Kalau bukan karena ketukan di pintu rumahnya yang berulang kali, Zhiva masih belum akan beranjak bangun. Semalaman dia mengerjakan revisi skripsinya supaya esok dia bisa menemui dosennya untuk bimbingan lagi. Seharusnya Zhiva tidak diperbolehkan sering begadang oleh dokter kandungannya, tapi mau tak mau dia harus membuat pilihan, semakin cepat skripsinya selesai, semakin cepat kuliahnya rampung, dia bisa fokus pada urusan bayinya.
Setengah malas, dia bangkit dari futon dan menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya. Dengan asal, dia menyanggul acak rambutnya ke atas setelah menyambar jepit rambut di atas meja. Dengan heran, dia membuka kunci pintu rumah kecilnya lebih karena penasaran pada tamu yang datang terlalu pagi. Bahkan Sandra, yang notabene sahabatnya tidak akan sanggup datang sepagi ini.
Lalu, dari balik pintu yang dibukanya, wajah itu menyeringai lucu lalu tersenyum. Zhiva bahkan tidak bisa merespon cepat melihat pemandangan di depannya.
" Belum sarapan, kan? Gue temenin, yuk! Lo pengen makan apa?" berondong suara yang berasal dari seringai wajah dari balik pintu.
" Lo ngapain ke sini pagi – pagi? Gue masih ngantuk, semalam begadang...lo balik aja, deh...gue bisa nyari sarapan sendiri..." Zhiva menolak dan mengusir tawaran itu mentah – mentah. Dia masih memilih memejamkan matanya untuk satu jam mendatang daripada untuk makan. Lagipula, dia punya susu dan beberapa sayuran yang siap dimasak.
" Bubur ayam mau? Gue tau warung bubur ayam yang oke banget dan udah buka jam segini," suara itu tak mengindahkan tolakan Zhiva.
" Tha...please...gue serius! Gue lagi nggak pengen makan, gue cuma pengen tidur!"
" Oke...oke..." Gastha mengangkat kedua tangannya, seperti adegan di film dimana penjahat ditodong senjata oleh polisi.
" Gue aja yang beli..nanti gue balik ke sini, lo tidur aja lagi...pintu nggak usah dikunci, jadi lo nggak harus bangun kalo gue datang..." lanjut pemuda itu, dengan percaya diri berlebih dan sikap tengil yang sudah Zhiva hafal.
" This is my house!" desis Zhiva, mulai kesal. Gastha acuh dan segera berbalik menuju mobilnya, namun dia masih mendengar suara pintu dibanting.
Zhiva bergegas kembali ke kamar untuk berbaring, ketika handphone-nya berbunyi. Sebuah pesan masuk.
Gastha
Jgn dikunci pintunya. Biar gw bs siapin buryamnya tnp lo harus bangun.
Zhiva hanya bisa mendengus kesal, dan memutar kunci pintu rumahnya menjadi posisi tak terkunci lagi.
***
Wangi khas yang Zhiva kenal membangunkannya. Sambil membuka mata perlahan, dia berusaha menikmati wangi itu sedikit lebih lama. Namun ketika otaknya sadar sepenuhnya, dia tersentak sendiri karena wangi itu milik pemuda yang kini sedang duduk di pinggir futonnya sambil mengelus pipinya dengan lembut untuk membangunkannya.
Zhiva segera terduduk saat menyadari posisinya yang berbahaya. Dia hanya mengenakan daster, pakaian yang akhir – akhir cukup akrab menempel di tubuhnya, karena perutnya yang semakin membesar menuntutnya mengenakan baju yang cukup longgar.
" Sorry, Zhi...gue udah berusaha ngebangunin lo sepelan mungkin supaya lo nggak kaget. Ini buburnya..." sodor Gastha, menyadari kekagetan gadis di depannya, mangkuk berisi bubur ayam yang aromanya menerbitkan selera, menusuk hidung Zhiva.
" Makasih...lo nggak makan juga?" Zhiva meraih mangkuk itu.
" Masih di dapur. Gue mau minta izin dulu, mau makan di sini, siapa tau lo nggak boleh..." goda Gastha. Mau tak mau, Zhiva tersenyum mendengar ucapan pemuda itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/16842749-288-k989097.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
"Definitely Not" Karma [END]
Romansa" First, jatuh cinta ama brondong. Second, lovey dovey antara guru dan murid, walaupun cuma guru privat, tetep aja buat gue, BIG NO! Third, hamil di luar nikah! Definitely not!" celoteh Zhiva melanjutkan. Sandra mengangguk - angguk. Dia selalu memah...