Zhiva menghela nafas sebelum keluar pintu rumah tinggalnya. Sepagi ini dia sudah heboh dengan diri sendiri. Ponselnya nyaris tak berhenti berdering sebagai adanya indikasi telepon maupun pesan singkat. Andres seperti biasa membangunkan tidurnya dengan cara romantic dan mengingatkan tentang hari ini. Gastha mengiriminya pesan singkat mengingatkan tentang hari ini juga hanya dalam arti yang berbeda. Hari ini dia berdandan ekstra karena ingin menyenangkan pacarnya. Meski hatinya hanya separuh dalam menjalani hari ini, namun dia tak ingin mengecewakan Andres.
Saat keluar pintu, dilihatnya mobil Andres sudah terparkir dan melihat Andres sedang turun dari mobilnya. Bergegas dia turun tangga dan menyambut kekasihnya itu dengan antusias.
" You look more beautiful also hot, Honey..." bisik Andres.
Sejak pagi itu, Zhiva sudah nyaris kehilangan dirinya sendiri. Dia kewalahan menghadapi Andres yang memberinya kejutan romantis di berbagai kesempatan. Sarapan di Bukit Cinta, jalan – jalan ke tempat – tempat romantis yang terkenal di kota, makan siang di restoran mewah dan beberapa hadiah kecil. Semua ini belum akan berakhir kalau Zhiva tak teringat janjinya pada Gastha.
" Dres...maaf...gue harus sampai rumah sebelum jam 3..."
" Lho? Ada apa?"
" Gue diundang ke acara ultah abim gue...udah janji..."
" Kamu emang nggak bilang kalo ini hari penting kamu?" Andres tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya.
" Udah. Tapi lo kan tau, abege..."
" Emang abim kamu ultah yang keberapa?"
" 18."
" Itu udah bukan abege, Honey...batalin aja..."
" Sorry, Dres...gue nggak tega ngecewain tuh anak...dia anak tunggal sering kesepian di rumah...gue kenal baik sama ortunya juga, jadi gue harus ngehargain undangan mereka," elak Zhiva, tegas. Andres tak bisa berbuat apa – apa.
Tepat jam setengah 3, ketika seharusnya mereka pulang dari destinasi terakhir perayaan ulang bulan mereka di pantai, hujan deras mengguyur begitu saja. Karena hujan yang mendadak, dan semua orang memiliki pemikiran sama untuk pulang secepatnya, maka mereka tak bisa keluar parkir dengan cepat dan di jalan masih terjebak macet. Bahkan tubuh Andres dan Zhiva basah kuyup karena mereka kehujanan saat berlari ke mobil Andres.
" Kamu yakin nggak mau langsung ke rumah abim kamu...aku bisa antar..."
" Nggak usah, Dres...gue basah kuyup gini, mending ganti baju dulu di rumah..." tolak Zhiva. Entah mengapa dirinya ingin tampil lebih di hari ultah anak bimbingnya dan tak mau datang dengan kondisi basah. Zhiva melirik panik pada jam di mobil Andres karena sudah menunjukkan pukul setengah empat sementara mereka terjebak macet. Ketika dia mengungkapkan niatnya untuk naik taksi, dilihatnya arah jalanan yang memberitahunya bahwa taksi pun tak ada yang kosong. Zhiva akhirnya memilih mengirim pesan singkat pada Gastha memberitahunya untuk terlambat namun tetap akan datang.
Sejam lebih kemudian, mereka sampai di rumah Zhiva dan Andres yang juga kebasahan ikut masuk untuk berganti baju yang dibawanya dari mobil. Tak lama kemudian, Andres pamit, namun sebelumnya dia mengkhawatirkan pacarnya itu yang memilih naik taksi ke rumah anak bimbingnya.
" Kamu yakin sayang, mau naik taksi aja? Aku bisa antar kamu dulu..."
" Nggak, Dres. Makasih...gue nggak mau bikin lo tambah capek setelah jalan seharian...anyway...thanks buat hari ini..."
" Sama – sama, Honey..." sambil bicara begitu, Andres menatap wajah Zhiva dalam – dalam. Lalu memajukan wajahnya ke arah wajah Zhiva. Gadis itu spontan terdiam karena kaget dengan tingkah pacarnya. Lalu gadis itu mendengar bisikan lembut disertai belaian di pipi,
KAMU SEDANG MEMBACA
"Definitely Not" Karma [END]
Romance" First, jatuh cinta ama brondong. Second, lovey dovey antara guru dan murid, walaupun cuma guru privat, tetep aja buat gue, BIG NO! Third, hamil di luar nikah! Definitely not!" celoteh Zhiva melanjutkan. Sandra mengangguk - angguk. Dia selalu memah...