Jam 13.00. Zhiva sampai di gang rumah kontrakannya ketika melihat sedan hitam yang terparkir. Sedikit mempercepat langkah, dirinya terkejut mendapati sosok yang sedang duduk di teras rumah kecil itu. Tubuh besarnya disandarkan pada pilar dan matanya terpejam. Seketika hati Zhiva trenyuh melihatnya. Perlahan, gadis itu melangkah melewati tubuh sosok itu dan sepelan mungkin membangunkannya. Reaksi kaget yang sangat membuktikan bahwa pemuda itu sudah terlalu lama duduk di sana juga terlalu lelah menunggu.
" Lo ngapain di sini, Tha?" tanya Zhiva, setelah mempersilakan pemuda itu masuk ke dalam dan mengambilkan segelas air untuk meredakan dahaga.
" Gue udah bilang, setiap siang selesai kuliah, gue bakal langsung nyamper sini. Tadi pagi, gue kesiangan, jadi nggak sempat ke sini dulu. Lo tapi sarapan, kan?" respon Gastha, seperti tak mempedulikan dirinya.
" Lo nggak bisa gini, Tha. Yang ada lo bisa sakit. Kita lakukan rutinitas masing - masing aja. Lo nggak usah maksain diri ngejaga gue. Gue bisa jaga diri, kok..." ujar Zhiva, yang mendapati dirinya sudah kehilangan lebih dari setengah kebenciannya terhadap pemuda itu, berganti rasa iba dan haru.
" Gue mau, Zhi..."
Zhiva menghela nafasnya berusaha mengerti sifat keras kepala pemuda di depannya itu. Dia tahu dan hafal dengan sifat yang sudah dihadapinya selama beberapa waktu ini. Sia – sia untuk membantah keinginan Gastha.
" Tha...I appreciate what you wanna do...tapi, kalo gini, lo akan ngorbanin waktu lo. Lo akan kehilangan waktu istirahat, waktu ngerjain tugas, waktu hangout dan have fun sama teman – teman lo."
" Therefore, gue pengen ngajak lo pindah ke rusun yang dulu. Lebih luas dan leluasa jadi kita bisa tinggal di sana berdua. Atau, sampe kita bisa punya status jelas, gue bisa ngabisin waktu bareng lo di sana. Gue paham alasan lo pindah ke rumah ini, tapi karena sekarang lo adalah tanggung jawab gue, jadi lo nggak perlu kuatir pindah ke sana lagi."
" I need more time to think and contemplate, Tha...but anyway, really thank you about the idea..." sahut Zhiva, akhirnya.
Gastha memahami hal ini dan tidak memaksakan kehendaknya lagi. Dia tahu, bagaimanapun, akan ada perubahan yang cukup drastis dalam hidup mereka kelak. Perenungan adalah langkah tepat untuk berpikir masak.
***
Zhiva memandangi sosok yang dikenalinya itu dari jauh. meski sempat tercekat dan kaget, perasaan yang belakangan ini muncul dan kerap dialaminya. Sosok itu menoleh dan dengan segera menemukan Zhiva, yang mengenakan kaos kebesaran untuk menyembunyikan perutnya. Zhiva tahu dia tidak bisa menghindar sehingga mau tak mau dia memaksakan sebuah senyum yang disertai rasa heran.
" Lo ngapain di sini?!" tanyanya.
" I've been looking for you for a while. You will never know how desperate I am... Let's talk..." sosok itu, dengan terengah bicara dan menggandeng lembut tangan Zhiva.
Mengingat lokasi terdekat dari situ yang bisa digunakan sebagai tempat bicara adalah kantin, Zhiva memimpin perjalanan. Sesampainya di sana, mereka berdua mencari tempat duduk yang agak terpencil dan kebetulan suasana kantin tidak terlalu ramai karena jam perkuliahan masih berlangsung.
" Zhi...kemana aja, sih? Dicari kemana – mana nggak pernah ketemu, dihubungi nggak pernah bisa. Segitu bencinya kamu setelah kita putus?" suara sosok di depannya itu antara marah dan memelas, membuat Zhiva mendadak iba.
" Kita udah putus, Dres...untuk apa lo masih nyariin gue?"
" Aku nggak bisa lupain kamu begitu aja, Zhi...mungkin ini juga karma buatku karena udah nipu banyak orang, tapi kali ini aku nggak bohong, aku setengah mati nyari kamu. Duniaku rasanya nggak sama tanpa kamu. Aku putus asa nyari kamu dan kalo hari ini bukan hari keberuntunganku, aku nggak tau lagi apa namanya! Sejak kita putus, aku nyari kamu tiap hari, tapi kamu mendadak pindah rumah, nomormu nggak bisa dihubungi bahkan Sandra juga nggak tau. Kenapa kamu mendadak hilang, Zhi?" desak Andres, kali ini nada suaranya sudah seperti hampir menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
"Definitely Not" Karma [END]
Romance" First, jatuh cinta ama brondong. Second, lovey dovey antara guru dan murid, walaupun cuma guru privat, tetep aja buat gue, BIG NO! Third, hamil di luar nikah! Definitely not!" celoteh Zhiva melanjutkan. Sandra mengangguk - angguk. Dia selalu memah...