BRUUKBae Jinyoung limbung setelah pintu apartemennya terbuka. Kesadaran yang belum kembali sepenuhnya tak ayal membuat dirinya tidak dapat merasakan bahwa seseorang kini tengah berusaha menopang tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai.
"ya! Bae Jinyoung? ada apa denganmu?" Park Jihoon yang mendapati keadaan Bae Jinyoung seperti itu pun dibuat terkejut. Ia tidak menyangka kekasihnya akan pulang di pagi buta dengan keadaan setengah sadar seperti ini.
"neo! Nuguya?" Jinyoung meracau. Dia masih dalam pengaruh alkohol. Jihoon mencoba memapahnya ke dalam kamar lalu membaringkannya di ranjang. Tak lupa jihhon juga melepaskan sepatu yang masih melekat di kedua kaki Jinyoung kemudian menyelimutinya sampai sebatas dada.
"kau kenapa?" tanyanya sedih. Pasti kekasihnya itu sedang mengalami kondisi yang sulit. Kalau tidak, mana mungkin dia sampai mabuk berat seperti ini. "padahal hyung kemari untuk mengakhiri semuanya denganmu, Jinyoungie... Tapi melihat keadaanmu seperti ini..."
"hajima...hajima...jangan tinggalkan aku...aku tidak bisa..hajima" Jinyoung mengigau.
"Jinyoung-ah...ini hyung. Bangunlah, hyung disini"
Jinyoung membuka mata. Semula ia seperti orang yang terkejut saat bangun dari alam mimpinya tapi kemudian kini tatapannya kosong.
"ada apa? Apa yang terjadi? Hmm? Kau bisa bicara pada hyung, Jinyoung-ah"
"..." Jinyoung hanya diam lalu menggelengkan kepalanya. Ia beringsut memeluk Jihoon.
"apa terjadi sesuatu yang buruk? Katakanlah pada hyung" tanya Jihoon khawatir. Ia bisa merasakan kaos bagian pundaknya kini sudah basah oleh air mata. "kenapa? Ada apa denganmu? Eoh?"Jihoon melonggarkan pelukan mereka untuk melihat bagaimana keadaan Jinyoung saat ini. Kacau. "kau sakit?"Jinyoung menggeleng namun Jihoon tetap mencoba mengecek suhu tubuh Jinyoung dengan meletakkan punggung tangannya di kening namja itu. Dia berbohong. "kau demam, Jinyoung-ah. Tunggu disini sebentar. Hyung ambilkan makan dan obat dulu"
Jihoon pergi ke dapur. Ia mengambil nasi dan beberapa lauk yang telah di olahnya lalu kembali ke kamar Jinyoung. namja itu masih terdiam di sana. Wajahnya makin pucat dari yang baru saja dia lihat.
"dimana kotak obatnya?"
"aku tidak punya persediaan obat hyung"
"tunngu di sini. Hyung akan membelinya sebentar"
"hyung" Bae Jinyoung menahannya. Ia lalu menarik tangan Jihoon untuk kembali duduk bersamanya. "tidak usah membeli obat. Cukup istirahat sebentar saja. Setelah itu pasti aku akan cepat membaik"
"kau yakin?"
"eoh"
"baiklah. Habiskan dulu makananmu"
"ne"
***
Daehwi saat ini sedang kesal. Bagaimana tidak kesal? sedari tadi Samuel dan Seonho terus menerus membuntutinya kemana-mana. Terjepit diantara dua namja rusuh seperti mereka membuatnya benar-benar sakit kepala. Daehwi masih sedikit paham jika itu hanya Seonho yang lengket padanya, karena adiknya yang bersikeras tidak mau memanggilnya hyung itu memang selalu manja padanya sedari dulu. Yang Daehwi heran, kenapa Samuel bertingkah seperti itu juga padanya.Selama berteman dengan Samuel, Daehwi belum pernah sekalipun melihatnya bertingkah berlebihan seperti itu. Bagaimana ya cara menjelaskannya...Daehwi hanya merasa perlakuan Samuel sedikit berbeda. Namja itu jadi agak posesif padanya dan serba sensitif mengenai hal-hal apa saja yang berkaitan dengannya. Seperti saat dimana tadi Seonho secara tidak sengaja menubruk tubuhnya yang sedang sibuk mengiris beberapa sayuran hingga jarinya tergores pisau. Bisa-bisanya Samuel langsung marah-marah tidak jelas dan memberi tatapan tajam pada si anak ayam. Padahal Daehwi tahu betul bahwa sahabatnya itu tidak akan mudah marah hanya karena hal-hal kecil seperti itu. Dan lagi... pagi tadi sebelum seluruh sahabatnya yang lain terbangun dari tidur mereka yang lelap, Samuel tiba-tiba masuk ke kamarnya. Namja itu memeluknya, lalu memberikan sapaan selamat pagi kepadanya. Jarang-jarang terjadi moment-moment seperti itu diantara mereka.
"hyung, siang nanti mau kemana?" tanya Samuel. Saat ini, dirinya dan juga Seonho sedang menemani Daehwi menyiapkan sarapan yang telah di buat di meja makan. Jangan tanyakan mereka menyiapkan sarapan untuk siapa saja, tentu sarapan itu untuk mereka bertiga. Pagi tadi setelah Woojin, Hyungseob dan Guanlin bangun, mereka bertiga memutuskan untuk pulang ke apartemen masing-masing karena setelahnya ada urusan yang harus mereka kerjakan. Sementara...dua bocah yang tengah merecoki Daehwi ini tetap tinggal di apartemennya. Samuel beralasan tidak tahu harus berbuat apa jika dia pulang ke apartemennya sekarang sementara dia belum ada kegiatan sama sekali karena baru akan mulai masuk sekolah lusa dan Seonho...hh~ anak itu bolos. Katanya dia masih kangen dengannya. Yang benar saja.
"hyung mau pergi ke Super Market untuk belanja bulanan. Kenapa?"
"aku ikut! Aku ikut!" teriak Seonho heboh. Sudah lama dia tidak menemani Daehwi pergi berbelanja dan kebetulan sekali ia juga ingin membeli sesuatu di sana.
"aku juga!" Sahut Samuel tak mau kalah.
"ckk! Kalian jangan seperti anak kecil yang minta ikut eommanya pergi ke Mall begitu. Aku kan jadi merasa sudah tua" omel Daehwi. huh~ hari-hari tenangnya...
"aku ikut, ne Hwi-ya? Aku ingin beli sesuatu" kata Seonho bersemangat.
"memangnya kau mau beli apa di sana? Kita bukan akan pergi ke Mall Seonho-ya"
"aku tahu. Aku hanya ingin membeli beberapa stok makanan di sana"
"jangan bilang kau mau beli mi instan?"
"hehehe" Seonho hanya cengengesan karena rencananya ketahuan. Daehwi menggeleng-gelangkan kepalanya. Seonho memang selalu begitu. Dia tidak pernah lepas dari makanan tidak sehat.
"kau sendiri mau apa ikut dengan hyung, Muel-ah?"
"aku? Dari pada aku sendirian di rumah lebih baik aku ikut saja denganmu hyung. Tenang saja, aku tidak akan merepotkan. Nanti aku bantu hyung membawa belanjaan. Bagaimana? Boleh ya?"
"terserah"
"yey! Sayang Daehwi-hyung" ucap Samuel senang lalu memeluk Daehwi. Seonho yang melihat itu tidak mau kalah. Ia pun sama memeluk Daehwi, menjadikan namja mungil itu terjepit di antara mereka.
"ya! Kalian mau dipukul pakai sendok ini ya?!" teriak Daehwi kesal. Mana dua bocah itu belum mandi pula
Waktu berlalu begitu cepat. Tidak terasa matahari sudah makin meninggi. Daehwi sedang mengambil dompet di kamar saat Seonho dengan tidak sabaran mulai meneriakinya dari arah ruang tv.
"Hwi-ya! Palli!"
Daehwi hanya bisa tersenyum geli. Hari ini Seonhonya begitu bersemangat. Padahal mereka hanya akan pergi ke super market bukannya mau pergi ke taman hiburan seperti beberapa waktu lalu. Ah.. kenapa Daehwi mengingat saat itu lagi? Sudahlah..
"kajja"
"ne, kajja"
Samuel langsung merangkul bahu Daehwi begitu hyungnya itu keluar dari dalam kamar. Daehwi menyerngit
"kau kenapa?" tanya Daehwi
"apanya yang kenapa hyung?" Samuel justru balik tanya
"kau aneh. Sejak kapan kau jadi suka skinship denganku seperti ini?"
"eum~~"
"Hwi-ya! Palli!" kata-kata Samuel terpotong begitu saja setelah Seonho tiba-tiba menyambar lengan Daehwi dan menariknya ke luar apartemen.
"huft.." Samuel menghela nafas lega. 'sulit sekali terlihat natural di depanmu, hyung"batinnya dalam hati lalu tersenyum seorang diri.
****
TBC
Voment kalian bikin dingdong makin semangat jadi jangan sampai lupa meninggalkan jejak kalian di chap ini juga ya.. 😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
IF YOU
Fanfiction"Aku harus melupakanmu namun melupakan bukanlah hal yang mudah"-Lee Daehwi "Harusnya aku memperlakukanmu lebih baik lagi ketika aku memilikimu"Bae Jinyoung