The End of Unsaid Reality

11.4K 430 54
                                    

Mata itu memandang sayu, melihat pasangan yang berada dalam jarak beberapa meter. Dirinya tahu, sejak awal dia sudah harus menyerah dan bukannya membuat masalah. Namun, dia bukan orang yang suka dengan rasa pedih yang terus menerus menggerogoti hatinya.

Dia tahu, orang – orang itu menganggapnya sudah tidak ada di muka bumi, sejak dirinya menyandang status baru. Tapi adakah yang tahu, dirinya sudah kembali? Apa gunanya uang dan kekuasaan kalau tidak bisa membebaskannya dari kekangan.

Hatinya dihinggapi kobaran api yang makin lama makin membesar melihat pasangan yang mesra itu. Dirinyalah yang seharusnya menjadi salah satunya. Memeluk tubuh itu dan hidup bahagia bersama, tapi dia harus mendekam di balik jeruji sehingga apa yang hampir saja dimiliki, dengan begitu mudahnya lari. Tapi sekarang, dia tahu, inilah kesempatannya untuk kembali bersama dengan yang telah dia lepaskan. Bahkan bila satu nyawa harus hilang, dia tak peduli karena dia tahu untuk itulah sebuah pembuktian akan cinta sejati.

Pasangan itu sedang berjalan menuju mobil dengan beberapa kantong belanja. Berangkulan mesra sambil sesekali si pemuda mengusap perut buncit gadisnya. Dirinya sudah tak kuasa menahan panasnya api amarah. Kepalanya menoleh ke segerombolan preman yang disewanya, dan sedari tadi bersembunyi di antara gedung dan bangunan yang terdapat di situ.Sebuah anggukan menjadi kode bagi mereka untuk menyelesaikan tugas yang menjadi alasan mereka disewa.

***

Sebuah sentakan melepaskan rangkulan Gastha dari tubuh mungil milik istrinya. Membuat istrinya hampir jatuh. Emosi Gastha tersulut melihat Zhiva yang hampir jatuh apalagi dengan perut yang besar akan membuatnya mudah limbung.

" Sial..." Gastha belum sempat menyelesaikan umpatannya, ketika sebuah pukulan mendarat di wajahnya membuatnya tersungkur. Preman – preman itu menghajarnya tanpa ampun, tendangan dan pukulan bertubi – tubi diarahkan. Zhiva berusaha menghentikan mereka sambil berteriak meminta pertolongan yang sayangnya sia – sia karena daerah tersebut sudah mulai jauh dari keramaian. Adalah ide Gastha untuk parkir agak jauh supaya mereka bisa berjalan – jalan dan agaknya ide yang buruk kali ini.

" Brengsek, siapa kalian?" Gastha berusaha bangun namun sebuah tendangan menjatuhkannya lagi.

" Lu harus mampus!" balas salah seorang preman itu. Sayangnya, balasan itu membuat Gastha mampu bangkit dan mulai mengerahkan kekuatannya untuk mulai melawan mereka. Ketika preman – preman itu cukup kelelahan, Gastha melihatnya sebagai suatu kesempatan untuk lari, karenanya dia menarik tangan Zhiva dan membawanya lari. Tentunya dengan kondisi hamil, gerakan dan nafas Zhiva terbatas sehingga tak bisa lari kencang. Preman itu berhasil menyusul dan menggapai bahu Gastha sehingga larinya terhenti karena jatuh. Meski begitu, Gastha tetap berusaha melawan.

Zhiva ketakutan melihat preman yang mengganas menghajar suaminya. Namun, dia tak ingin tinggal diam, dia berusaha mengerahkan sisa tenaga dan kekuatannya untuk mencari bantuan. Untungnya, polisi yang sedang patroli melihat hal aneh karena seorang wanita hamil berlari terengah – engah di antara bangunan dan menghampirinya. Zhiva sudah tak sanggup bersuara, nafasnya serasa habis. Hanya ditunjuknya arah dimana preman – preman itu menghajar Gastha. Tepat ketika mereka sampai, Zhiva terhenyak melihat Andres. Segera dia bisa menangkap semuanya, bahwa Andres merupakan dalang dari semua ini. Pantas saja, preman – preman itu tidak menyentuhnya sama sekali.

***

Andres kaget ketika Zhiva datang bersama beberapa polisi dan suara sirene polisi menandakan masih ada yang akan datang. Dia sadar, bahwa dirinya lengah karena terlalu senang melihat saingannya babak belur dengan luka parah.

" Zhiva...aku...sedang...berusaha menolong...Gastha..." kilah Andres, otaknya rupanya tak selengah itu karena masih bisa memikirkan suatu kebohongan.

" Bohong, Zhi!" suara Gastha cukup membuat gadis itu lega. Dirinya tadi khawatir akan keselamatan suaminya karena Gastha telungkup dan diam saja.

" Are you okay, Tha?" tanya Zhiva sambil menghampiri Gastha.

Polisi – polisi itu tentu tak hanya diam saja, tanpa aba – aba mereka menangkap preman – preman suruhan Andres. Namun, ketika seorang polisi mendekati Andres, dia melakukan hal yang tak terduga. Dia memukul polisi itu dan lari. Bahkan dalam benak Gastha dan Zhiva tak pernah menyangka Andres punya nyali seperti itu.

Dor! Dor! Dor! Tiga tembakan ke udara dalam beberapa jeda.

Dor! Kali ini suara itu lebih dekat, Zhiva spontan memalingkan wajahnya mendengar tembakan terakhir.

Bruk!

Andres terjatuh, namun masih bisa bangkit dan kembali berlari.

Dor!

Kali ini suara terjatuh lebih keras dan polisi – polisi itu berlarian. Zhiva menatap pemandangan itu tak percaya, Andres tewas setelah dua tembakan polisi.

Tepat saat ambulans dating dan beberapa petugas medis keluar untuk memberi pertolongan pada Gastha dan beberapa lainnya mengeluarkan kantong untuk jenazah Andres.

" Kamu berdarah banyak, Tha..." ucap Zhiva ketika petugas itu mengangkat tubuh Gastha.

" Tapi, Zhi...kenapa...kamu juga berdarah banyak?" tanya Gastha melihat baju yang dikenakan Zhiva mulai digenangi warna merah.

Zhiva baru merasakannya. Sakit di perutnya, ketika kakinya melihat ke bawah, ada cairan yang bercampur darah. Ketubannya pecah.

" Tha...!" jeritnya, membuat petugas medis yang membantu Gastha menoleh.

" The baby...is...coming..." dan segera, kehebohan terjadi.

***

" Kenapa, sayang?"

" Nggak, cuma teringat beberapa hal..."

" Seperti?"

" Masa lalu. Ng—aku bukan mau mengenang hal buruk, hanya kadang, banyak hal yang nggak kita sangka terjadi..."

" Maksudmu...Sina? Andres?"

" Kita juga..."

" Baik Andres maupun Sina, rasanya hidup mereka penuh tragedi termasuk kematiannya. Aku seringkali sedih ketika liat Sina dulu sering melamun, merindukan Andres...kesalahan Sina hanya satu, dia terlalu mencintai Andres..."

" Aku tau, Zhi...aku bisa baca gelagat itu...rasanya kejam menyembunyikan kenyataan bahwa Andres meninggal dengan cara mengenaskan pula...tapi kita nggak mau Sina lebih hancur apalagi dia telah kehilangan bayinya..."

" I wish she is happy now and she can see our happiness as well..."

" Zhi...thanks for loving me...I do really love you..."

" You know, Tha...loving you is my beautiful mistake that I'll never regret..."

Keduanya melihat kesungguhan, tak hanya dari dalamnya suara namun tatapan mata. Keduanya merasakan ketulusan, bukan hanya dari bibir namun dari lubuk hati yang paling dalam.

.:Finito:.

Vel's Babbling:

Yup...yup...yup...and here we are, hoping Gastha and Zhiva will live happily ever after with Zhiqia and their new baby. Thanks for all your support, votes and comments to my very first writing on Wattpad. I do really beg your apology if this writing has plenty of typos, terms, or lack of feeling. With all my lack, my limited ability, hopefully, Gastha and Zhiva story can deliver some lessons about life in whatever the way.

The biggest hope of my heart is your votes and comments, still not to mention you guys, all my beloved readers still have desire and willingness to read my next other works.

Xoxo

With love and sincere

-vivelaquavinc-    

"Definitely Not" Karma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang