9. Minta Maaf Lagi

156K 9.4K 157
                                    

Sudah maaf yang ke berapa kali dan sudah luka yang ke berapa kali?

***

Keano : Naomi, gue minta maaf.

Beberapa kali notif pesan dari Ken bergetar di ponsel milik Naomi. Sudah lima belas kali Ken mengirimkan pesan yang isinya sama seperti itu.

Naomi mendengus, ia masih setia membaca pesan dari mantan kekasihnya itu tanpa berniat membalasnya. Mungkin terlalu lebay untuk perempuan kuat jika hanya masalah seperti ini—masalah pacar ketemu mantannya—seperti yang Naomi alami beberapa hari yang lalu. Tapi itu hanya untuk orang-orang yang tidak memiliki perasaan untuk pacarnya, beda dengan Naomi yang begitu menyayangi Ken. Jujur saja, Naomi masih sangat menyayangi Ken.

Tidak mudah melupakan seseorang yang sudah bertahta di hati kita. Seperti benalu yang terus mengganggunya.

Naomi mengambil guling yang berada di sampingnya dan memeluknya erat. Memejamkan matanya dan membukanya kembali. Ia selalu gelisah seperti ini, seolah semuanya mendukung suasana hati Naomi.

Ponsel Naomi berbunyi lagi, menandakan ada pesan masuk. Dan lagi itu pesan dari Ken yang isinya sama tidak berubah. Hanya ucapan maaf yang terus membuat Naomi kembali mengingat lukanya yang sudah ia berusaha menguburnya dalam, tetapi kembali muncul.

Untuk kesekian kalinya lagi, ponsel Naomi berbunyi. Bukan, itu bukan pesan masuk. Tetapi itu panggilan masuk dari Ken. Naomi terkejut membulatkan matanya, Ken meneleponnya. Berusaha Naomi menghiraukan panggilan masuk itu, ia menutupi telinganya dengan bantal.

Naomi sudah bosan mendengar ponselnya, dilihat ada sepuluh panggilan yang sengaja tak terjawab. Naomi harus mengalah, untuk panggilan masuk yang ke sebelas ini Naomi mengangkatnya ragu mendekatkan ke telinganya.

"Naomi, gue minta maaf." belum sempat Naomi membuka suaranya, suara dari seberang sana sudah menginterupsinya duluan.

Naomi menghela napasnya, ia tidak berniat membalas ucapan dari Ken.

"Gue minta maaf."

"Maaf."

"Naomi?"

Naomi masih betah dengan diam tanpa mengeluarkan suaranya sedikit pun. Naomi bosan mendengar ucapan maaf dari Ken yang suatu saat pasti akan terulang. Naomi belum mempercayai Ken seutuhnya setelah kejadian beberapa hari lalu.

"Naomi, gue ada di depan rumah lo." terdengar helaan napas dari seberang sana.

"Gue mohon, lo keluar sekarang."

Naomi mendengus, "Nggak!"

"Naomi."

"Gue bakal nunggu lo sampai lo keluar rumah!"

"PERGI!" bentak Naomi memutuskan sambungan teleponnya.

Naomi memijit pelipisnya dan merebahkan kembali tubuhnya diatas kasur menatap langit kamarnya. Perkataan Ken terus terngiang, kini Ken berada di depan rumahnya. Tetapi, untuk apa malam-malam begini Ken ke rumahnya? Jika hanya untuk meminta maaf, Naomi sudah muak rasanya.

Di luar sepertinya mendung, terdengar suara petir yang berkilat dan angin yang berhembus kencang. Ini masih jam tujuh, mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Seketika, hujan gemercik turun begitu saja dari luasnya langit. Hujan turun begitu deras, Naomi melirik balkonnya yang masih terbuka jendelanya.

Naomi bangkit dari kasurnya dan berjalan ke arah balkon untuk menutup jendelanya. Dia terdiam sejenak melihat derasnya hujan. Dia bisa menghirup petrikor yang menyeruak memecahkan keheningan. Naomi berjalan keluar balkon dan melihat ke bawah. Alangkah terkejutnya Naomi melihat Ken berada didepan rumahnya dengan baju yang basah karena terguyur hujan.

Stay with MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang