Darrel mendesah lega ketika ia masih sempat melemparkan belatinya ke tangan orang itu, menjatuhkan pisaunya. Hampir saja pisau itu menikam punggung Leo. Orang itu menoleh kaget ke arah Darrel, lalu ke arah pintu yang terbuka di belakang Darrel.
Zane dan Zelo yang berdiri di belakang Darrel juga sudah mengangkat pistol mereka. Mengancam orang itu, memaksanya mematung. Di depan orang itu, Leo dan Alena menoleh. Leo tampak lega ketika melepaskan pelukan dari Alena. Darrel tersenyum pada mereka. Hatinya terasa sakit saat melihat keadaan Leo. Meski begitu, kebanggan akan putranya meluapinya.
Darrel berjalan ke arah mereka. Pembunuh itu pun tampak panik. Ia berniat kabur, tapi dalam perjalanannya, Darrel menyempatkan menendang perut pria itu keras. Saat pria itu jatuh, Darrel melepaskan satu tinju yang mematahkan hidung pria itu. Darrel ingin menghajar pria ini hingga dia mati, tapi ia tidak ingin Leo melihatnya.
Darrel meninggalkan pembunuh itu. Zane dan Zelo pun tak melakukan apa pun ketika orang itu berlari ke ruangan lain, ke arah pintu belakang.
"Pa ..." Leo menatap cemas ke arah Darrel.
"Ada banyak orang di luar," Darrel memberitahu Leo. "Kakekmu ngirim banyak orang ke sini."
Mendengar itu, Leo mendesah lega. Ia menjatuhkan tubuh ke tembok di sebelah Alena, bersandar di sana.
"Kenapa Papa lama banget datangnya?" protes Leo.
"Maaf ya, Papa terlambat," sesal Darrel seraya berjongkok di depan Leo.
Leo mendengus pelan, tapi ia tersenyum. "Aku nepatin janjiku."
Darrel mengangguk. "Papa tahu, kamu pasti bisa nepatin janjimu."
Leo tersenyum puas.
Darrel lalu menoleh pada Alena. "Alena nggak pa-pa, kan?"
Bukannya menjawab, Alena malah terisak. Zane yang sudah ikut berlutut di sebelah Darrel, memeluk putrinya itu.
"Kenapa Papa baru datang sekarang?" isak Alena.
"Maafin Papa, Alena." Hanya itu yang dikatakan Zane. Namun, Darrel tahu, mereka pasti berbicara lebih banyak dalam kepala mereka.
Melihat bagaimana Zane tersenyum saat menoleh padanya, Darrel tahu dugaannya benar.
Zelo yang tadi mengecek keluar sudah kembali ke dalam lagi dan memberitahu jika mereka harus pergi sekarang. Dia sudah menghubungi Athena dan mengatakan jika mereka akan ke rumah sakit.
Zane membantu Alena berdiri. Sementara Leo menolak ketika Darrel hendak membantunya.
"Aku bisa sendiri, Pa," anak itu beralasan.
Leo bahkan dengan santai mengambil belati Darrel tadi, lalu menggunakannya untuk merobek bagian bawah kemeja seragamnya. Ketika Leo tampak kesulitan mengikat kain yang menutup luka di lengannya yang masih berdarah, Darrel membantunya.
Leo berpegangan di dinding ketika bangkit berdiri. Namun, saat dia mulai berjalan, langkahnya goyah. Ia hampir saja jatuh, tapi Alena sudah bergerak cepat menangkapnya.
Darrel terseyum geli melihat putranya salah tingkah.
"Aku bisa sendiri." Leo menarik tangannya dari pegangan Alena.
Alena menatap Leo kesal.
Leo berdehem, dan kembali berjalan. Terpincang-pincang, ia berhasil berjalan hingga ke tempat Zelo. Leo mendesis kesal ketika Zelo tersenyum geli menatapnya.
"Awas, Om. Aku mau lewat," usir Leo. "Dan aku nggak punya cukup tenaga buat muterin Om."
Zelo tergelak seraya menepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still, You (End)
Teen FictionMereka adalah musuh bebuyutan. Mereka saling membenci satu sama lain. Mereka pun saling bersaing satu sama lain. Hingga mereka sama-sama harus terjebak dalam kasus teror mengerikan di sekolah mereka. Alena yang keras kepala dan Leo yang tak bisa se...