Akhirnya setelah 2 hari Hafiza istirahat di rumah, Hafiza bisa melanjutkan aktivitas seperti biasanya untuk menuntut ilmu ke sekolahnya. Setiap pagi Ibunya selalu memaksa Hafiza untuk sarapan pagi, jika tidak maka Hafiza akan dimarahi. Terpaksa Hafiza membiasakan sarapan pagi karena tidak biasanya Hafiza sarapan pagi saat berangkat sekolah. Ibunya hanya tidak ingin penyakit Hafiza kambuh kembali.
Terkadang Hafiza sering merasakan sedih, biasanya setiap pagi Hafiza diantar oleh sang ayahnya tercinta ke sekolah, namun apa daya seorang Hafiza yang hanya bisa menyimpan rasa rindu terhadap keperdulian ayahnya yang jelas sudah tidak ada di dunia ini.
Menangis? Hafiza sering menangis! Namun tangisannya itu tidak dilihatkan kepada orang lain, Hafiza cukup rasakan sendiri. Karena mendoakan itulah cara terbaik Hafiza terhadap ayahnya.
Sudahlah, Hafiza jadi rindu.
Sementara pertama kali Hafiza masuk lagi ke sekolahnya khususnya ke kelasnya sendiri banyak sekali temannya yang menanyakan kabar dirinya, ada yang hanya tersenyum atau bahkan berbincang-bincang yang mengalih ke dalam topik yang lain. Berbeda-beda.Hafiza hanya bisa terdiam dan tersenyum. Trisca dan Mahera menghampiri Hafiza yang sedang duduk saat ini.
"Hafiza!!" ucap Mahera yang merasa kaget akan kedatangan Hafiza ini.
"Akhirnya lo bisa masuk sekolah za, kita rindu.." ucap Trisca yang tidak mau kalah.
"Fiza juga kangen kalian.." balas Hafiza yang langsung memeluk kedua sahabatnya ini.
"5 hari lo nggak sekolah serasa hampa gue duduk sendiri" timbal Mahera.
"Alay lo ah" dijawab oleh Trisca.
"Serius, sedih gue"
"Yaudah yaudah maafin fiza ya, sekarang duduk bentar lagi bel masuk."
"Oke siap,"
Mahera duduk di samping Hafiza, Trisca duduk di belakang Hafiza dan Mahera. Mereka selalu berdekatan, tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Tiga sekawan.
Bel pun berbunyi, semua siswa dan siswi memasuki kelasnya masing-masing. Termasuk kelas Hafiza ini, semua bersiap-siap untuk belajar. Kelas Hafiza ini termasuk kelas yang mudah diatur, tidak salah jika sekarang siswa siswinya ini sudah duduk dengan manis.
Namun ketika mereka hendak belajar, Ketua Murid XI-IPA 5 ini memberitahukan bahwa gurunya tidak akan masuk hari ini dikarenakan mendapatkan urusan penting. Oleh karena itu, mereka harus mengerjakan tugas yang telah diberikan.
Kila yang notabennya Sekretaris XI-IPA 5 menuliskan tugas di papan tulis.
"Nih udah gue tulis, selamat mengerjakan!" ucap Kila dengan semangat.
Para murid mulai menulis soal yang telah ditulis di papan tulis, ada yang langsung mengerjakan, ada yang menyepelekan tugas dengan bermain gitar dan bernyanyi bersama, ada yang mengisi kekosongan jam pelajaran dengan mengobrol, bermain handphone dan lain lain.
Meskipun para murid XI-IPA 5 ini bisa diatur jangan salah, jika urusan seperti ini XI-IPA 5 mementingkan urusannya masing-masing, tapi dalam hal mengerjakan tugas juga selalu saling berbagi. Jadi murid yang lainnya bisa menyalin, seperti itulah. Solidaritasnya lumayan tinggi.
Hafiza yang tahu tugas itu harus dikumpulkan cepat-cepat mengerjakannya. Mengerjakan bersama dengan Mahera dan Trisca. Prinsip mereka adalah jika ada jam kosong tugas harus diselesaikan terlebih dahulu baru mereka bisa saling mengobrol, ntah itu mau mengobrol seperti apa, tentang apa itu terserah nanti. Asalkan tugas tenang terselesaikan.
Setelah beberapa lama mengerjakan ada waktu 1 jam lagi untuk masuk pelajaran baru. Hafiza, Mahera dan Trisca telah selesai menyelesaikan tugas itu. Mereka saling menceritakan ketika Hafiza sakit di rumah sakit, menceritakan kucing Mahera yang sedang sakit beberapa hari, konyol memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFIZA
Teen Fiction"Kenapa Tuhan tidak membiarkanku untuk melupakannya dalam sekejap?" "Kenapa kamu datang di saat aku ingin benar benar melupakanmu?" "Kenangan itu mampu membuat dada ini sesak seketika, ku mohon pergilah aku tidak ingin mengingatnya kembali." "Apakah...