat seseorang membuka klop pintu ruang OSIS dengan santainya.
"Assalamualaikum, selamat pagi semua!" sapa Rayen dengan tersenyum santai, tidak dengan yang lain mereka hanya bertukar pandang bisa-bisanya Rayen datang dengan wajah santainya setelah sekian lama menunggu dia.
"Sorry sorry gue telat, tadi macet di jalan." sambung Rayen.
"Waalaikumussalam, yaudah cepet masuk." pinta salah seorang siswa yang ada di ruangan tersebut.
Sementara itu Trisca dan Hafiza hanya bisa melongo, ternyata yang mereka tunggu-tunggu termasuk dirinya adalah Rayen Putra Wiguna.
Trisca kaget, terheran-heran. Apakah Rayen ikut ke acara pameran? Jika ikut, ini tidak mimpi kan? Pikirnya.
Trisca memegang kedua matanya berharap ini benar-benar nyata."Za.. Itu Rayen?" tanya Trisca dengan gugup.
"Iya kok dia kesini ya?"
"Rayen ikut ke acara pameran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFIZA
Teen Fiction"Kenapa Tuhan tidak membiarkanku untuk melupakannya dalam sekejap?" "Kenapa kamu datang di saat aku ingin benar benar melupakanmu?" "Kenangan itu mampu membuat dada ini sesak seketika, ku mohon pergilah aku tidak ingin mengingatnya kembali." "Apakah...