" Have you lost your mind?!" Jonas memandangi temannya yang kini babak belur dengan tangan di borgol. Andres diamankan di ruang satpam rumah sakit. Ada dua satpam yang berjaga di sana. Hampir saja mereka memanggil polisi namun Jonas berhasil membujuk mereka mengurungkan niatnya. Sesungguhnya Andres tak perlu babak belur kalau dia tak melawan dan mau berhenti memukuli Gastha yang sudah tak sadarkan diri.
" Aku harus hajar si brengsek ingusan itu, Nas! Dia bikin Zhiva celaka!"
Mendengar itu, Jonas memutar matanya dan mendengus kesal.
" Gua rasa otak lu udah geser! Lu juga ikut andil dalam hal ini! Lu justru biang keroknya!" Jonas sudah tinggal setitik memiliki sisa kesabaran dengan temannya ini.
" Kenapa jadi aku?!"
" Lu yang nyuruh Zhiva aborsi. Obat aneh semalam yang bikin Zhiva disinyalir keracunan, itu dari lu, kan? Zhiva udah ngomong ke kita soal ini. Yang bikin Gastha gelap mata juga karena masalah Zhiva aborsi! Dres, gua dulu percaya sama lu karena gue kira lu orang baik. Tapi makin ke sini, gua ngeliat busuknya lu!"
Andres merasa darahnya menggelegak naik mendengar ucapan Jonas. Dia bangkit dari duduknya namun teringat bahwa ada borgol di kedua tangannya. Jonas yang paham akan gerakan Andres dan gelagatnya dengan mudah menjauh. Toh, dirinya tahu, gerakan Andres terbatas dan paham bahwa Andres tak akan punya nyali untuk bertingkah dengan dua satpam berbadan kekar dan nomor telepon polisi yang siap terhubung.
" Aku sayang Zhiva, Nas! Aku berusaha nyari solusi yang paling logis dan terbaik buat kebahagiaan dia!"
" Yang terbaik buat lu, mungkin lebih tepat, Dres! Kita semua udah tau topeng lu!"
Kedua satpam yang berjaga di ruangan itu saling melirik satu sama lain. Khawatir situasi akan memanas meski salah satunya memiliki gerak terbatas.
" Kamu nggak ada di posisiku...mencintai seseorang tapi orang tersebut dalam kesulitan!"
" Tapi lu nggak harus nyuruh Zhiva aborsi, kan?! Lu nunjukin bahwa lu egois!"
" Aku nggak egois. Aku cuma belum siap jadi ayah untuk anak yang bukan darah dagingku, Nas!"
" Kenapa kamu harus repot – repot jadi ayah dari anak orang lain, kalo kamu punya anak dari benihmu sendiri?" suara perempuan menyeruak tiba - tiba. Bahkan tanpa menoleh, Andres sudah tahu siapa pemilik suara itu. Yang tak ia duga, bagaimana perempuan itu bisa tahu dirinya ada di sini.
Jonas juga tak kalah terkejut mendengar perempuan yang baru saja bersuara itu. Ketika satu sosok lagi muncul barulah Jonas paham dan mengedip sekilas namun penuh arti, pada sosok itu.
" Jawab, Andres! Kenapa kamu mau jadi ayah dari anak orang lain, sementara anak ini, dari benihmu ini kamu suruh gugurkan sejak lama?!" perempuan itu mendesak lagi dan kali ini sudah berada di depan Andres, sehingga tanpa mendongak Andres bisa melihatnya.
" Si—na...kenapa kamu bisa ada...di sini?"
" Karena aku muak dengan kelakuanmu, Dres! Dan aku butuh kamu jadi ayah bayi ini!" perempuan itu menunjuk perutnya yang masih belum terlihat buncit.
" Tapi...aku udah nyuruh kamu..."
" Dokter langgananmu itu bilang, kalo aku aborsi kali ini, selamanya aku nggak bisa hamil lagi! Rahimku rusak dan itu karena kamu!" sergah perempuan itu, memotong kalimat Andres.
" Selama dua tahun, aku udah aborsi berkali – kali dan kamu mau ninggalin aku begitu aja karena perempuan yang mengandung anak orang lain?! I think you've totally lost your mind! You're pathetic! You're insane!"
![](https://img.wattpad.com/cover/16842749-288-k989097.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
"Definitely Not" Karma [END]
Romantiek" First, jatuh cinta ama brondong. Second, lovey dovey antara guru dan murid, walaupun cuma guru privat, tetep aja buat gue, BIG NO! Third, hamil di luar nikah! Definitely not!" celoteh Zhiva melanjutkan. Sandra mengangguk - angguk. Dia selalu memah...