Pada bulan keempat sejak Zhiva mengajar privat dan memulai hubungan dengan Andres yang hingga kini tanpa kejelasan status, Zhiva mulai merasakan jenuh. Bukan jenuh karena mengajar anak SMA yang jahil dan tengil namun lebih kepada status hubungannya dengan Andres. Berkali – kali dia ingin menanyakan perihal status hubungan mereka namun kesempatan itu sering hilang begitu saja. Zhiva bukannya ingin menuntut lebih pada Andres, namun dia lebih ingin supaya tak ada salah paham. Andres sering protes bila Zhiva tak punya waktu banyak untuk mereka berdua, namun dengan tak ada status apapun di antara mereka, Zhiva merasa Andres tak berhak protes.
" Kamu kok diem aja, Zhi? Sakit?" tanya Andres, ketika mereka berada dalam mobil Andres setelah seharian hang out.
" Nggak," sahut Zhiva, enggan.
" Terus kenapa? Hari ini kamu nggak kayak biasanya?"
" Ng—gue cuma pengen tanya sesuatu sama lo..."
" Ya?"
" Hubungan kita gimana sih?"
" Maksud kamu?"
" Hubungan kita...status gue dan lo...temenankah, sahabatankah atau...apa...?"
" Apa yang gimana?" Andres malah memutar pembicaraan.
" Duh, Dres...gue serius. Frankly, gue bukan mau nuntut lebih atau apa. Gue cukup berterimakasih dengan perhatian dan kebaikan lo selama ini. Tapi...gue pengen kejelasan...jadi gue bisa lebih enak ngejaga perasaan lo, perasaan gue dan teman – teman gue..."
Andres menghentikan mobilnya di tepi jalan. Setelah memandangi jalanan beberapa saat, dia akhirnya membuka suara.
" Zhi...aku sayang sama kamu...aku sengaja nggak ngasih kejelasan tentang status kita karena aku nggak mau membatasi ruang gerak kamu. Kata Sandra, kamu nggak suka terlalu dibatasi. Aku pikir kalo kita ada status pacaran, kamu jadi terikat. Padahal aku pengen kita enjoy jalan bareng tanpa ngerasa ada gimana gitu..." jelas Andres. Zhiva termangu mendengarnya.
" Tapi itu juga ngegantungin gue, Dres...gue jadi serba nggak enak ke semuanya."
" Gini, Zhi...kalo kamu nggak keberatan kita punya status, ayo kita pacaran," kata Andres sungguh – sungguh. Dia menatap ke dalam mata Zhiva.
" Gue...gue...cuma pengen kita punya status yang jelas aja..."
" Zhivanica...kamu mau nggak kalo kita pacaran?" tembak Andres, tiba – tiba.
" Lo serius? Bukan karena gue ngomong tadi, kan?"
" Ini adalah hal yang dari pertama kita ketemu pengen aku omongin ke kamu, Zhiva...aku sayang sama kamu...karena aku sayang aku nggak pengen kamu merasa terikat dan dibatasi. Tapi karena kamu tadi tanya tentang status...aku pengen memperjelas seperti permintaan kamu...so what is your answer?"
Hingga sekian menit kemudian, dua insan dalam mobil itu berada dalam kesunyian.
" Definitely yes..." dari mulut Zhiva, hanya itu yang terlontar.
Andres mengulurkan tangan kirinya untuk menggenggam tangan kanan Zhiva dengan erat. Bibir Andres tak henti menyunggingkan senyum selama menyetir. Namun, Zhiva entah mengapa justru hanya merasa lega. Tak ada lagi rasa berbunga – bunga, dia hanya merasa beban hatinya telah terangkat dengan adanya status jelas ini.
***
Gastha melihat sesuatu yang berbeda siang itu. Masih ada gelang di tangan kanan Zhiva, hanya saja dia yakin, gelang itu berbeda, bukan pemberiannya dulu. Gelang yang sekarang memang sederhana desainnya namun bisa terlihat harganya. Hatinya menggelitik mulutnya hingga gatal untuk berkomentar,
![](https://img.wattpad.com/cover/16842749-288-k989097.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
"Definitely Not" Karma [END]
Romansa" First, jatuh cinta ama brondong. Second, lovey dovey antara guru dan murid, walaupun cuma guru privat, tetep aja buat gue, BIG NO! Third, hamil di luar nikah! Definitely not!" celoteh Zhiva melanjutkan. Sandra mengangguk - angguk. Dia selalu memah...