Keluar dari ruang kedisiplinan, Alena langsung pergi ke perpustakaan untuk menjalani hukumannya. Meski begitu, sembari menyalin isi dari buku-buku yang harus disalinnya sebagai hukuman, Alena sibuk mencari suara pikiran murid yang menghilang tadi.
Namun, ia tak lagi mendengar suara pikirannya. Putus asa, ia memanggil Valent.
'Apa?!'
Valent jelas terdengar kesal.
'Anak itu ... apa dia udah balik ke kelas?'
Dengusan kesal. 'Belum'
Alena mencelos. Itu berarti, dia benar-benar hilang. Masalahnya, ke mana dia menghilang? Dan kenapa tak ada panggilan dari staf kedisiplinan? Bukankah seharusnya dia sudah berada di luar kelas terlalu lama? Apa yang terjadi sebenarnya?
'Anak itu mungkin udah pulang.'
Alena mengerutkan kening. 'Kamu tahu dari mana?'
'Dia izin pulang tadi,' beritahu Valent.
'Kenapa kamu nggak bilang dari tadi?!' Alena tak bisa menahan kesalnya.
Sialan, Valent. Gara-gara dia, Alena dihukum di sini sampai jam istirahat. Apa dia sengaja menahan Alena di depan kelasnya tadi agar Alena dihukum? Dia benar-benar keterlaluan! Alena bahkan harus mendapat poin untuk hukuman ini.
Alena menghabiskan waktu hukumannya dengan menyumpahi Valent. Apa Leo yang memintanya melakukan ini? Ugh, ingin rasanya Alena membanting dua anak itu. Bisa-bisanya mereka ... ugh, hanya dengan memikirkan mereka kepala Alena terasa panas.
***
Ketika Alena keluar dari gerbang sekolah, dilihatnya papanya dan kedua omnya, papa Valent dan papa Leo, sudah menunggu. Ketiganya masih memakai kemeja kerja. Ketiga orang dewasa itu tadinya sedang membicarakan sesuatu, tapi ketika melihat Alena, mereka tersenyum lebar. Alena bahkan bukan anak kecil lagi.
Alena berhenti di depan papanya, mencium pipi papanya yang membungkuk.
"Ada masalah di sekolah, Tuan Putri?" papa Leo bertanya.
Alena mendengus kasar. "Valent sama Leo," jawab Alena pendek.
Ketiga orang dewasa itu seolah tak butuh penjelasan lagi mendengar dua nama itu.
"Kamu kenapa sih, tiap hari selalu berantem sama Leo, atau sama Valent?" papa Alena bertanya penasaran.
"Ya, emangnya itu salah Alena?" Alena membalas kesal.
"Bukan gitu," papa Alena buru-buru berkata. "Tapi, kamu kan tahu, Leo sama Valent itu suka sengaja bikin kamu kesal. Mungkin mereka makin senang gangguin kamu karena tahu kamu bakal kesal kayak gini."
"Trus, Alena harus diam aja gitu kalau mereka gangguin Alena?" protes Alena.
"Kalau kamu cuekin, mereka juga pasti nanti capek sendiri," saran papa Alena.
Alena memutar mata. "Papa kayak nggak tahu mereka aja," dengusnya.
'Wah, ada yang lagi ngadu nih, kayaknya.'
Pikiran Leo itu mengurungkan niat Alena untuk naik ke mobil papanya.
"Papa dengar sendiri, kan?" desis Alena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still, You (End)
Teen FictionMereka adalah musuh bebuyutan. Mereka saling membenci satu sama lain. Mereka pun saling bersaing satu sama lain. Hingga mereka sama-sama harus terjebak dalam kasus teror mengerikan di sekolah mereka. Alena yang keras kepala dan Leo yang tak bisa se...