Hafiza : Iya.
Alif mulai bingung, pesan terakhir yang dikirimkan Hafiza sangat singkat sekali. Tapi Alif berusaha untuk tetap mencari topik pembahasan. Alasannya karena Alif ingin lebih lanjut mengenal Hafiza lebih jauh. Memang cukup sulit bagi Alif karena Hafiza tidak terlalu meresponnya, tapi Alif akan coba!
Dan sebenarnya Alif memang mencari wanita seperti Hafiza. Selain Hafiza terlihat cantik, Hafiza tidak terlalu gampangan. Itu artinya jika Hafiza tidak gampangan di dekati Alif maka Hafiza juga tidak gampang di dekati cowok yang lain.
Bukan seperti wanita yang selalu mengejar Alif di sekolahnya. Mereka selalu menarik perhatian Alif, walau sekedar lewat saja. Alif tidak suka seperti itu!
Berbeda dengan Hafiza, Hafiza tidak pandai mengejar seseorang. Namun Hafiza sendirilah yang dikejar seseorang. Karena pada dasarnya prinsip Hafiza adalah "Bukan cewek yang mengejar, melainkan cowok yang harus berusaha mengejar." Itulah yang dirasakan Hafiza sekarang, bukan mengejar tapi dikejar.
Tapi itu tidak membuat Hafiza senang dikejar seseorang, Hafiza tidak sembarang memilih seseorang hanya karena Hafiza terus terusan dikejar. Bukan. Hafiza akan senang jika seseorang itu mengejar tanpa sedikitpun seseorang itu meninggalkan. Buat apa mendekati jika akhirnya harus Hafiza yang merasa ditinggalkan lagi?
Alif berusaha membalas pesannya lagi.
Alif Raihan : Yaudah lo istirahatin aja dulu. Jangan terlalu banyak aktivitas. Biar besok pulang sembuh total.
Lah? Ini orang kenapa?
***
Hafiza menyimpan handphone genggamnya, tidak perduli dengan pesan terakhir yang dikirimkan orang yang bernama Alif itu. Hafiza tidak mengenalnya tapi kenapa Alif seolah olah mengenalnya sudah lama? Itu yang dipikirnya Hafiza.
Hafiza lebih baik istirahat dan menatap indahnya Hafiza jika pulang ke rumah. Tapi Hafiza istirahat bukan karena memenuhi permintaan Alif yang sedari tadi menyuruhnya untuk istirahat, bukan. Hafiza istirahat karena Ibunya telah menyuruhnya sedari tadi jangan terlalu sering memainkan handphonenya. Hafiza butuh istirahat yang cukup.
"Sudah nak, kamu istirahat. Simpan handphonenya." ucap Ibunya Hafiza.
"Iya, main handphone terus.. Jangan chattingan sama cowok terus.." timbal kakak cowoknya, Eksan Pratama.
"Apaan sih kak," balas Hafiza dengan ekspresi wajahnya yang cemberut.
"Nanti dia nya tambah khawatir loh kalo Hafiza nya ternyata main handphone terus kalo lagi sakit," ledek Eksan.
Kebiasaan Eksan memang seperti itu, menjahili adik-adiknya dengan ledekannya. Membuat seisi keluarga tidak terlalu sepi. Karena berkat kejahilannya itu mereka bisa tertawa lepas, meskipun bukan mereka yang menjadi korban melainkan adik-adiknya saja.
Hafiza selalu berusaha sabar menghadapi kakak cowoknya ini. Eksan memang tidak tau suasana dan tempat jika ingin meledek adiknya ini, di mana dan kapan saja Eksan bisa lakukan itu. Tapi Hafiza memakluminya sudah beberapa tahun Hafiza mengalami seperti ini, namun rasa sayang dan perduli terhadap kakak-kakaknya tidak akan lepas. Hafiza akan terus menyayanginya, dan akan selalu menyayanginya.
Walaupun kebiasaan Eksan selalu begitu, tapi jangan kira Eksan tidak memperdulikan adik-adik ceweknya ini. Dibalik sikapnya yang seperti itu, perlakuan Eksan kepada adiknya selayaknya seperti kakak kepada adiknya. Menjaga, melindungi dan berusaha menjadi pengganti sang ayah di hadapan Ibu dan adik-adiknya. Hafiza bangga mempunyai kakak seperti Eksan ini.
"Ibu.. Kak Eksan.." ucap Hafiza seperti anak kecil yang sedang mengadu.
"Hehe kenapa sayang?" tanya Ibu Hafiza sembari menahan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFIZA
Teen Fiction"Kenapa Tuhan tidak membiarkanku untuk melupakannya dalam sekejap?" "Kenapa kamu datang di saat aku ingin benar benar melupakanmu?" "Kenangan itu mampu membuat dada ini sesak seketika, ku mohon pergilah aku tidak ingin mengingatnya kembali." "Apakah...