" Sand, gue mau tanya sesuatu sama lo," ujar Zhiva, seperti biasa, mereka mengobrol sambil makan siang di kantin kampus sembari menunggu jam berangkat menuju ke anak bimbing masing – masing.
" Hmm...?" respon Sandra yang sedang mengunyah makanannya.
" Dulu lo sama Jonas, lebih seneng mana, pas masa pedekate apa udah jadian?"
" Ya sesudah ditembak dan jadian lah, Zhi! Jadian itu kan semacam jawaban dari doa. Ibarat lo udah kebelet pup dan akhirnya keluar dengan tuntas dan lo dengan bebas mau makan apapun yang lo mau. Rasanya lega, dan terasa enteng terus juga happy karena ada orang yang lo sayang udah jelas jadi milik lo. Nggak kuatir diambil orang. Kalo pedekate kan, ibarat lo itu udah ngerasa mules cuma belum ke WC malah masih makan mulu, jadinya kerasa mulesnya tapi nggak keluar," penjelasan Sandra dengan analogi aneh itu direspon dengan timpukan kerupuk.
" Dasar cewek gila!"
" Emang kenapa kok lo tanya gitu?"
" Nggak apa – apa."
Sandra menatap sahabatnya dengan curiga.
" Bener?" desaknya. Zhiva hanya mengangguk.
" Sand...lo sama Jonas pernah nggak sih ngerasa hubungan kalian tuh hambar dan ngebosenin?"
" Ya pernahlah. Namanya itu terbiasa. Kita ngerasa jenuh, hambar dan bosen karena kita menerima perlakuan yang sama, bahkan perlakuan manis sekalipun bisa bikin eneg kalo kelamaan. Lo ngerasa jenuh sama Andres?"
" Nggak...nggak tau maksud gue...mungkin gue ngalamin yang lo bilang tadi, ya...terbiasa..."
" Bisa jadi, Zhi...apalagi lo sama Andres pedekatenya lama. Lo udah terbiasa duluan dengan sikap gentle dia..."
" Mungkin...by the way, Sand...lo pernah nggak pas jalan bareng Jonas tapi yang kepikiran malah orang lain? Cowok lain, gitu..."
" Astaga, Zhi...lo kenapa sih mendadak tanya ginian? Lo lagi ada masalah sama Andres? Atau lo...." Sandra menutup mulutnya dulu sebelum meneruskan kalimatnya,
" Lo mulai naksir anak bimbing lo, ya?" seketika Zhiva merasa wajahnya merona.
" Ngawur! Amit – amit, deh! Tuh bocah kelakuannya tambah nyebelin sekarang!"
" Terus kenapa donk lo tanya hal ginian? Mencurigakan!"
" Berisik, deh! Udah...gue cabut...bye, Sand!"
***
" Sayang, bentar lagi our second monthversary...nggak terasa ya?" kata Andres sambil membelai lembut tangan gadis di hadapannya.
Rutinitas harian setelah Zhiva pulang mengajar adalah makan malam dengan Andres lalu mereka akan pergi sekadar jalan – jalan atau window shopping. Zhiva bukannya tak senang, namun rasanya terlalu jenuh dengan rutinitas yang monoton. Terlebih Gastha masih dengan aksi bicara singkat membuat hari – harinya tak lagi seru.
" Iya...nggak terasa..." Zhiva menyahut ala kadarnya.
" Kamu pengen ngerayain dimana? Maksudku bukan perayaan sih, cuma itu kan moment pas buat jalan berdua dan do something romantic..."
Ini adalah hal terakhir yang diharapkannya. Dia tak habis pikir bagaimana Andres bisa menjalani rutinitas tiap hari, kesibukannya dan masih sempat memikirkan hal yang romantis. Dulu mungkin Zhiva akan selalu tersanjung dengan sikap romantis itu namun kelamaan rasanya jengah dan bosan. Zhiva merasa Andres memonopoli waktu luangnya yang sedikit tiap harinya sejak dia mengajar les privat.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Definitely Not" Karma [END]
Romance" First, jatuh cinta ama brondong. Second, lovey dovey antara guru dan murid, walaupun cuma guru privat, tetep aja buat gue, BIG NO! Third, hamil di luar nikah! Definitely not!" celoteh Zhiva melanjutkan. Sandra mengangguk - angguk. Dia selalu memah...