Daehwi dan Samuel turun dari taksi yang mereka tumpangi begitu keduanya telah sampai di tempat tujuan. Waktu di Korea Selatan sudah menunjukkan pukul 20:40 malam. Kini mereka berdiri menatap bangunan tingi nan kokoh dihadapan mereka. Bangunan yang terletak di salah satu kawasan kaum elit ini tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah bangunan apartemen yang nantinya akan menjadi tempat tinggal Kim Samuel selama namja itu menetap di Korea.
“wooah! Lihatlah apartemen ini. Dari luarnya saja sudah tampak bagus, apalagi di dalamnya” gumam Daehwi terkagum-kagum.
Jangan salah, meskipun Daehwi terlahir dari keluarga yang cukup berada, fasilitas yang selama ini ia gunakan selalu terbilang sederhana. Ia tinggal di bangunan apartemen yang biasa dan tidak pernah sedikitpun menggunakan fasilitas hidup yang teralu mewah, tidak seperti anak orang kaya pada umumnya, Daehwi tidak pernah menunjukkan kekayaannya, baik itu pada orang luar maupun orang terdekatnya.
“biasa saja, hyung” sahut Samuel singkat.
Namja itu sebenarnya masih agak kecewa karena ia tidak bisa tinggal di satu bangunan apartemen yang sama dengan sahabatnya, Lee Daehwi. Mau bagaimana lagi? Sudah tidak ada kamar kosong yang bisa dia tinggali di sana. Ia harus menunggu sampai ada penyewa apartemen yang keluar, baru setelahnya ia bisa pindah ke sana.
“apanya yang biasa saja. Bersyukurlah sedikit, setidaknya di daerah ini kau masih bisa mendapatkan satu kamar apartemen yang sebagus ini. Kau tahu kan kalau Seoul semakin padat penduduknya, sulit mencari tempat tinggal disini. Masih baik kau tidak tidur di jalanan malam ini” cerocos Daehwi.
“aku kan bisa tinggal denganmu sampai aku mendapatkan kamar apartemen yang kosong di sana, Hyung”
Bug! Bug! Bug!
“aw! ya, hyung!” teriak Samuel kesakitan begitu dengan sengaja Daehwi memukulkan tas jinjingnya pada namja itu.
“aku tidak mungkin tahan menampung anak manja seperti dirimu di apartemenku dalam waktu yang lama”
“hyung. Kau tega sekali padaku” ucap Samuel sambil memasang ekspresi wajah sedih yang dia lebih-lebihkan. Daehwi memutar bola matanya malas.
“sudahlah, cepat masuk kesana. Jangan lupa hubungi Appamu, bilang padanya kau sudah sampai di tempat tujuan dengan selamat”
“lalu kau?”
“aku? Tentu saja aku harus kembali ke apartemenku sendiri”
“hyung~ tidak bisakah aku tinggal di apartemenmu untuk satu malam saja?” Samuel menyatukan kedua tangannya di depan dada, memasang wajah memohonnya agar Daehwi mau mengijinkannya menumpang semalaman di apartemennya.
“eum…” Daehwi terlihat sedang berpikir.
“ayolah, hyung~~” rengek Samuel.
“ishh! Baiklah. Tapi hanya semalaman saja”
“yey! Kau yang terbaik, hyung!” teriak Samuel girang. Ia memeluk Daehwi dari samping dengan sangat erat, membuat namja yang berusia satu tahun lebih tua darinya itu sesak napas.
“astaga Kim Samuel..kau berusaha membunuhku ya?!” Daehwi mendorong Samuel menjauh darinya lalu meninggalkan namja itu menuju ke pinggiran jalan. Pada jam-jam seperti ini biasanya sudah jarang ada bus yang lewat, terpaksa kali ini Daehwi menghubungi layanan taksi online.
“hyung, kemarikan tasmu”
“buat apa?”
“biar aku yang bawa. Kau pasti lelah”
“tidak usah. Kau juga pasti lelah kan?”
“tidak. kemarikan”
Daehwi menurut. Ia memberikan tas jinjingnya pada Samuel lalu diam menunggu taksi yang dipesannya datang.
Tak lama setelahnya, sebuah taksi berhenti di depan mereka.
“tuan Lee Daehwi?” sopir itu bertanya hanya untuk sekedar memastikan bahwa memang Daehwi-lah yang menghubungi pihak perusahaan taksi online-nya.“ne”
“silahkan, tuan”
“ye, gomawo” ucap Daehwi ketika sopir taksi itu keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu untuknya. Kim Samuel juga masuk ke mobil setelahnya.
“hyung?” panggil Samuel ketika ia sudah duduk di jok belakang bersama Daehwi.
“apa?”
Tiba-tiba saja namja itu memegangi kepala Daehwi lalu menaruhnya di bahunya sendiri. Daehwi menyerngit bingung. Anak ini sebenarnya mau apa?
“apa yang kau lakukan?”
“istirahatlah sebentar, Hyung. Nanti akan ku bangunkan saat sudah sampai”
“mwo?” Daehwi bangun dari posisinya yang semula bersandar di bahu Kim Samuel. “kau itu bodoh atau apa? Memangnya kau tahu alamat apatemenku? Hah?”
“oh iya, ya. Hehehe” Samuel hanya tertawa dan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Niatnya ingin mengambil kesempatan saat Daehwi tertidur jadi sia-sia.
“ck! Dasar pabbo”
***
“Hyungseob-ah?” Woojin memanggil Hyungseob ke dapur dengan bertelanjang dada. Jangan kaget. Itu sudah biasa.“ne?”
“dimana bajuku yang warna merah? Aku ingin memakainya tapi di tasku tidak ada”
“baju merah yang bagaimana?”
“itu..baju merah yang kau belikan sewaktu hari jadi kita yang pertama”
“eoh. Sepertinya aku melihat Seonho memakainya barusan”
“mwo? Berani-beraninya dia mengambil barang tanpa seijinku. Aku akan memukul anak itu kalau dia sudah pulang nanti”
“jangan suka main pukul begitu. Aku tidak suka” Hyungseob memasang wajah cemberutnya. Woojin lalu merangkulnya dan mengatakan pada kekasihnya itu bahwa perkataannya yang tadi hanya sekedar candaannya semata. Guanlin yang sedari tadi diam menyaksikan mereka hanya bisa menggelengkan kepala.
Di dalam hati sebenarnya namja China itu sedang membatin. Bagaimana bisa namja dengan kepribadian yang garang seperti Woojin bisa berubah jadi lembek dan manis seperti itu saat sudah berhadapan dengan Hyungseob.
Coba saja Seonho-nya yang cerewet itu bisa manis seperti itu padanya. Oke, Guanlin sedang tidak ingin mengeluah saat ini. Ia mencintai Seonho apa adanyaTok
Tok
TokSeluruh atensi penghuni kamar lalu tertuju pada pintu depan yang baru saja di ketuk oleh seseorang dari luar. Itu tidak mungkin Seonho. Namja itu tahu password pintu apartemen ini dan tidak mungkin namja itu mengetuknya dulu sebelum masuk.
Sejak mereka berpindah secara massal ke apartemen ini, mereka memang sengaja mengganti password pintu begitu saja. Mereka hanya ingin jaga-jaga siapa tahu saja penghuni aslinya tiba-tiba pulang, mereka kan bisa sekaligus mengerjainya kalau dia pulang.
“nuguya?” gumam Woojin yang baru selesai memakai kaos oblongnya.
“Guanlin-ah. Buka pintunya”
“ne, hyung”
Guanlin bangkit lalu berjalan ke arah pintu. Layar kecil yang biasanya menunjukkan siapa tamu yang akan datang dari luar itu sedang tidak berfungsi. Guanlin akan mengingatkan Woojin untuk memperbaikinya nanti.
“ada yang bisa saya bantu?? Oh..neo??!” Guanlin nampak terkejut setelah ia membukakan pintu dan melihat siapa yang datang malam-malam begini.
Orang itu hanya tersenyum canggung ke arahnya.
***
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
IF YOU
Fanfiction"Aku harus melupakanmu namun melupakan bukanlah hal yang mudah"-Lee Daehwi "Harusnya aku memperlakukanmu lebih baik lagi ketika aku memilikimu"Bae Jinyoung