#26

899 123 26
                                    

"Haah~ kupikir mereka akan bertengkar di dalam sana" Seonho menghela nafas lega. Ya, dirinya dan kawan-kawan sedari tadi memang menguping pembicaraan antara Daehwi dan Jinyoung melalui celah pintu yang sedikit terbuka.

"Baguslah hubungan mereka sudah makin membaik sekarang" ucap Woojin ikut lega. Disampingnya, sang kekasih aka Hyungseob pun ikut lega.

Sementara itu hanya Samuel dan Jihoon yang terlihat diam di sana. Mereka sama sekali tidak bicara ataupun menanggapi hubungan Daehwi dan Jinyoung yang kembali membaik. Mungkin setelah ini keduanya akan kembali bersama dan hati mereka akan terluka.

Astaga...ini sakit. Tapi aku ikut  bahagia untuk mereka- Jihoon

Pilihanku untuk menyerah memang tidak salah kan hyung?- Samuel

"Hyung?" Seonho memegang lengan Jihoon. Menyadarkan namja itu dari lamunannya.

"Ne?"

"Aku ingin kembali ke ruang rawatku. Antar aku ne?"

"Hmm..kajja"

Jihoon kembali mendorong kursi roda Seonho dari belakang, mengantarkan adik kesayangannya itu kembali ke ruang rawatnya dengan diam. Sungguh kini perasaannya campur aduk dan dia tidak tahu harus bagaimana cara mengekspresikannya.

Woojin yang melihat sahabatnya berjalan menjauh hanya bisa memandangnya kasian. Sejujurnya dia tahu apa yang sedang namja itu pikirkan, dia tahu apa yang sedang namja itu rasakan tapi dia lebih memilih untuk  diam.

Sama halnya dengan Jihoon, Samuel pun memilih meninggalkan tempat itu. Dia memutuskan untuk pulang ke apartemennya setelah sekian lama tidak kembali ke sana.

Lagi-lagi Woojin hanya bisa menatap kepergiannya tanpa bisa berucap apa-apa.

Hyungseob memegang lengannya. Namja manis itu bersandar padanya. Dia tidak bodoh, dia juga bisa merasakannya. Bahwa dua sahabat dan teman barunya itu kini sedang terluka hatinya dan ia cukup prihatin dengan keadaan mereka.

"Aku kasihan pada mereka" ucapnya dengan tatapan sendu. Woojin mencium pucuk kepalanya, menghirup aromanya dalam-dalam yang seolah dapat memberikannya ketenangan.

"Mereka sudah dewasa Hyungseob-ah. Mereka pasti bisa mengatasinya."

"Hmm..tapi terluka dimasa muda karena persoalan cinta bukanlah hal yang mudah, Woojin-ah. "

"Aku tahu, tapi tetap saja kehilangan cinta ini bukan berarti mereka kehilangan segalanya. Masih banyak hal yang harus mereka perjuangkan diluar sana"

"Aku mengkhawatirkan mereka"

"Aku juga. Tapi kita harus membiarkan mereka menyelesaikannya sendiri"

"Eum"

"Ayo kita pulang"

***
Drtt Drtt

"Hyung?" Daehwi menggeliat pelan dalam pelukan Jinyoung saat merasakan ponsel dalam sakunya bergetar.

"Ne?"

"Lepas dulu. Sepertinya ada telpon masuk"

"Ishh. Mengganggu" sambil menggerutu, Bae Jinyoung melepas pelukannya pada Daehwi.

Daehwi terkekeh sebentar sebelum dia melihat nama kontak yang tertera di layar ponselnya.

Eomma??

"Aku keluar dulu hyung?"

"Jangan lama-lama"

"Eumm.."

Daehwi keluar dari ruangan dan dia tidak menemukan satu pun orang di depan ruang rawat Jinyoung. Sepertinya teman-temannya sengaja meninggalkannya tanpa memberitahunya terlebih dulu.

"Halo eomma?"

"..."

"Bagaimana kabar eomma disana?"

"..."

"Oh, syukurlah. Rasanya sudah lama sekali aku tidak mendengar lagi suara eomma"

"..."

"Hahaha. Aku tidak sedang bercanda eomma. Aku merindukan eomma"

"..."

"Ani..ani..aku senang eomma menelpon. Tapi ada apa eomma? Biasanya eomma hanya menelpon saat ada sesuatu yang penting"

"..."

"Nde??? Ta-tapi eomma~"

"..."

"Arasseo. Lalu..bagaimana dengan kuliahku disini?"

"..."

"Tidak..bukan begitu. Aku juga ingin bersama kembali dengan eomma"

"..."

"Baiklah eomma"

"..."

"Ne. Nado saranghae..."

Hah~

Daehwi menghela nafas kasar. Ia lalu menyandarkan tubuhnya yang lelah pada dinding bangunan rumah sakit.

Aku sungguh tidak ingin pergi..

Akankah ini berakhir lagi?

Aku bahkan belum sempat mumulainya kembali

Malam semakin larut namun Bae Jinyoung masih saja terjaga di peraduannya. Rasa bahagia terus menjalar dalam hatinya. Ia merasa tidak percaya. Daehwi, namja yang dulu selalu dia sakiti kini tengah tertidur  lelap dalam dekapannya.

Meniti tiap lekuk wajah cantik itu kini telah menjadi aktivitas yang paling disukainya. Setiap detik begitu berharga. Ia menyesal. Kenapa dulu ia tidak menjaganya. Waktu kebersamaan mereka, masa-masa yang paling membahagiakan dalam hidupnya, kenapa dia membuangnya.

"Lee Daehwi" Jinyoung memanggil nama namja itu lirih. Bagai sebuah mantra, hatinya tiba-tiba berdesir hebat saat namja itu semakin menempel padanya. Ia tersenyum. Jari-jarinya yang kurus berusaha memperbaiki helaian anak rambut yang menutupi wajah cantik di hadapannya.

Daehwi sama sekali tidak terusik. Namja itu masih terlelap di sampingnya.

"Miane" ucap Jinyoung" saranghae".

***

SYL
❤❤❤

IF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang