"Seberapa hebatnya kita terlihat kuat. Tetap saja, selalu terlihat luka yang di rasakan."
***
Ruangan bernuansa putih dengan aroma obat-obatan yang menyeruak dalam indra penciuman laki-laki yang sedang terbaring lemah di atas ranjang putih rumah sakit.
Ken membuka matanya perlahan melihat ke seluruh sudut ruangan. Infusan di tangannya membuatnya sedikit sulit bergerak. Renata yang melihat anaknya yang sudah sadar pun langsung menghampirinya dengan perasaan cemas sekaligus lega.
"Sayang, kamu jangan banyak gerak dulu." ucap Renata khawatir.
Ken berusaha tersenyum di depan Mamanya karena ia tidak ingin melihat Renata semakin khawatir dengan keadaannya.
"Minum dulu ya," suruh Renata menyodorkan segelas air putih dengan sedotan di atasnya agar memudahkan putra kesayangannya untuk minum.
Ken menuruti perintah Mamanya, "Papa ke mana, Ma?" tanya Ken pelan dengan suara yang berat seperti menahan sakit.
Renata menyimpan gelas di atas nakas kemudian duduk dipinggir ranjang yang Ken tempati. Mengusap lembut kepala anaknya dengan penuh kasih sayang.
"Papa lagi ngurus administrasi. Kamu makan dulu ya," suruh Renata menatap anaknya lembut.
Ken menggeleng, "Ken udah berapa hari di rumah sakit, Ma? Pasti Ken ngerepotin Mama sama Papa ya?"
"Sayang gak boleh ngomong gitu, udah tiga hari kamu di rawat. Kamu harus sehat ya, Sayang. Mama sayang sama kamu." balas Renata menitikkan air matanya melihat putra kesayangannya ini yang sudah tiga hari dirawat inap di rumah sakit.
Ken tersenyum dan menyentuh lembut pipi mamanya mengusap air mata yang membasahi pipinya.
"Mama jangan nangis. Ken udah sembuh kok," jawab Ken nyengir berusaha ceria dihadapan Mamanya.
Ken adalah sosok yang dingin dan ketus jika di depan teman-temannya, begitu pun di depan Naomi saat mereka masih berpacaran. Tetapi di balik itu semua, Ken adalah sosok laki-laki yang manja dengan sang Mamanya. Walaupun demikian, Ken termasuk anak yang terkenal nakal jika di sekolah.
Renata mengusap air matanya itu dan mencium lembut kening putra tunggalnya. Tersenyum melihat anaknya yang selalu berusaha kuat dan berusaha untuk tidak membuat orang tuanya khawatir.
"Iya sayang, kamu anak Mama paling kuat sedunia." ucap Renata terkekeh sambil terus mengeluarkan air mata yang membasahi pipinya.
Ken tersenyum jika Mama nya berkata seperti itu. Ia akan selalu teringat saat masa kecilnya dulu.
Kamu anak Mama yang paling kuat sedunia.
Ucapan itu yang selalu dilontarkan Renata ketika melihat anaknya tersenyum menenangkan.
"Sekarang kamu makan ya," suruh Renata mengusap kepala anaknya itu.
"Nanti aja ya, Ma."
"Sayang kamu harus makan,"
"Iya Ma, tapi bentar dulu ya." tawar Ken nyengir kepada Mamanya.
Renata hanya menggelengkan kepalanya, "Tapi janji ya, harus makan?!"
"Iya," balas Ken.
Ken menegakkan tubuhnya untuk bersandar di kepala ranjang dan mengambil ponselnya yang berada di atas nakas samping ranjang. Melihat keadaan ponselnya atau notifikasi yang sangat ia tunggu dari seseorang. Ken menghela napas berat. Hanya ada notif pesan dari teman-temannya dan grup kelasnya saja. Tidak ada yang spesial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with Me
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Note: Belum revisi. Cerita ini ditulis ketika belum paham PUEBI, dll. *** Apa yang kalian rasakan ketika memiliki pasangan yang tidak ada romantisnya sama sekali? Sakit tentu saja. Semua orang pasti ingin memiliki pasangan yang romant...