14. Gengsi

125K 7.5K 68
                                    

Suasana menegangkan melebihi ulangan fisika dadakan. Gadis berbola mata cokelat itu gugup setengah mati bingung apa yang harus ia lakukan di depan Ken. Dulu saat mereka masih berpacaran, Naomi tidak pernah secanggung ini dengan Ken. Bahkan Naomi selalu cerewet menanyakan hal yang tidak penting sekalipun kepada Ken untuk mencairkan suasana. Tapi tidak untuk saat ini.

Semuanya sudah berbeda, semesta menyadarkan dua orang remaja itu yang hanya sebatas mantan kekasih. Sangat menyakitkan memang jika harus mengingat masa lalu yang penuh kenangan. Lima bulan bersama dan waktu yang cukup dibilang lumayan lama. Tidak mudah melupakan semua kenangan selama lima bulan kemarin bagi Naomi begitu juga dengan Ken yang kini masih menatap gadis di depannya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Naomi menarik napasnya dan diembuskannya perlahan. Ia harus mengalah untuk kesekian kalinya dengan waktu yang tidak lagi sama agar bisa mencairkan suasana kembali. Gadis itu berusaha menstabilkan detak jantungnya yang tidak beraturan. Memejamkan mata dan terus menarik napas agar membuatnya tenang.

"Gimana keaadan lo?" tanya Naomi terpaksa untuk bisa mencairkan suasana yang sungguh awkward ini.

Naomi bingung apa yang harus ia tanyakan lagi selain keadaan Ken. Kemarin-kemarin ia berani untuk memarahi Ken karena pengkhianatan hubungan mereka. Tapi kali ini, tidak tega rasanya jika Naomi harus kembali mengingat itu dan membenci Ken seterusnya. Sakit hati tidak untuk membenci bukan?

"Baik," singkat Ken ketus.

Sungguh demi Upin Ipin yang entah kapan masuk SD, Naomi menyesal datang menjenguk Ken. Naomi kira, Ken akan senang dengan kedatangannya saat ini. Ia tidak habis pikir dengan cowok di depannya ini yang masih saja bersikap seenaknya.

Naomi berusaha sabar agar tidak terpancing emosinya. Ia menganggukkan kepalanya dan berusaha tersenyum. Naomi berpikir untuk mencari cara bagimana agar cowok di depannya ini bisa luluh karena kedatangannya.

"Gue udah maafin lo," kata Naomi tiba-tiba membuat Ken menoleh menatap gadis itu.

Ken diam sejenak, tersenyum tipis bahkan sangat tipis hampir tak terlihat. "Makasih."

Naomi tidak menyadari itu semua, ia hanya duduk di kursi dekat kasur rumah sakit yang Ken tempati sambil terus menunduk menggulung ujung roknya. Tapi Naomi mendengar perkataan Ken yang singkat itu 'makasih' katanya. Naomi mendongkak dan mengangguk.

"Kenapa ke sini?" tanya Ken datar.

Naomi tidak mengerti maksud pertanyaan Ken, "Maksudnya?"

"Ngapain datang ke sini?" tanya ulang Ken membuat gadis di depannya melongo.

Naomi benar-benar tidak habis pikir dengan pikiran cowok ketus di depannya ini. Minggu lalu, Ken meminta maaf berulang kali kepada Naomi bahkan sampai rela kehujanan hanya untuk menunggu gadis itu di halaman rumahnya agar mau memaafkannya. Tapi lihat sekarang? Saat Naomi sudah berusaha memaafkan semuanya, cowok itu hanya bersikap acuh seolah tidak ada beban di hatinya.

Gadis berbola mata cokelat itu berusaha sabar untuk kesekian kalinya menghadapi makhluk datar di depannya. Hampir saja amarahnya akan meledak kalau tidak melihat Ken sakit ini.

"Jenguk lo," jawab Naomi sedikit menekankan di setiap perkataannya.

Ken tidak membalas ucapan gadis di depannya. Ia hanya diam menatap Naomi dengan tatapan datarnya.

"Lo sakit apa?" tanya Naomi melihat infusan di tangan Ken.

"Gue udah sehat." balas Ken ketus dan menatap tajam Naomi.

"Lo masih sakit,"

"Udah sehat!"

"Sakit!"

"Sehat!"

Stay with MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang