Dengan pasukan penuh Black Dragon dan Troya, ditambah beberapa agen John, Zane, Zelo dan Darrel pergi ke lokasi yang ditunjukkan alat pelacak yang dipakai Leo. Padahal Zane sudah berkata pada Roman dan John jika mereka tidak membutuhkan pasukan penuh, tapi dua orang tua itu benar-benar berniat menangkap penculiknya.
"Orang-orang Black Dragon dan Troya udah nyebar di sekitar lokasi itu. Nutup semua jalur keluar," Zelo memberitahu Zane ketika mereka semakin dekat dengan tujuan.
"Orang-orangnya John?" Darrel bertanya.
"Mereka ikut kita ke lokasi. Mungkin mereka masing-masing akan masuk lewat semua pintu dan jendela di rumah itu." Zelo mendesah berat. "Lawan kita bahkan nggak seberbahaya itu buat kita. Kita aja udah cukup ngehadapin dia."
"Tapi, yang dipertaruhkan di sini sangat berharga buat kita. Kalau udah berhubungan sama anak-anak, orang-orang tua itu bisa sangat berlebihan," tandas Zane.
"Makanya anak-anak selalu nyari mereka," ucap Darrel geli. "Mereka selalu bilang kalau kakek-kakek mereka lebih banyak sayangnya sama mereka daripada kita."
"Anak-anak itu emang sok tahu," dengus Zelo.
Darrel tersenyum geli.
"Mereka juga pasti nggak tahu, bahkan saat ini, kalian berdua khawatir setengah mati." Zelo menepuk bahu Zane dan Darrel. "Aku sendiri juga nggak bisa tenang sedetik pun setelah Valent diserang. Rasanya aku pengen segera nemuin pelakunya dan ngehajar dia sampai dia nggak bisa jalan lagi, nggak bisa muncul lagi di depan anakku."
"Ngelenyapin dia, maksudmu?" koreksi Zane.
Zelo mendesah berat. "Sayangnya, kita udah berhenti dalam hal itu."
"Orang itu beruntung," Darrel menyahut. "Kalau dulu, aku pasti udah nangkap dia dan nyiksa dia. Mati terlalu gampang kalau buat orang-orang kayak gitu."
"Cukup Ellena, Veryn sama Athena aja yang lihat kita berdarah-darah. Entah itu darah orang lain, atau darah kita sendiri. Jangan anak-anak juga," ucap Zane. "Karena aku nggak mau anak-anak jalan di jalan yang kita lewati dulu."
Jika bisa, Zane tidak ingin anak-anak berjalan dalam bahaya, menerjunkan diri dalam bahaya. Seperti dirinya dulu.
***
Ketika Marcel melihat Leo, awalnya ia tampak terkejut. Namun, kemudian ia tersenyum miring.
"Kamu emang ... nggak biasa, ya?" Marcel berkata seraya menghampiri Leo.
Leo mengedik cuek.
"Kenapa kamu udah keluar sekarang?" Marcel duduk di kursi di ruangan itu. Ia lalu mengedik ke kursi seberangnya, menyuruh Leo duduk.
Menurutinya, Leo duduk di sana.
"Kamu seharusnya keluar besok. Tapi, kalau kamu begitu pengen keluar sekarang, nanti aku bakal bawa kamu bareng sama cewek itu. Ke sekolahmu." Marcel tersenyum kejam.
Leo mengangguk. Orang ini belum tahu jika Alena sudah pergi. Dan Leo harus mengulur waktu sampai papanya dan om-omnya datang.
"Kenapa?" tuntut Leo.
Marcel mengangkat alis.
"Kenapa kamu ngincar murid-murid di sekolahku?" Leo menatap Marcel tajam.
Marcel mendengus pelan. "Aku nggak mengincar mereka. Aku cuma mau memberi hukuman ke orang yang bersalah."
Leo mengerutkan kening. Apa maksudnya?
"Kalau ada yang salah, mereka harus dihukum, kan?" ucap Marcel.
"Kalau ada yang bersalah di sini, itu kamu," sebut Leo. "Kamu ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Still, You (End)
Fiksi RemajaMereka adalah musuh bebuyutan. Mereka saling membenci satu sama lain. Mereka pun saling bersaing satu sama lain. Hingga mereka sama-sama harus terjebak dalam kasus teror mengerikan di sekolah mereka. Alena yang keras kepala dan Leo yang tak bisa se...