Saat kita berada ditahap untuk melupakan. Dia datang seenaknya, menjatuhkan hati ini kembali.
***
Naomi keluar dari kamarnya dan menuruni tangga dengan seragam putih dipadukan rompi dan rok berwarna hijau army ciri khas SMA Galaksi setiap hari Rabu. Dengan rambut yang dikucir kuda, bedak bayi yang ditaburkan di pipi mulusnya. Tanpa olesan wajah apapun lagi yang sangat terlihat natural seperti anak kecil.
Mata Naomi sedikit sembab karena semalaman ia menangis hanya memikirkan perlakuan Ken kepadanya yang selalu saja seenaknya. Hatinya sudah terlalu banyak disakiti oleh laki-laki perawakan tinggi itu.
Kini Naomi sudah mulai ceria lagi seperti biasanya. Senyum manisnya terukir di bibir mungilnya saat melihat sang mama menyiapkan sarapan pagi untuknya.
"Pagi, Ma!" seru Naomi mencium pipi Kinan--Mama yang amat disayanginya.
Kinan tersenyum dan mengacak gemas rambut putri tunggalnya itu. "Pagi, Sayang."
Naomi duduk di kursi meja makan. "Papa mana, Ma?"
"Tadi Papa ada meeting penting, jadi berangkat pagi. Kamu berangkat sama mang Ujang ya," kata Kinan sambil menyodorkan roti selai kacang kesukaan Naomi.
"Iya Ma,"
Naomi melahap roti selai kacang kesukaannya itu sambil membuka ponselnya yang penuh dengan notif grup bersama kedua sahabatnya.
Naomi hanya membaca sekilas pesan grup bersama Oki dan Reina tanpa berniat untuk membalasnya. Moodnya sedang tidak ingin membalas pesan siapa pun. Ia hari ini berencana untuk pergi ke kafe dekat sekolahnya sendirian.
Ia ingin menikmati vanilla latte sambil mendengarkan musik dan memandang interior di setiap sudut kafe yang akan membuat hatinya tenang.
Naomi menghabiskan sarapannya dan meneguk susu cokelatnya sampai setengah gelas. Beranjak dari kursinya dan pamit pergi ke sekolah kepada Kinan.
"Ma, Naomi pergi sekolah dulu ya." pamit Naomi menyalimi tangan Kinan.
"Hati-hati ya, Nom! Jangan lupa baca Bismillah."
Naomi mengangguk mengangkat jempolnya ke udara, "Siap, Ma! Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam,"
Gadis itu bersenandung kecil. Fisiknya terlihat ceria tetapi tidak dengan suasana hatinya. Naomi tidak memikirkan soal suasana hatinya saat ini. Ia hanya ingin fokus belajar menuntut ilmu untuk menggapai cita-citanya yang ingin menjadi seorang dokter.
Berusaha tidak peduli dengan rasa sakit di hatinya. Ia harus bisa membahagiakan orang-orang yang sudah menyayanginya. Setidaknya untuk mama dan papanya yang sangat menyanginya.
***
Naomi berjalan di koridor lantai dua menuju kelasnya yang paling pojok. Jam masih menunjukkan pukul ena lewat dua belas. Naomi sengaja datang pagi ke sekolah, niatnya supaya tidak bertemu dengan Ken. Naomi mengetahui jika hari ini Ken sudah bisa bersekolah lagi karena kemarin saat di rumah sakit, Renata memberitahu Naomi.
Gadis dengan rambut yang dikucir kuda itu bersenandung kecil dan tersenyum. Ia harus bisa memulai harinya dengan senyuman yang ceria walaupun hatinya menolak keras untuk tersenyum. Tidak peduli seberapa keras hatinya tersakiti, ia akan tetap mencoba untuk tersenyum. Berusaha menghindari Ken mungkin itu akan lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with Me
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Note: Belum revisi. Cerita ini ditulis ketika belum paham PUEBI, dll. *** Apa yang kalian rasakan ketika memiliki pasangan yang tidak ada romantisnya sama sekali? Sakit tentu saja. Semua orang pasti ingin memiliki pasangan yang romant...