Dari jendela kaca rumahnya Nam menatap Krist yang kini ada di halaman depan rumahnya bersama Push. Krist terlihat bahagia bersama dengannya sekarang. Push begitu perhatian pada Krist. Seperti saat ini Nam melihat Push berjongkok dan mengikat tali sepatu Krist yang terlepas.
Hal itu membuat Nam menghela nafas beratnya. Karena mengingat ucapan Singto tadi padanya. Krist meminta Singto untuk menceraikannya. Dan Singto meminta saran padanya.
Yang di jawab Nam dengan keheningan karena shock mendengar hal itu. Sungguh Nam menjadi frustasi saat ini. Nam takut kedua adiknya itu salah mengambil keputusan dan berakhir penyesalan.
Haruskah Nam menyetujui permintaan Krist walaupun nanti Nam tahu Krist akan menyesal saat mengingatnya nanti?
Atau Nam harus menolaknya tidak membiarkan kedua adiknya itu berpisah meskipun Krist akan sedih saat ini?
Jangan tanya apa yang akan di jawab Singto pada Krist. Karena Nam tahu pasti apa jawaban adiknya itu. Singto selalu melakukan dan menuruti apa yang Krist mau. Dan tidak memikirkan apapun yang akan terjadi nantinya. Bukan hanya Singto yang hancur nantinya. Nam yakin Krist juga akan hancur jika dia sadar pada apa yang akan dilakukannya pada Singto.
Ada sebuah tangan yang menyentuh bahunya. Nam tersenyum lembut pada Windy.
"Kita pasti akan menemukan jalan keluarnya P" Ujar Windy menenangkan Nam.
"P' berharap juga seperti itu. Jika tidak P' sudah tidak sanggup jika salah satu dari mereka ada yang terluka lagi" Ucap Nam sambil menyenderkan kepalanya di bahu kekasihnya.
Windy memeluk Nam mencoba menyalurkan kekuatan yang dia miliki pada kekasihnya itu. Windy tahu apa yang di rasakan Nam karena dirinya pernah merasakan hal yang sama. Terjebak di antara kedua pilihan. Dan sangat sulit untuk menentukan pilihan pada sesuatu yang tepat karena salah satunya akan melukai orang lain.
Nam balas memeluk Windy. Nam bersyukur masih mempunyai seseorang yang selalu ada di sampingnya dan menemaninya selama ini. Jika Windy tidak ada Nam yakin tidak akan bisa melewati semua ini sendirian.
"Bagaimana keadaan Sing?" Tanya Nam pada Windy.
"Belum membaik P'. Suhu tubuhnya masih tinggi. Dan Sing tidak mau makan ataupun meminum obat yang di berikan dokter padanya" Jawab Windy yang membantu Nam untuk menjaga Singto.
"Nanti biar P' yang membujuknya. Jika dia keras kepala atau kasar padamu P' harap Windy mengerti karena Sing dalam keadaan tidak baik saat ini" Ucap Nam.
"Windy mengerti P'. Tetapi Windy tidak bisa menjaganya hari ini karena ada yang harus Windy kerjakan" Ujar Windy.
"Iya P' tahu kamu juga sibuk tapi kamu menyempatkan kesini untuk membantu P'. Nanti akan menyuruh yang lain untuk menjaganya. Karena P' juga harus pergi nanti. Kita akan pergi bersama P' akan mengantarmu" Sahut Nam.
__________
"Sing P' harus pergi mungkin akan kembali besok. Kau bisa sendirikan dirumah. Nanti sore Gun akan kesini untuk menemanimu." Ujar Nam pada Singto yang hanya menatapnya lemah.
"Tidak perlu P' aku bukan anak kecil dan untuk apa menyusahkan orang lain. Aku bisa sendiri" Sahut Singto.
"Bisa sendiri apanya? P' takut terjadi sesuatu padamu karena hari ini semua orang sibuk dan tidak ada satu orangpun dirumah. Yang ada hanya anak buah P'. Dan yang bisa menemanimu hanya Gun itupun nanti sore dia bisa kesini. P' akan pergi keluar kota ada masalah yang harus P' urus. Krist akan pergi ikut dengan Push nanti dan akan kembali besok. Sementara kau sakit dan sendirian bagaimana P' tidak khawatir" Jelas Nam.
"Aku baik - baik saja P" Ujar Singto.
"Baik apanya? Sudahlah jangan keras kepala. Kau harus makan dan minum obatmu dengan baik. P' tidak bisa menjagamu saat ini jadi P' mohon jangan buat P' khawatir" Sahut Nam sembari mengecek suhu tubuh Singto yang ternyata tidak ada bedanya dengan kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]. All The Time We Spend Together [ Sequel A World That Is You ]
Fanfiction[ Completed ] Ini tentang kisah rumah tangga Krist dan Singto yang baru saja di mulai. Dan juga masih ada sedikit cerita tentang New dan Gun. Ini Sekuel dari ffku sebelumnya yaitu A World That Is You (Tentang seorang adik laki - laki yang menyukai k...