Belajar Melepaskan

6.3K 332 7
                                    

" Sumpah apa, Kak?"

" Well... I should not tell this to you, but...I think you deserve to know about every single detail of Zhiva's life...in one condition, you really love her..."

" Kak, gue nggak ngerti harus membuktikan cinta seperti apa...gue cuma bisa ngerasain dan meski perasaan gue bikin gue jadi gegabah dan emosional, gue tau, gue cinta Zhiva!"

Sandra menarik nafas lagi, lebih dalam dan mengangguk mengerti. Gastha entah bagaimana memang mencintai sahabatnya. Dia berpikir, biarlah menjadi misteri mengenai kemunculan rasa yang melanda Gastha.

" Zhiva punya sumpah...prinsip atau apapun namanya mengenai tiga hal...dia nggak mau jatuh cinta sama orang yang lebih muda, menjalin hubungan cinta guru dan murid dan hamil di luar nikah. Itu benar – benar komitmen yang dia berusaha jaga. Tapi, pertemuan dengan lo, berhasil mematahkan semua itu...dia tertekan karena melanggar sumpahnya sendiri dan sekarang kondisi dia seperti itu..."

" Tapi itu konyol, Kak! Kita nggak pernah tau hati kita akan memilih siapa dan cinta kita akan jatuh kemana..."

" Masalahnya...Zhiva took the oaths after she knew facts about her own life..."

" Maksudnya?"

Lagi – lagi sebuah helaan nafas panjang diambil Sandra, sebelum menjawab.

" Zhiva punya alasan yang cukup fundamental dengan sumpah atau janjinya itu, Tha...gue bahkan memahami itu sejak lama, walaupun gue juga ngingetin bahwa kita nggak akan tahu apa yang terjadi suatu hari..."

" So...?"

" Gue nggak tau ini bener atau salah. Tapi mengingat lo yang udah menanam benih di rahim Zhiva...gue rasa lo perlu tau ini...Zhiva nggak pernah merasakan kasih sayang orang tua cukup lama. Dia juga anak hasil hubungan luar nikah dan kondisinya kurang lebih seperti yang dialaminya..."

" Maksud kakak?"

" Jadi...Zhiva lahir dari hubungan backstreet guru sekolah dan muridnya. Ibu Zhiva adalah guru di sebuah SMA kala itu, dan ayahnya murid dari ibu Zhiva. Mereka jalanin hubungan backstreet karena orang tua ayahnya nggak setuju dengan hubungan mereka. Setelah ayahnya lulus, mereka kabur dari rumah. Menurut yang gue dengar, pas mereka kabur, ibu Zhiva baru hamil. Dengan kondisi gitu, kakak dari ibu Zhiva mau menampung mereka sampai bisa mandiri...Unfortunately..." Sandra menggantung kalimatnya. Ada rasa sedih yang tiba - tiba menyeruak di hatinya, membayangkan sahabatnya.

" Unfortunately what?"

" Saat Zhiva masih 2 tahun, orang tuanya kecelakaan dan meninggal...sejak itu, dia dirawat pamannya. Setelah pamannya nggak ada, kedua anaknya yang merawat Zhiva...tapi, mereka cuma ngasih materi dan uang sementara yang Zhiva butuh kasih sayang...sejak dirasa bisa hidup mandiri, kakak – kakak Zhiva yang anaknya pamannya itu udah nggak ngurus Zhiva lagi kecuali kebutuhan materinya...termasuk...saat Zhiva cerita kondisinya sekarang...mereka cuma dukung apapun keputusan yang diambil dan siap biaya...lo pasti jadi paham kan, kenapa Zhiva mengambil tindakan ini? Milih Andres daripada lo dan sebagainya?"

Gastha mengangguk paham, kembali rasa bersalah menggunung. Dia tidak tahu betapa hidup seorang Zhiva bisa begitu penuh tragedi, padahal dilihat dari kesehariannya, terutama sebelum malam nestapa itu, bisa dikatakan seperti tak menanggung beban.

" Kak...kenapa anak pamannya cuma ngasih materi? Kan mereka udah tau sejak kecil?"

" Mungkin karena nggak ada hubungan darah langsung dan...mereka juga tahu kisah orang tuanya...Zhiva juga tau kisahnya sejak umur 8 tahun, Tha...bisa lo bayangin anak umur segitu harus tahu kenyataan hidupnya?" mata Sandra kini memandang jauh ke arah lorong bangsal rumah sakit itu, lalu melanjutkan ceritanya,

"Definitely Not" Karma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang