Mempercayai Keajaiban (18+)

7K 357 5
                                    

Sepasang mata mengawasi dari kejauhan seorang gadis yang asyik berlarian. Mata itu mengekor kemanapun arah gadis itu berlari. Rasanya dia tak akan bosan memandanginya karena gadis itu adalah belahan jiwanya. Ketika makin lama gadis itu berlari kearah ombak yang cukup besar, bibir pemilik speasang mata itu tak sanggup menahan suaranya untuk tak keluar.

" Zhi!" panggilnya, akhirnya. Yang dipanggil masih acuh malah mendekat lagi ke arah ombak.

" Zhi!" suara itu memanggil lagi karena merasa tidak dihiraukan, sementara masih tak ada respon dari yang dipanggil. Gemas, akhirnya dihampirinya gadis itu.

" Zhi! Kamu...pura – pura...nggak dengar, ya?"

Gadis itu memamerkan senyum lebarnya. Tak tega dia melihat orang yang memanggilnya kini terngah – engah dan tersengal mengambil nafas.

" Maaf...habis baru asyik..."

" Jawab sebentar emang nggak bisa?"

" Ngng...sengaja sih...biar dipanggil lagi...hehehe..."

" Dasar tengil..."

Gadis itu tersenyum lagi lalu menggelendot manja. Mereka berdua kini berjongkok di tepi pantai seolah menanti ada ombak yang akan datang. Gadis itu tiba – tiba mendongak menatap langit, membuat heran orang yang berjongkok di sampingnya.

" Kenapa, Zhi..."

" Mama di surga baru ngapain ya?" cetusnya tiba – tiba, membuat orang di sebelahnya tergagap untuk segera menjawab. Beberapa detik kemudian, barulah ada suara.

" Yang jelas, Mama pasti sedang bahagia ngeliat kamu tumbuh jadi gadis cantik seperti ini..."

" Kenapa Mama harus naik ke surga?"

" Karena di sanalah Mama bisa menemukan kebahagiaan."

" Memangnya di sini, kita nggak bisa? Aku bahagia sama hidupku..."

" Zhi...setiap orang, punya caranya sendiri untuk bahagia...nah...rupanya Mama punya cara untuk bahagia...yaitu dengan berada di surga..."

" Mama orang baik ya?"

" Tentu...beliau adalah wanita luar biasa..."

" Aku...aku pengen jadi wanita luar biasa juga..."

" Harus dan pasti, Zhi...kamu harus jadi wanita luar biasa dan bahkan lebih hebat dari Mama..."

Gadis itu memeluk erat lengan orang yang juga berjongkok di sebelahnya. Mereka berdua menatap ombak yang beberapa detik lagi akan datang menyentuh kaki mereka. Masing – masing memiliki sesuatu yang tersimpan di benak namun mereka merasa beruntung karena memiliki satu sama lain.

***

Sapuan bibir yang lembut di area leher itu membuat tubuhnya bergelenyar geli. Bisa ditebaknya, itu adalah perbuatan lelaki yang dicintainya. Kebiasaan yang sama dan sudah dihafalnya selama hampir 5 tahun ini.

" Kok cuek sih?"

" Lagi masak, kalo nanti tumpah atau malah gosong, mau makan apa?"

" Cinta..."

" Hidup nggak makan cinta!"

" Huh...dasar jutek...nggak berubah!"

" Dia udah berangkat?"

" Udah..dijemput Mama habis dari pantai tadi...dia bilang udah pamitan..."

" Iya...emang dari tadi pagi udah ribet sendiri masukin barang – barangnya ke tas..."

" Berarti kan di rumah sepi, cuma berdua..."

" Terus...?"

" Ya...nggak apa...kan jarang berduaan aja..."

"Definitely Not" Karma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang