Chapter 14 : Perceraian?

2.3K 234 140
                                    

Nam membawa Singto pergi kerumah sakit untuk mengobati lukanya. Nam takut jika ada pecahan kaca yang masuk kedalam tangan Singto. Jadi Nam ingin memeriksanya. Tidak ingin ada sesuatu yang terjadi pada adiknya.

Saat mereka berdua turun tidak sengaja berpapasan dengan Push dan Krist yang baru masuk dari halaman belakang rumah. Krist kaget saat melihat tangan Singto. Dan reflek mendekati mereka berdua.

"Bagaimana bisa sampai seperti ini?" Tanya Krist sembari memegang tangan Singto.

"Tidak apa ini hanya luka kecil" Jawab Singto seraya melepaskan tangannya dan pergi mendahului mereka semua.

"Dia tidak apa - apa nong. Dia memang selalu seperti itu" Ujar Nam saat melihat raut wajah khawatir yang di tunjukan Krist.

"Benarkah?" Tanya Krist.

"Iya. P' mau mengantarkan dia kerumah sakit dulu. Nong Krist hati - hati dirumah ya. Nong Push jaga dia dengan baik" Jawab Nam sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.

Dengan cepat Nam berjalan menyusul Singto yang ternyata sudah masuk terlebih dulu kedalam mobil.

"Sing kenapa kau bersikap seperti itu?" Tanya Nam.

"Itu untuk kebaikanku sendiri P'. Aku tidak bisa berdekatan dengannya. Jika tidak aku pasti ingin memeluknya nanti. Aku ingin menjahuinya saja. Aku terlalu merindukannnya P'. Tapi P' tahukan jika Krist melarangku untuk berdekatan dengannya. Jadi aku ingin menurutinya saja. Aku tidak mau dia pergi lagi dari hidupku. Meskipun ini berat tapi aku akan mencobanya. Setidaknya aku masih bisa melihatnya" Jawab Singto sembari menatap atap mobil.

"Ini pasti berat untukmu kan? Kau harus kuat nong. Bertahanlah setidaknya sampai dia ingat. P' tidak ingin kalian berdua salah mengambil keputusan. P' takut kalian akan menyesal nanti. Sudah cukup kalian menangis selama ini. Jadi P' harap kau sabar. Jika kau sedih jangan di pendam sendiri. P' akan menemanimu" Ujar Nam sambil menepuk pundak Singto pelan sementara Singto diam saja dan hanya menatap keluar jendela.

.

.

.

Krist yang sedang duduk di sebuah kursi yang terletak pada balkon kamarnya di kejutkan oleh kehadiran Gun yang tiba - tiba masuk kedalam kamarnya tanpa permisi. Gun yang melihat Krist langsung saja memeluk Krist dengan erat.

Sementara Krist hanya diam saja. Tidak mengerti kenapa pria asing itu memeluknya. Tetapi tidak ada niatan dari Krist untuk melepaskan pelukan itu. Pelukan dari pria itu terasa sama seperti saat Nam memeluknya. Dan Krist tidak merasa terancam oleh kehadiaran pria mungil itu.

"Kau siapa? Apa kau kakakku juga?" Tanya Krist yang di jawab gelengan oleh Gun.

"Apa kau adikku?" Tanya Krist lagi.

"Bukan aku Gun. Namaku Gun atthaphan. Kita sudah berteman dari kita kecil. Kita sudah seperti saudara. Aku selalu ada untukmu begitu juga sebaliknya. Kau tidak mengenalkukan? Maka dari itu. Mulai sekarang kau harus mengenalku. Dan jadikan aku temanmu" Jawab Gun dengan riang pada Krist.

Gun tahu Krist tidak mengingatnya jadi Gun ingin supaya Krist mengerti kalau dirinya itu tidak sendirian. Krist masih mempunyai Gun dan yang lainya. Ingatan Krist mungkin bisa hilang tetapi perasaan yang Krist rasakan pada semuanya tidak mungkin hilang. Pasti masih tersisa meskipun itu sedikit.

"Baiklah" Ujar Krist yang pasrah pada kecerewetan Gun.

"Apa kau tahu aku hampir gila saat kau hilang. Meskipun aku tidak segila dan sedepresi P'Sing" Ucap Gun yang sangat merindukan Krist.

Gun juga ikut mencari Krist bersama dengan New meskipun Gun lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah ini membantu Nam yang merawat Singto yang tengah depresi berat waktu itu.

[2]. All The Time We Spend Together [ Sequel A World That Is You ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang