Diburu Waktu

5.4K 330 12
                                    

Andres kembali dengan segala sikap bak Prince Charming seperti dulu dan kali ini bahkan lebih baik lagi. Dengan perginya Gastha, Zhiva menjadi lebih leluasa untuk berinteraksi dengan Andres. Untuk menunjukkan kesungguhannya, Andres bahkan tidak mendesak Zhiva untuk menceritakan semuanya, termasuk siapa yang telah menghamilinya. Andres ingin membiarkan Zhiva sendiri yang bercerita apabila waktunya sudah tiba dan Zhiva memang siap untuk melakukannya.

Zhiva merasakan suatu hal aneh yang membuat perasaannya terasa ringan. Mungkin ini sebagai ungkapan kelegaan karena dia mendapat solusi atas permasalahannya. Terlebih, Andres baru saja memberikan kabar baik bahwa dia bisa mulai magang kerja sambil menunggu waktu untuk wisuda. Rasanya, beban Zhiva sedikit demi sedikit terangkat. Setidaknya, bulan depan, Andres akan bisa memastikan status mereka. Toh dirinya diburu waktu karena perutnya yang semakin membesar hampir tak bisa disembunyikan lagi. Diapun juga ingin segera pindah dari rumah kontrakannya sebelum kehamilannya diketahui oleh tetangga kanan kirinya.

Sebenarnya bukan hanya Zhiva yang ingin menuntaskan semua masalah ini dengan segera, Andres pun juga. Bila dia berhasil mendapatkan Zhiva, dia juga terbebas dari Sina. Ibarat sekali tepuk dua lalat jatuh. Apalagi, penghalang utama, yaitu pria yang dicintai Zhiva, sudah pergi. Itu hal yang diceritakan Zhiva belakangan dan membuat Andres makin mantap melakukan rencananya.

***

" Kok bukan sama Gastha? Emang dia kemana?" tanya Sandra, heran ketika pagi itu, Zhiva meneleponnya untuk menemaninya ke dokter kandungan.

" Gastha ada urusan di luar kota, Sand..." sahut Zhiva. Dia tadinya ingin meminta Andres untuk menemaninya, namun dia tak ingin membuat dokternya berpikir macam - macam karena pasangannya kali ini orang yang berbeda.

" Ooo...udah lama perginya?"

" Udah ada semingguan..." Zhiva mulai tak nyaman bila Sandra menginterogasinya. Dia memang belum menceritakan soal Andres dan keputusannya pada sahabatnya itu.

" Kok dia nggak nitip pesen ke gue buat jagain lo, ya?" Sandra terdengar menggumam untuk dirinya sendiri ketimbang bertanya pada Zhiva.

" Mungkin sibuk."

" Wait! Lo berdua nggak lagi berantem ato ada masalah, kan?!" seru Sandra, seperti menyadari sesuatu. Sejujurnya, dia mendadak was was soal Andres yang berhasil menemui Zhiva, tempo hari.

" Nggak... we are...fine..." suara Zhiva terdengar ragu. Sandra tahu, dia harus segera mengontak Gastha untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya.

Sepulang dari dokter kandungan, Sandra tak langsung pamit. Selain sudah lama dia tak berkunjung ke rumah Zhiva, dia juga punya misi lain, mengorek sesuatu dari sahabatnya itu.

" Zhi...bukan gue mau kepo atau ikut campur, ya...lo yakin nggak ada masalah sama Gastha? Lo nggak nyembunyiin sesuatu dari dia, kan?" pancing Sandra. Zhiva tentu sudah paham akan gelagat ini dan sudah sadar bahwa waktunya dia menceritakan semuanya pada sahabatnya itu.

Sandra shock mendengar cerita dan penjelasan Zhiva. Dia tahu, bahwa dia terlambat bertindak. Sudah sejak lama sejak dirinya memergoki pertemuan Zhiva dan Andres namun karena prioritasnya adalah skripsi dan bimbingan, dia lupa untuk memperingatkan Gastha. Lagipula, awalnya, dirinya merasa semua akan baik saja karena mendengar jawaban Zhiva saat itu. Tak menyangka bahwa Zhiva ternyata berpikir lain di waktu yang cukup singkat.

Sandra bimbang untuk memberitahu sifat Andres yang sebenarnya. Lagipula, sedikit banyak dia juga luluh dengan kesungguhan kalimat teman pacarnya itu ketika bicara dengan Zhiva tempo hari. Hatinya menjadi penuh tanya, apakah dia harus bicara dengan Gastha namun di sisi lain, dia ingin mencoba yakin bahwa Andres memang telah berubah dan bisa membahagiakan sahabatnya itu. Mungkin, memang Andres yang tepat untuk Zhiva, dilihat dari segala aspek, bukan Gastha.

"Definitely Not" Karma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang