#22

940 140 35
                                    

Jihoon baru saja kembali dari kantin rumah sakit bersama dengan Woojin. Dari kejauhan ia melihat seorang wanita cantik nan anggun tengah berdiri menghadap pintu ruang rawat Jinyoung yang masih tertutup dengan rapat.

"Permisi nyonya, anda siapa? Ada keperluan apa anda berdiri di depan ruang rawat adik saya?"  Tanya Woojin dengan nada yang sopan.

Jihoon hanya diam dan memperhatikan paras wanita itu yang dirasanya sangat mirip dengan wajah Jinyoung.

"Aku..aku ibu dari anak itu"

Mata Woojin nampak membelalak.

"anda eomma Jinyoung?"

"Ye. Apa kalian teman Jinyoungie"

"Ne. Kami sahabat putra anda sejak sekolah dasar, Nyonya"

Eomma Jinyoung tersenyum tipis. Agaknya dia benar-benar tidak tahu apa-apa mengenai putranya sendiri. Dengan siapa saja Jinyoung bergaul dirinya bahkan tidak tahu.

Dalam hati dirinya mulai merutuki sikapnya di masa lalu. Ibu macam apakah dirinya ini.

"Hmm...bibi senang ternyata Jinyoung punya banyak teman. Selama ini Jinyoung tidak pernah mengenalkan teman-temannya pada bibi. Yang bibi tahu temannya hanya Lee Daehwi. Hanya anak itu yang sering datang kerumah bersama Jinyoung. Bibi dengar bahkan mereka sempat berpacaran"

"Ah...ne" Woojin menjawab sedikit tidak enak hati pada Jihoon. Namja itu sedari tadi hanya diam disampingnya. Pasti ada banyak hal yang saat ini dipikirkan olehnya.

"Siapa nama kalian"

"Joneun Park Woojin imnida"

Ibu Jinyoung mengangguk. Ia lalu mengalihkan pandangannya pada Jihoon.

Namja itu bahkan tidak sadar jika dia harus menyebutkan namanya saat ini.

"Dia Park Jihoon, bibi. Dia juga teman Jinyoung"

"Marga kalian sama. Apa kalian bersaudara"

"Aniyo bibi. Kami tidak ada hubungan darah sama sekali"

"Begitu rupanya. Oh, dimana Daehwi?"

"Ah, Daehwi sedang ada jam kuliah bibi. Dia sudah absen terlalu banyak jadi aku menyuruhnya untuk berangkat. Apa dia yang menghubungi bibi?"

"Anak itu datang sendiri ke rumah bibi, Woojin-goon. Dia memberitahu bibi semuanya. Dia bilang kalian banyak membantu merawat Jinyoung selama dia sakit. Bibi mengucapkan terima kasih banyak pada kalian"

"Jangan sungkan bibi. Jinyoung sudah seperti adik kami sendiri"

"Bibi sangat bersyukur Daehwi segera datang...dari kecil dia sangat memperhatikan Jinyoung. Sejak Jinyoung memutuskan kontak denganku dan ayahnya, Daehwi jadi sering main kerumahku sendirian. Kami banyak mengobrol berdua. Bibi merasa sedikit lega. Setidaknya bibi bisa menanyakan bagaimana keadaan putra bibi padanya"

Jihoon memandang wanita di hadapannya dengan pandangan yang mendalam. Wanita dihadapannya ini adalah ibu dari seseorang yang dulu pernah menjadi kekasihnya, tapi dia sama sekali tidak mengenalnya.

Bahkan Jihoon adalah kekasih yang pertama bagi Jinyoung.

Betapa bodohnya dia tidak menyadari bagaimana kemistri yang tercipta diantara Jinyoung dan Daehwi.

Mereka tercipta untuk saling memiliki dan melengkapi satu sama lain.

Jihoon menyesal sekaligus malu pada dirinya sendiri karena  pernah berada diantara keduanya dan merusak hubungan harmonis yang tercipta diantara mereka.

Melihat wajah sahabat baiknya yang berubah sendu membuat Woojin segera menyadari kekalutan yang tengah dirasakannya. Ia pun merangkul pundak sahabatnya itu, mencoba menghibur sekaligus menenangkannya.

"Mari masuk bibi.."ajak Woojin pada eomma Jinyoung.

***

Eomma Jinyoung memandang putranya penuh sesal. Ini salahnya... ini salahnya... dialah yang menjerumuskan putranya sendiri ke dalam lubang berbahaya.

Kalau saja dirinya tidak egois dan mau mendengarkan permintaan tulus dari putranya untuk berhenti dari dunia gelap miliknya, tentu saja Jinyoung tidak akan masuk ke dalam lubang yang sama dengannya. Dia tidak akan kehilangan kasih sayang suami beserta anaknya.

"Jinyoung-ah...eomma miane. Jeongmal miane..." ucapnya menyesal.

Woojin menarik tangan Jihoon untuk keluar dan memberikan ibu itu waktu untuk bicara berdua dengan anaknya.

Mereka lalu duduk di kursi tunggu di depan ruang rawat Jinyoung.

"Apa yang sedang kau pikirkan, Jihoon-ah?" Tanya Woojin pelan

Jihoon memaksakan dirinya untuk tersenyum namun seketika itu juga ia kembali menundukkan kepalanya.

Woojin terdiam, mengusap kepalanya sambil menunggunya untuk berbicara.

"Aku sangat bodoh. Harusnya aku tahu mereka sangat dekat. Bodohnya aku menjadi jurang pemisah diantara mereka"

"Lalu..apa yang kau rasakan saat ini?"

Air mata Jihoon tiba-tiba mengalir dengan derasnya. Dia menangis hebat di samping sahabatnya.

"Sesak. Sakit. Aku merasa menyesal. Aku malu pada diriku sendiri"

"Jihoon-ah... dengarkan aku. aku yakin kau bisa melalui ini semua. Kau sudah mengambil langkah yang benar dengan memilih untuk melepaskan Jinyoung. Itu sudah benar. Entah semuanya akan kembali pulih seperti dulu ataupun tidak, yang terpenting adalah kau sudah berusaha untuk memperbaikinya"

"Woojin-ah...ini sangat sulit"

"Aku tahu"

"sakit dari apa yang kurasakan saat ini..aku menanggungnya seorang diri setelah semuanya telah berakhir"

"Aku tahu kau pasti bisa Jihoon-ah. Anggap saja ini semua adalah tahap yang harus kau lalui untuk menjadi semakin dewasa. Ingat aku disampingmu. Kau tidak sendirian. Aku akan membantu jika kau membutuhkanku. Kita obati luka itu bersama. Jangan merasa sendirian lagi. Kau kuat. Kau mengerti itu?"

"Eum. Bisakah kau membantuku sekali lagi?"

Woojin mengacak surai madu milik Jihoon lalu tersenyum hangat untuknya.

"Tentu"

Cklek

Pintu ruang rawat Jinyoumg terbuka. Eomma Jinyoung berdiri dihadapan mereka dengan wajah sembabnya.

"Bibi mau kemana?"

"Bibi harus menemui seseorang"

Eomma Jinyoung baru saja akan malangkah pergi tapi Jihoon segera menahan tangannya.

"Maaf lancang.. tapi kumohon jangan meninggalkannya lagi"

Eomma Jinyoung meraih tangan Jihoon lalu menggenggamnya erat.

"Aku tidak akan meninggalkannya. Aku perlu menemui seseorang untuk kebaikan Jinyoungie juga. Aku akan menemui appanya"

Jihoon melepaskan genggaman tangannya

"Maaf bibi.."

"Tidak apa-apa. Oh ya, bisakah kalian menjaganya sebentar selama aku pergi"

"Ne, bibi. Kami akan menjaganya"

"Gomawo"

***
Haish... entah kapan work ini akan berakhir.






IF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang