Rindu itu cemas. Cemas itu khawatir. Khawatir itu perhatian. Perhatian itu sayang. Sayang itu cinta.
***
Ken merebahkan dirinya di kasur king size di kamarnya. Kamar yang bernuansa hitam putih dan tercium sekali aroma maskulin khas laki-laki. Ken merasa kepalanya pusing, dia mencoba memejamkan matanya untuk menghilangkan rasa sakit di kepalanya. Ken menyelimuti tubuhnya yang panas dingin dengan selimut tebal. Bibirnya pucat, matanya terlihat sangat sayu. Embusan napasnya terasa panas sekali dan suhu tubuhnya tidak beraturan. Tetapi Ken belum bisa tidur, dia hanya memejamkan matanya saja sejenak.
Pintu kamar terbuka menampilkan seorang wanita dan lelaki paruh baya masuk ke dalam kamar Ken. Ken yang mendengar derap langkah kaki yang masuk ke kamarnya pun menolehkan kepalanya melihat Mama dan Papanya menghampirinya.
Tersirat wajah cemas di mata dua orang paruh baya itu. Ken yang melihat itu berusaha tersenyum, dan merubah posisinya menjadi duduk di kepala ranjang. Dia merintih kesakitan, kepalanya terasa sangat pusing. Tetapi Ken tetap mencoba tersenyum untuk tidak membuat orang tuanya khawatir.
Renata menghampiri kasur yang di tempati anak tunggalnya itu saat melihat anaknya meringis sakit.
"Sayang, kamu jangan banyak gerak dulu. Nanti kepalanya makin pusing." ucap Renata khawatir mengusap puncak kepala anaknya.
Ken hanya tersenyum memegang tangan Mama nya. "Ken gak apa-apa kok, Ma."
"Besok kita ke rumah sakit untuk cek up keadaan kamu lagi, Ken." kata Dhani—Papa Ken.
"Nggak Pa—"
"Keano! Jangan membantah lagi! Kamu sudah sering bolos untuk treatment. Kalau kamu membantah, Papa akan bawa kamu ke Singapura, untuk dirawat di sana!" bentak Dhani membuat Ken menghela napasnya gusar.
"Udah, Pa." seru Renata menenangkan Dhani yang sedang mengusap wajahnya.
Renata kembali menoleh dan mengusap puncak kepala anaknya itu, "Sayang, kamu jangan membantah lagi, ya. Besok kita ke rumah sakit."
"Tapi kan Ma—"
"KEANO! Ini untuk kesehatan kamu!" sentak Dhani terbawa emosinya.
Ken memijat pelipisnya dan mengatur napasnya yang sedikit kesulitan. Renata yang melihat itu langsung cemas begitu pun Dhani yang khawatir.
"Sayang, kamu kenapa?" cemas Renata panik melihat Ken yang kesulitan mengatur nafasnya.
"Ma—"
"Ma, ayo kita bawa Ken ke rumah sakit." ajak Dhani kepada Renata. Tersirat nada khawatir melihat anak tunggalnya yang harus kembali merasakan sakit seperti ini.
***
Naomi sedang membaca novel di atas kasurnya. Sedari tadi dia sudah berganti posisi sampai sekarang dia tengkurap di atas kasur kesayangannya sambil terus membaca novel yang berada di tangannya. Sudah hampir tiga jam Naomi menghabiskan waktunya dengan membaca novel. Sampai-sampai matanya sudah menyipit karena perih terlalu lama membaca.
Naomi memang seperti itu, jika dia sedang banyak masalah pasti akan menghabiskan waktunya membaca novel atau menyanyi tidak jelas. Menurutnya, itu akan sedikit lebih baik untuk menenangkan pikiran dan hatinya.
Ponsel Naomi berdering menandakan ada panggilan masuk dari seseorang. Naomi menutup novelnya dan menyambar benda pipih itu yang berada di sampingnya. Dia mengerutkan keningnya heran.
Dimas is calling...
Tidak biasanya Dimas menelponnya. Dengan heran, Naomi menggeser tombol hijau dan mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with Me
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Note: Belum revisi. Cerita ini ditulis ketika belum paham PUEBI, dll. *** Apa yang kalian rasakan ketika memiliki pasangan yang tidak ada romantisnya sama sekali? Sakit tentu saja. Semua orang pasti ingin memiliki pasangan yang romant...