"Lho, Tuan Putri satu ini kenapa cemberut gitu?" Papa Leo yang hari itu menjemput ke sekolah menghadang Alena.
Alena semakin merengut.
"Ujiannya nggak sesuai harapan?" tanya papa Leo lembut.
Alena mengangguk. Ada satu soal yang ia lewatkan.
Papa Leo mengusap kepala Alena. "Nggak pa-pa. Yang terpenting kan, prosesnya. Selama kamu udah berusaha ngelakuin yang terbaik, itu cukup."
Kekesalan Alena sedikit mereda mendengar itu. "Makasih, Om."
"Sama-sama, Tuan Putri." Papa Leo mencubit hidung Alena, lalu mengedik ke arah mobil. "Vely lagi senang, soalnya dia bisa ngerjain semua ujiannya dengan baik."
Alena mendengus pelan. "Bikin iri aja."
Papa Leo tergelak sembari mengacak rambut Alena, membuat Alena mendecak kesal. Meski begitu, Alena sudah tersenyum saat ia berjalan ke mobil papa Leo.
"Kak, nanti malam papaku sama papanya Kak Alena pulang, kan?" tanya Vely begitu Alena masuk ke mobil.
Alena mengangguk. "Kamu mau pamer kalau kamu bisa ngerjain ujiannya dengan baik sampai hari terakhir?" tebaknya.
Vely tersenyum lebar. "Tadinya aku kesal soalnya teman-temanku mulai rese nuduh aku nyontek. Tapi, kata Om Darrel, aku nggak perlu dengerin omongan orang lain. Apalagi omongan jelek mereka. Itu nggak bakal bawa aku ke mana-mana dan cuma bikin aku sedih."
"Om Darrel benar. Jangan dipikirin omongan jelek teman-temanmu. Jelas-jelas mereka iri sama kamu. Lagian, yang nyontek pasti mereka, kan?" cibir Alena.
Vely mengangguk. "Mereka nggak tahu aja kalau Vely bisa lihat kalau mereka nyontek."
Alena tersenyum geli.
"Itu berarti, secara nggak langsung, kamu juga ikut nyontek dong?"
Komentar Valent yang membuka pintu mobil itu membuat Vely mendesis kesal. "Nggak, ya! Aku udah tahu jawabannya, kok!"
Valent mencibir. "Iya, tahu dari lihat sontekan teman-temanmu. Kamu tuh ..." Kalimat Valent berakhir teriakan kesakitan karena pukulan keras di punggungnya.
Di belakang Valent, Eve yang tak sedikit pun merasa bersalah, mendorong Valent hingga anak itu nyaris tersungkur di depan Alena dan Vely.
"Jangan ngehalangin. Buruan masuk," ketus Eve.
Valent berteriak marah, lalu naik ke mobil sembari menggerutu kesal melompat ke belakang dan bergabung dengan Alex dan Aries yang sedang bermain game.
"Kak Eve!" Vely semringah menyambut Eve yang naik ke mobil dan menutup pintunya.
"Oke, semua udah naik, kan?" Papa Leo menoleh ke belakang, mengabsen satu-persatu, ketika masuk ke mobil.
"Kak Leo belum, Om," sebut Vely.
"Ah, iya. Om lupa," balas papa Leo santai.
Alena mendengus geli ketika Leo masuk sambil menggerutu,
"Makanya, aku bilang, aku mau bawa mobil sendiri."
"Iya. Nanti kalau kamu udah kuliah kamu bawa mobil sendiri." Papa Leo menyalakan mesin mobil. "Oke, Anak-anak, karena hari ini hari terakhir ujian, kalian mau jalan-jalan atau nonton atau makan es krim?" Papa Leo menatap lewat kaca spion tengah.
"Pulang aja deh, Pa," Leo langsung menjawab, sementara dari belakang, Alex dan Aries berseru,
"Game center!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Still, You (End)
Teen FictionMereka adalah musuh bebuyutan. Mereka saling membenci satu sama lain. Mereka pun saling bersaing satu sama lain. Hingga mereka sama-sama harus terjebak dalam kasus teror mengerikan di sekolah mereka. Alena yang keras kepala dan Leo yang tak bisa se...